Bagian Lima
Jika suatu saat kamu menemukan bahagiamu, ingatlah aku pernah berjuang untuk itu.
***Dirga menghirup bau teh. Roti yang tinggal separuh tergoleh di atas piring. Matanya yang kosong menatap kanvas tanpa lukisan. Kanvas itu menjerit seperti bangkit dari masa silam.
"Dimana mimpi yang menguatkanku dulu?" ujar Dirga pedih. Ia mencoba jujur pada malam dan sepi.
Bagi Dirga berhenti menggambar adalah pelarian. Dirga tak juga sanggup memejamkan matanya. Dirga melihat kembali cinta yang membuatnya menjadi pecundang.
Dibukanya kotak berisi surat-surat dari Shella. Dibacanya satu persatu. Sebenarnya Dirga tak mau menangis. Ia mencoba menarik segala pikiran dari arus masa silam.
Dirga mengambil botol berisi air mineral dan meneguknya habis. Bunda dan ayahnya sudah bergulat hebat dengam mimpinya. Hanya Dirga yang masih terjaga.
Ponselnya bergetar...
Abra :"Temenin gue nonton xxx dong bang."
Dirga :"OMES!"
Abra :"Abang mah suka malu* gitu."
Dirga :"BDK!!"
Abra :"Sendiri ngk seru, adek kesepian bang."
Dirga :"Taik kebo!"
Dirg malas menanggapi temanya yabg gesrek ini.
Abra :"Bang."
Abra :"Kok ngk bls?"
Abra :"Abang marah? Maapin dedek bang."
Dirga membiarkan Abra terus mengirimnya pesan tanpa balasan. Sampai Dirga mengatupkan kelopak matanya.
***
Adrina turun dari motor Abra bersama Dirga menghentikan motornya.
"Selamat pagi Otong." sapa Adrina.
" Gutmorn beibh." sapa Abra menaikkan sebelah alisnya.
"Ngancurin mood gue aje lu Udang!" jitak Dirga pada Abra
"Pagi juga dedeknya Abang." kekeh Dirga melirik Adrina.
Mereka berjalan beriringan menuju kelas masing-masing.
"Ga, nanti anterin Adrina balik." pesan Abra.
"Emang lo mau kemana?"
"Jalan sama bebeb gue lah, emang lo SUMO! Nanti gue yang bilang ke Adrina."
"Serah deh." jawab Dirga malas.
Sampai di kelas, Dirga membenarkan posisinya dan meletakkan kepala di atas meja. Dirga merasa ngantuk karena ulah Abra yang membuatnya tidur jam 3 pagi. Tiba-tiba ada yang meraih pundak Dirga, menggetarkannya dengan dua kali guncangan.
"Ga.. Dirga, bangun!"
"Eeehh.." Dirga menggeliat merenggangkan tubuhnya. Matanya membulat melihat Shella di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholy Miss
Genç KurguSuaranya tetap sama, sama sama sendu. Alunan nadanya beriringan dengan tetes hujan. Tenang namun menyakitkan. Ingat saat kita saling menggenggam erat jari jemari. Takut saling melepaskan. Kini hujan datang lagi. Memunculkan kembali kenangan yang ter...