3

5.3K 235 1
                                    

Luyna menguap lebar. Memeriksa handphone, 11.45 a.m. Pantas saja matanya terasa berat sekali. Menutup buku biologi, dia merebahkan kepalanya. Enggan beranjak ke kasur yang berjarak 5 meter jauhnya.

DRRTT... DRTTT...

Dia meraih handphone nya, dengan mata setengah terbuka dia membaca pesan.

=============
Dwi Samuel

Hy cantik. Date?
Aku tunggu kabar baiknya besok.
Night dear 😘
=============

Bibirnya refleks melengkung indah, mereka memang dekat. Bukan hal baru jika menemukan isi chat mereka ada panggilan sayang seperti, sayang, honey, sweetheart atau lainnya.

Matanya kembali terpejam beberapa menit. Kemudian badannya tersentak bangun, linglung untuk sesaat.

"Ah, ya.... gue belum balas chatnya, hoam.. Dwi"

Dengan cepat dia membalas pesan Dwi, mulutnya terbuka saat menguap beberapa kali. Dengan kesadaran yang masih tersisa, dia menuju kasur. Melemparkan tubuhnya dan kembali terlelap.
________________

Luyna terlihat sibuk dengan beberapa buku yang dia pinjam dari perpustakaan. Melupakan Rey yang sedari tadi mencomoti bakso miliknya. Pandangannya tiba-tiba gelap. Hangat, matanya di tutup oleh tangan seseorang.

"Tebak gue siapa"

Luyna tersenyum, mendengar suara aneh yang ketara sekali di buat-buat. Luyna dapat mendengar suara dengusan kesal Rey di seberang.

"Dwi... "

"Kok bisa tau sih?"

Dwi melepas tangannya, duduk di bangku samping Luyna.

"Yaiyalah, yang usilin Luyna tuh cuman lo" Rey membalas dari seberang meja.

"Emang yang lainnya gimana?" tanya Dwi, menatap Luyna yang sedari tadi memperhatikan Rey.

"Cowok lain bakalan baik-baikin Luyna plus gue. Gak kayak lo, PDKT aja gak modal"

"Itu cuman mau nya elo kali Rey, dapat traktiran dari cowok yang deketen Luyna"

"Luyna aja gak protes kok, kenapa lo yang keberatan? Iyakan Luy?"

Rey menatap Luyna yang sedari tadi memperhatikannya.

"Rey....?"

"Hem? Kenapa?" tanya Rey polos, memasukkan sendok terakhir bakso dalam mulutnya.

"Lo habisin bakso gue?"

Uhukkk!!!

Muka Rey memerah, meraih gelas es teh nya dan meneguknya rakus. Dwi hanya meringis kasihan melihatnya, sedangkan Luyna sibuk meminta maaf.

"Astaga, Rey. Sorry. Gue gak maksud buat lo keselek"

"Gak papa, huffttt. Sorry, bakso lo tandas Luy"

"Gak heran gue" sahut Luyna dengan gelengan dramatisnya.

"Mau gue pesenin lagi?" Dwi menawarkan, dia sudah berdiri dari bangku nya.

"Boleh, seperti biasa ya Dwi"

"Sip"

"Gue gak ditawarin Dwi?" Rey menghentikan langkah Dwi dengan pertanyaannya.

Luyna menatap Rey, "belum kenyang ?" tanyanya.

"Kalau gratis, gue gak nolak" jawab Rey di ikuti cengiran khasnya.

"Itu perut apa tong sampah?" tanya Dwi, tapi tetap saja memesankan untuk Rey. Kemudian kembali duduk, Dwi menatap Luyna yang masih sibuk dengan buku.

My Boyfriend Is DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang