"Huwa ! Fisika, kimia, matematika. Kenapa kemarin aku milih IPA, sih?"
Merebahkan kepalanya yang terasa berasap, dia meratapi nasib nya.
"Uuhh... Mau jadi dokter saja susah nya setengah mati" Sungut nya kembali.
"Belum selesai Luy?"
Luyna tersentak kaget, menoleh ke sumber suara. Kemudian memasang wajah memelas nya.
"Mam, bisa tidak Luyna pindah jurusan? "
"Loh? Memangnya kenapa? Kamu sudah kelas 3 Luy, bentar lagi juga UN"
Laras -ibu Luyna- mengelus rambut Luyna yang terlihat kusut, tersenyum samar.
"Luyna capek mam, tugasnya banyak banget belum lagi ujian"
Menyeringai, dia berusaha membujuk Putri bungsunya. Belum rela dengan mimpi sang Putri.
"Yaudah, kamu masuk SMA Gradys saja. Tahun depan baru ikut UN"
"Gak mau"
Luyna menarik pelukan sang mama, kembali menatap buku di depan nya.
"Kenapa ? Tadi katanya mau pindah jurusan"
"Gak jadi, Luyna senang kok"
Menghela nafas, Laras bersender pada meja. Menatap Luyna yang kembali membahas soal dalam buku tebalnya.
Merasa di abaikan, Laras meminta perhatian lebih.
"Luyna.... " dia merengek dengan gaya sok imutnya.
Tersenyum lebar, Luyna mendongak. Menatap balik Laras.
"Dicoba aja Luy, siapa tau kamu lebih suka di bidang mode, ya ?" bujuknya.
"Gak, mimpi Luyna bukan undian berhadiah mam"
Mencebik kesal, Laras lagi-lagi gagal. Sepertinya Luyna benar-benar terobsesi menjadi seperti papa dan kakak nya.
"Yaudah, mama mau tidur aja" Laras keluar kamar dengan membawa rasa kesal nya.
Menggeleng lemah, Luyna terkadang bingung dengan sikap labil mama nya.
"Elah, emak-emak kurang belaian mah gitu"
Luyna merapikan bukunya.
Mendesah frustasi akan hari esok yang dia yakin akan menguras otak nya, dia bersiap untuk tidur.
________________Hari masih gelap di luar sana. Tapi Luyna sudah lengkap dengan seragamnya. Menatap bayangan nya di cermin, dia merasakan akan kehadiran orang lain di kamarnya.
"Dek... " suara itu serak dan lemah.
Luyna membeku, bulu kuduknya meremang. Tubuhnya terasa berat untuk menoleh ke sumber suara.
"Oi... Dikacangin lagi" kali ini suaranya lebih dekat, diikuti toyoran di kepalanya dari belakang.
Kesal, dia berbalik dan menepis kasar tangan yang melecehkan otak lemahnya.
"kak!"
"Apa? Apa? Apa?" lelaki itu menoyor kepala Luyna -lagi, badan kecilnya bergerak mundur karnanya.
"Aish... Kakak ngapain sih"
"Kakaknya pulang bukan nya di sambut malah di kacangin"
Faiz bersidekap, mata lelahnya menatap Luyna kesal.
"Pulang sih pulang, gak usah gangguin Luyna juga dong "
Luyna kembali berbalik, mengikat rambutnya tinggi. Membelakangi sang kakak yang kini tergeletak pasrah di tempat tidurnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is Duda
Romance~duda ganteng dan kaya ~anak yang gemesin ~gadis labil ~jarak pemisah ~cinta yang tulus ~dan pernikahan. apa yang dapat kalian bayangkan ? ************