8

3.2K 200 0
                                    

Hari terakhir OSPEK menjadi masa yang ditunggu-tunggu Luyna. Dia sudah muak dengan tetek bengek atribut aneh di tubuhnya. Belum lagi gaya diktator seniornya, kalau bisa Luyna pengin mencoreti muka sok jutek mereka dengan spidol permanen. Huhh, hanya dengan memikirkannya sudah membuatnya gregetan dan senang setengah mati.

"Hari ini cuman penutupan di aula kan?", tanya Luyna saat berjalan menuju aula bersama Dwi dan Rey.

"Setahuku sih iya, lo bawa cemilan gak?"

"Gak sempat beli tadi, waktu istirahatnya sebentar", keluh Luyna.

"Yah, jadi gue mesti makan angin selama dengarin mereka ngoceh?", kecewa Rey, "hm, Dwi?", tanya Rey tiba-tiba.

"Gak gue kasih", jawab Dwi cepat tanpa perlu menoleh.

Menggiling giginya, Rey kesal "lo adalah teman super duper ever terpelit gue kenal!", teriaknya.

Luyna melirik, kemudian menatap Dwi dengan mata bundarnya. Matanya berbinar penuh harap dengan alis sedikit meringkuk dan bibir yang melengkung kebawah, dia benar-benar terlihat menyedihkan!

Rey hanya menatap penuh minat, dia sudah dapat menebak hasil akhirnya. Luyna bakalan keluar dengan tangan penuh makanan!

Dwi melirik, kemudian menatap lurus, melirik lagi, dia hampir mengeluarkan keringat dingin. Dengan pasrah dia menghela nafas. Luyna berjingkrak kegirangan, seolah yang barusan mereka lihat itu buka dia.

"Ini, gue kasih setengah", Dwi membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa jenis makanan. "Minum lo ada kan?",tanyanya.

Luyna mengangguk. Menerimanya dengan senang hati dan lapang dada.
(*author juga mau kalau yang gratisan 😣)

Rey berjalan mendekat, kemudian berbisik pada Luyna, "Luy, gue nanti duduk disamping lo"

Luyna memberikan jempolnya pertanda setuju. Dwi hanya menghela nafas lelah melihatnya, nasibnya memang begini, selalu dimanfaatin Luyna-nya.

"Jurusan gizi memang sampingan dengan jurusan kedokteran?", tanya Dwi.

"Sampinganlah, kita kan udah dapat info dari senior", sahut Rey.

"Oh, baguslah. Soalnya kalau gak, gue gak bakalan bagi makanan gue sama lo", Dwi merengkuh pundak Luyna yang kecil, mengusap-usap dagunya ke rambut Luyna.
(*modus 😨)

"Hah! Gue ada Luyna keles. Mentang-mentang satu jurusan aja lo", sewot Rey yang kemudian menarik Luyna untuk berjalan lebih cepat.

****

Luyna berbincang dengan Dwi saat berjalan keluar aula. OSPEK dengan resmi selesai, dan mereka bisa memulai kuliah besok.

"Luyna!"

Luyna terkaget saat merasakan pelukan tiba-tiba dari belakang. Dia otomatis melangkah maju dibuatnya, Dwi dengan sigap memegang lengannya.

"Apaan sih Rey? Bahaya tau!", ujarnya saat mendapati itu ulah si biang rusuh.

"Luy, lapar... ", keluh Rey tanpa peduli di omelin.

"Hah! Syukurin", celetuk Dwi, masih kesal dengan Rey yang hampir saja membuat Luyna-nya jatuh.

"Nih roti", serah Luyna yang di embat tanpa tunda Rey.

"Sumpah. Sial banget, kenapa jurusan gizi dan kedokteran duduknya jauh amat yak", curhatnya dengan melahap roti.

"Sepertinya tahun ini pengaturan nya beda sama tahun kemarin", Luyna berjalan pelan disampingnya.

"Siapa sih yang buat gitu? Heran gue, buat susah aja. Udah gak di kasih makanan, ditahan lagi sampe siang"

My Boyfriend Is DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang