Bagian Delapan
Jangan tanya kenapa, kamu pasti tahu alasannya.
***Panas matahari seakan membakar semua yang ditemuinya. Aspal jalanan menggulung ketepi dan daun menguning beterbangan tersapu angin. Peluh luruh bercucuran membasahi tubuhnya. Tanganya bergerak aktif mengelap peluh. Wajahnya memerah menahan panas marahari.
"Kecebur selokan dek?" Ucap Gandi menghampiri Adrina. Hari ini adalah Jumat bersih dimana seluruh warga sekolah membersihkan lingkungan sekolah. Kelas Adrina mendapat tugas membersihkan halaman belakang sekolah.
"Ngapain disini?"
"Ni minun dulu. Kasian banget adek abang ini." Kekeh Gandi menyodorkan botol air mineral pada Adrina.
"Bagi dong na." Ucap Jessy merebut botol air dari Adrina dan meneguknya hingga isinya tinggal separuh. "Bakso satu mangkok juga mau kak."
"Mau? Bayar sendiri tapi." Teruntuk kelas XII memang sudah tradisi jika bolos untuk mengikuti kegiatan Jumat bersih. Mereka lebih senang berjibaku dengan mangkok mangkok soto dari pada sapu lidi dan semacamnya.
"Sana balik nanti ada guru BK!" Paksa Adrina mendorong tubuh Gandi menjauhi tubuh Adrina.
"Masih kangen dek." Rengek Gandi memanyunkan bibirnya.
"Ih najong! Aku bilangin Tante Rani ya."
"Yaudah peluk dulu sini." Gandi merentangkan tangannya mendekati Adrina. Satu langkah dari Adrina tiba tiba ada yang menjewer telinga Gandi.
"Bagus sekali ya! Ini Jumat bersih bukan Jumat pacaran. Mau saya bilangin guru BK ha?!"
"Ampun bu, tadi capek angkat angkat ember. Terus beli minum, eh ada fans saya manggil manggil, yaudah saya samperin. Jangan galak galak gitu lah bu, nanti nggak mirip Selena Gemes lagi." Gandi memberi penjelasan panjang lebar ditambah bumbu bumbu jitunya.
Gandi memang sering berbuat onar bersama teman temannya. Seperti telat masuk sekolah, jam pelajaran nongkrong di kantin bahkan tidur saat ulangan. Entah apa yang dipikirkannya, tapi itulah kenyataannya.
"Kamu ya bisanya ngeles aja. Sana balik kelas!" Nada bicara Bu Medy mulai merendah dan membiarkan Gandi lolos kembali ke kelas.
"Terimakasih bu." Ucap Gandi menoleh ke arah Adrina mengedipkan sebelah matanya.
Adrina dan Jessy melanjutkan tugasnya segera. Bergegas agar dapat beristirahat dan kembali ke kelas.
"Kak Adrina." Panggil adek kelas mendekati Adrina. Langkah keduanya terhenti menoleh ke sumber suara. Gadis itu tersenyum pada Adrina dan memberi kotak kecil tak tahu apa isinya.
"Buat Kak Adrina."
"Buat aku? Dari siapa? Beneran nggak salah ngasih dek? Aku nggak ulang tahun lo."
"Dari kakak ganteng anak futsal kak. Kak Abra namanya. Bener kok nggak salah, yaudah aku balik dulu kak." Jawab Kemala yang Adrina tahu dari nama di kemejanya.
Jessy merebut kotak itu cepat. Rasa penasarannya membuat ia bergerak secepat kijang. "Jes!" Tahan Adrina namun gagal karena tangan Jessy lebih cepat darinya.
"Kok kamu si na yang dapet bukan aku. Nggak adil banget."
"Iyalah, ngefansnya kan sama aku bukan kamu."
"Dasar pelakor!"
"Bodok, mau nyaingin Jedun. Sapa tahu tenar."
"Awas aja ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholy Miss
Teen FictionSuaranya tetap sama, sama sama sendu. Alunan nadanya beriringan dengan tetes hujan. Tenang namun menyakitkan. Ingat saat kita saling menggenggam erat jari jemari. Takut saling melepaskan. Kini hujan datang lagi. Memunculkan kembali kenangan yang ter...