10

3.4K 167 1
                                    

Luyna dan Rey sampai ke rumah saat magrib. Dwi sudah menanti di teras. Melihat mereka menyapa satpam rumah, dia bergegas mendekat.

"Oi, Dwi. Ini gue bawa makanan. Baik kan gue?", Rey berteriak senang saat melihat Dwi, memamerkan kantong plastik di tangannya.

"Walaikumsalam Rey", balas Dwi.

Rey memerah, berkata "Hehe, Assalamu'alaikum", saat nyelonong masuk.

"Ayo masuk Dwi, gue blom sholat nih"

"Hm", dia mengekor, "kalian kok lama? Tadi ketemu kak Fyna?", tanyanya.

"Iya, kita ngobrol tadi, gak sadar udah sore", Luyna membuka kamarnya, kemudian masuk tanpa melihat Dwi lagi.

"Hmmm", Dwi menatap, ingin berbicara sesuatu tapi akhirnya dia urungkan.

****

"Rey, tadi kalian ketemu siapa di Rumah sakit?", Dwi menghampiri Rey yang asik makan oleh-oleh nya tadi.

"Ya, kak Fyna la, siapa lagi coba", jawab Rey acuh, mencubit potongan pizza yang baru.

"Err, maksud gue selain itu", Dwi enggan, menggaruk pipinya.

Rey berhenti makan, menatap Dwi yang terlihat resah. "Kenapa? Lo ingat?", ejek Rey.

"Hem, Luyna ketemu dia tadi?", tanya Dwi semangat.

"Tanya Luyna sono, gue gak mau cerita. Itu tuh privasi,dan gue sebagai sahabat yang baik harus menghormatinya", dia menjilat tangannya yang penuh saus.

"Kok lo gitu sih? Yaudah, besok gue traktir bakso deh"

Mata Rey berbinar, "Ketemu, tapi cuman kenalan bentar, soalnya tu cowok lagi sibuk", jelasnya mengkhianati sahabatnya tanpa ragu, demi semangkok dua mangkok bakso.
(*murah nya Rey 😅😂)

Dwi mendengarkan, matanya tidak bisa tidak menggelap karenanya. Melihat sikap Luyna saat chattingan dengan tu cowok, Dwi tidak dapat membayangkan bagaimana jika mereka berinteraksi secara langsung. Bayangan Luyna menggandeng tangan cowok lain membuat wajahnya masam.

"Gue saranin lo untuk nyerah, Luyna kalau udah suka sama orang gak bakal nanggung", Rey mengejek.

Dwi semakin down mendengarnya, tapi belum menyerah. "Masa depan gak ada yang tau. Gue bakalan ngubah perasaan Luyna", ucapnya kekeuh kemudian pergi ke kamarnya.

Luyna yang baru keluar dari kamar melihat itu. "Kalian berantam lagi?", tanyanya saat mendekat pada Rey.

"Gak tau tu anak, gue kasih nasehat malah gitu", jawab Rey cuek, tetap makan pizza nya.

"Hmmmm", Luyna ikut mencomot. Tidak membahas lebih jauh lagi.

****

Luyna yang baru masuk kelas memilih duduk di dekat pintu, ngadem katanya. Sedangkan Dwi berada di barisan belakang.

"Jam pertama tentang general survey-vital sign*, hmm", dia menarik buku dari tas kecilnya. Mencari-cari pulpen di sana.

(general survey-vital sign : pelajaran tentang anastesi dan pengecekan vital pasien,
Untuk lebih jelas silahkan di goggling)

"Luy, lo tau gak siapa dosennya?", Ika, gadis montok yang duduk di sampingnya bertanya. Luyna mengenalnya saat masa orientasi.

"Gak tau gue, guekan juga MABA 'ka"

"Gue dengar dari senior ni ya, tu dosen killer, udah gitu pelit banget ngasih nilai", Ika menarik kursi mendekat. Semangat 45 untuk ngerumpi ala emak-emak.

"Eh? Seriusan? Parah amat", Luyna menimpali.

"Ho'oh. Udah gitu ni ya, dia itu ngasih tugas banyak, praktek juga ketat banget. Dulu pernah ada senior yang sampai di black list", Ika yang mendapat respon semakin semangat.

"Gue juga dengar tu dosen gak segan ngasih nilai E", gadis di belakang mereka ikut bergosip ria, "udah itu dosen lain juga respek banget sama dia, jadi kalau sudah di cap jelek sama ni dosen, dosen lain juga bakalan ikutan", sambungnya.

"Ha? Sampe segitunya? Gila", Luyna berujar yang diikuti anggukan lainnya.

"Gue juga galau jadi galau mikirinnya. Apalagi kalau dapat nilai D, gak kebayang gue bakalan ngulang lagi tahun depan", Ika kembali menghela nafas frustas Ika.

"Elah, sampai galau segala. Parah lo", Luyna bercanda. Tapi tidak mengangkat akan mendapat respon helaan nafas keduanya. Kenapa gue ngerasa ini jadi beban hidup bertambah ya?, pikirnya.

"Galau pacar dibanding galau masalah ini tuh lebih berat. Masa depan ini Luy", jawab Ika

Melihat suasana pagi yang murung, Luyna berkata, "Tenang aja, kita pasti bisa kok. Kalaupun gak bisa.... ", berjeda sebentar, "Kita buat mampus aja", ujarnya diikuti tebasan leher.

Semua orang dalam kelas yang mendengarnya, "............."

"Hei, kalian kenapa? Gue cuman bercanda, serius amat", ucap Luyna canggung saat menyadari tatapan ngeri kelas pada nya, dia menggaruk leher belakangnya.

"Luyna.... "

"Kamu mau buat mampus saya?", itu menyela Dwi yang hendak bersuara.

"Gue cuman becanda, tapi kalau emang tu dosen buat masalah sama gue, gue juga gak bakalan segan kasih pelajaran", Luyna membulatkan tekadnya.

"Hooohhh? Jadi, bagaimana cara kamu kasih pelajaran tu dosen?"

"Ya, gak bakalan kelewatan sih, palingan... Kenapa?", tanya Luyna kepada Ika dan yang lainnya. Wajah mereka sudah pucat dengan kengerian memandang padanya.

"Palingan apa?"

Merasa terganggu dengan orang yang sedari tadi bertanya dari belakang, dia berbalik, siap-siap mengumpat kesal, "lo nayak dari belakang tadi, punya sopan di- huh?"

"Kamu mau mampusin saya sekarang?"

"Ngapain kamu disini?", Luyna melotot, tidak tau kenapa merasa kesal.

Yang ditanyak hanya tersenyum miring, bersandar di kusen pintu. Matanya beredar keseluruh kelas. Kemudian langsung menuju meja di depan kelas.

"'Ka, dia ngapain disini? Bukannya kita nunggu si dosen kolot ya?", bisik Luyna pada Ika yang sudah duduk tegak di sampingnya.

"Luy... Dia dosennya"

"Apa? Gue gak denger, kuatin dikit suara lo"

Menghela nafas, "Dia itu.... "

"Baiklah, saya Andrian Putra. Mulai hari ini dosen General Suevey untuk kelas ini, silahkan buka catatan kalian"

Lelaki yang di depan tampak acuh, menghidupkan laptopnya. Luyna hanya melihat dengan mulut sedikit terbuka.

Yang pertama kali muncul dalam pikirannya adalah nilai E di hasil akhir semester ini, hiks (;'༎ຶД༎ຶ')
Belum lagi ini adalah orang yang dia tunggu chat nya selama ini, apa hanya dia yang merasa hidupnya menyedihkan? (T_T)

"Kamu- yang tadi katanya ingin mampusin saya, maju ke depan"

Suara itu terdengar jelas di kelas yang sunyi. Menjadi satu-satunya fokus perhatian. Luyna dapat merasakan keringat dingin menetes di punggungnya. Menatap nanar wajah yang biasanya dia puja dengan kengerian.

******

Bonus pict :Tokoh utama yang jadi dosen ganteng 😍😘 ≧▽≦y

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus pict :
Tokoh utama yang jadi dosen ganteng
😍😘 ≧▽≦y

My Boyfriend Is DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang