7

3.4K 198 2
                                    

"Ini benar gak sih? Ngerasa jadi orang gila gue"

"Benar itu. Eh, kalung lo mana?"

"Ah, ketinggalan di kamar"

Rey kembali masuk ke dalam rumah, sedangkan Dwi dan Luyna menunggu di depan.

"Emang selalu gini ya? Jelek amat", keluh Luyna.

Menepuk rambutnya, Dwi tersenyum,  "namanya juga OSPEK Luy, bentar doang kok"

"Bentar sih, tapi tetap aja kesannya jelek", Luyna menatap refleksi dirinya di kaca mobil, rambuk ikat dua dengan tali plastik beda warna jadi simpul, kalung pete, topi kertas manila, dan tas plastik kresek. Tuhan, dia benar-benar ngerasa jadi orang gila sekarang.

"Lo tetap cantik ko", puji Dwi ketika melihat wajah menderitanya.

Luyna hanya tersenyum paksa. Debut mahasiswa nya terasa berat.

"Udah, ayo berangkat", Rey betriak keluar dari rumah.

Mereka segera masuk ke mobil. Pamit pada satpam dan langsung menuju kampus. Hari pertama mereka di Universitas dimulai.

****

"Hei, kalian yang disana! Masuk barisan"

"Eh, eh, roti gue"

Luyna menarik Rey ke lapangan. Mereka bisa kena hukum nanti. Jam istirahat sudah selesai, tapi mereka masih di kantin tadi.

"Maaf kak, kantinnya rame tadi", ucap Luyna.

"Ini terakhir kalinya ya, jangan diulangi lagi", senior itu menjelaskan, mengisyaratkan mereka masuk barisan.

"Makan aja lo",kesal karena di mateahin Luyna menateik roti yang digigit Rey.

"Ya,... Namanya juga lapar", Rey hanya cengengesan, "eh, Dwi mana?", sambungnya saat menyadari Dwi tidak ada di barisannya.

"Gak tau, di hukum kali"

"Dihukum? Dimana?"

"Senang amat lo kalo dia dihukum"

"Iyalah, jarang-jarang tu anak kena batunya", ujar Rey mengangkat kepalanya lebih tinggi lagi.

Memutar mata, Luyna menunjuk "Dia disana tu", tunjuknya tanpa melihat arahnya.

"Mana? Mana sih?"

"Itu.... Disa.. Nah... ", tunjuk Luyna, kali ini ikut melihat arahnya. "Eh.. "

"Ohh, itu, dia ngapain itu? Nyanyi? Hahaha", menyadari tidak ada tanggapan, Rey menoleh pada Luyna. "Lo kenapa?", tanyanya saat menyadari Luyna yang membeku.

"Huh? Itu...", ragu Luyna, menatap kembali arah yang dia tunjuk tadi,  "gak ada ko, gak ada"

"Lo habis lihatin apa sih?  Kok kaget gitu? Kenalan?", tanya Rey tetap penasaran.

"Gak a-"

"Yang di belakang! Bicarain apa itu! Maju kedepan!"

"Damn! Senior rese",umpat Rey.

*****

"Gue ambil tas di kelas dulu, duluan aja ke parkiran", teriak Luyna pada Dwi.

Menyusuri koridor, dia kembali teringat kejadian sebelumnya. Dia tidak bisa tidak membuat dugaan perihal masalah itu,
'Itu tadi benaran tau gak ya? Apa gue cuman salah lihat? Iya, gue pasti salah lihat. Gak mungkin dia ada di-'

Pikirannya terputus saat matanya menangkap sosok lelaki tinggi di ujung koridor. Senyum diwajahnya terasa familiar, dengan mata dan kontur wajah yng sangat dia kenal.

My Boyfriend Is DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang