10. Cilok

17 3 0
                                    

Bagian sepuluh

Sendiri membuatku tak mampu mengartikan kehadiranmu.
***

"Taksi!!" Teriak Adrina mencoba menghentikan taksi yang berjalan ke arahnya. Kuotanya limit untuk memesan GOJEK. Adrina membuka pintu dan duduk persis di belakang supir.

"Dek enggak sekolah ya?" Tanya supir taksi melihat Adrina memakai seragam saat jam sekolah.

"Niatnya sekolah pak. Tapi mau gimana lagi kalo enggak boleh masuk." Jawab Adrina merapikan posisi duduknya.

"Iya ya, jaman sekarang kalo telat enggak boleh masuk. Manjat tembok dek, kan bisa." Ucap supir taksi sambil menahan tawanya.

"Kalo saya enggak pake rok saya mau mau aja. Ini juga habis jatuh pak." Jawab Adrina menanggapi supir taksi. Dapat Adrina lihat usianya sama seperti Tegar. Keduanya terdiam sampai taksi berhenti di depan rumah Adrina.

"Makasih pak."

"Iya sama sama."

Rumahnya sepi, Adrina tak lekas masuk ke rumah. Ia memilih duduk di pinggir kolam renang. Wajahnya murung merindukan kehadiran sang bunda. Tawanya yang riang mengingatkannya pada kenangan tiga tahun silam. Saat bunda memintanya memetik daun sirih di pinggir kolam renang. Namun ia jatuh tercebur ke kolam. Tubuh Adrina lemah ketika harus berhubungan dengan air. Adrina mencoba ke tepi namun gagal. Sampai bunda menangis menjerit melihat Adrina yang lemah. Menariknya ke tepi dan menghangatkan tubuhnya.

"Assalamualaikum." Ada yang mengucapkan salam. Suaranya berat, Adrina seperti mengenal suara itu. Ia membuka gerbang dan menatap sosok yang kini berdiri di depannya.

"Waalaikumsalam." Jawab Adrina sinis, ia masih kesal dengan kejadian beberapa menit yang lalu.

"Ngapain disini?" Tanya Adrina malas menatap Dirga. Ia memcoba meninggalkan Dirga namun tangannya ditahan.

"Gue cuma bercanda, tapi lo nganggep serius. Gue nggak serius ninggalin lo. Gue balik lo udah pergi naik taksi." Jawab Dirga mencoba menjelaskan.

"Terserah lo gue nggak peduli. Mending lo pulang dan belajar buat ngehargai orang lain." Adrina merasa sikap Dirga padanya begitu keterlaluan. Bagaimana Dirga meninggalkannya berjalan sendiri tertatih tatih.

"Gue cuma bercanda Oneng! Jangan serius gini enggak lucu." Sikap Adrina yang dingin seperti ini membuat Dirga sulit bergerak.

"Pas gue sakit gini, lo masih bisa bercanda?" Adrina masih sulit percaya dengan sikap Dirga kali ini.

"Kan biasanya lo nggak seserius ini. PMS ya?" Adrina malah tersenyum miring mendengar kata kata Dirga. Semua orang pasti bertanya hal yang sama jika wanita menjadi sensitif. Padahal nyatanya tak semua begitu.

***

Seriang lampu jalanan, kau genggam tanganku penuh harapan. Mimpi paling gila adalah hidup bersama denganmu. Mengurai kasih dan cinta menjadi rintik rintik air mata. Berulang aku balik haluan namun selalu menemui jalan buntu.

"Nggak usah digandeng juga Otong. Gue bukan oma oma." Keluh Adrina pada Dirga yang terlalu membatasi ruang gerak Adrina.

"Lo tu beruntung gue gandeng. Banyak di luar sana yang pengen banget gue gandeng."

Melancholy MissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang