Bagian Sebelas
Nyatanya bertahan walau tak diharapkan itu terlalu sia sia.
***Pagi ini senyumnya berseri. Harapan yang terpendam begitu dalam memuncak membumbung tinggi. Desahan suka melingkupi atmosfer yang disinggahi. Rasa itu dapat di temukan kembali.
"Makasih tukang ojek baruku." Senyum Adrina mengembang.
"Oke, mana ongkosnya? Eh nggak usah, cium aja deh." Ucap Dirga menaikkan sebelah alisnya.
"Ngarep sekali kamu ya. Yaudah gue duluan." Adrina melambaikan tangannya meninggalkan Dirga. Banyak pasang mata yang mengawasi keduanya.
"Kamu beruntung banget na." Ucap Jessy.
"Maksudnya apa?" Tanya Adrina.
"Dirga yang sedingin itu bisa hangat kalo bareng kamu."
"Ceritaim semua tentang Dirga yang belum aku tau Jes."
"Dirga si badboy berubah jadi ice boy. Mungkin gitu julukan buat Dirga. Dulu dia slengekan, tapi dia bakal berubah lembut dan romantis saat dia bareng ceweknya. Semua mengidamkan Dirga, couple goals katanya. Tapi sekarang, dia berubah dingin menutup diri buat dunia luar. Dia sama sekali nggak pernah ikut kumpul angkatan, malah tidur di pojok kelas sendirian." Jessy menghembuskan nafasnya kasar. Matanya mulai berair.
"Kenapa? Ada yang salah Jes? Kalo berubah buat baik nggak ada salahnyakan?" Adrina gelisah saat Jessy merubah ekspresinya. Ada banyak cerita yang belum dia tahu.
"Dari dulu aku suka sama Kak Abra. Saat itu, banyak cara yang aku tempuh buat bisa dateng ke ulang tahun Kak Abra. Dan aku mengajak Shella."
"Shella anak dance?" Tanya Adrina memotong cerita Jessy.
"Iya. Dulu aku deket banget sama Shella. Dia temen curhat terbaik yang aku punya dan sebaliknya. Tapi sejak saat itu aku benar benar kecewa dan memilih menjauh dari Shella. Dia punya pacar sebelum dia ketemu Kak Gandi. Siapa yang nggak terpikat sama Kak Gandi. Semua juga bilang, dia maskotnya SMA Pancasila. Shella jadi lupa diri. Lupa kalau ada hati yang baru dia patahin. Dan aku yang salah disini." Jessy menangis tak dapat membendung air matanya. Masa lalu yang melibatkannya dengan Shella menghantam keras menelusup relung hati.
"Gausah cerita kalau emang nggak perlu diceritain. Aku bakal ngerti sendiri nanti. Aku nggak maksa kamu Jes." Adrina menepuk bahu dan mencoba menenangkan Jessy.
"Hati manusia mudah dibolak balik na. Ada fase bosan dalam suatu hubungan. Dan Shella memilih jatuh bersama Kak Gandi." Jessy menghentikan ucapannya.
"Apa pacar Shella, Dirga Jes?" Tanya Adrina ragu.
"Iya."
Ada suara menggelegar menyambar telinga Adrina. Tulang tulang Adrina seakan meloloskan diri satu persatu dari tubuh Adrina.
"Dirga berubah karena Shella meninggalkannya. Dia terlalu lemah dan terus terbayang dengan Shella. Aku sedih menatap Dirga karena ini salah aku. Tapi kini aku bersyukur mata Dirga berbinar lagi." Ucap Jessy mencoba melengkungkan bibirnya.
Adrina mencoba menelan ludahnya susah payah. Adrina ragu dengan hatinya. Kenapa harus Shella?? Cukup Gandi, kenapa kini Jessy dan Dirga.
"Aku beli minum dulu Jes." Tenggorokan Adrina mendadak kering. Bergegas ia menuju kantin. Ada yang menepuk pundaknya.
"Hai Adrina, bisa ngobrol sebentar?"
Mulutnya kelu, matanya sayu menatap Shella. "Bisa." Adrina berjalan mengikuti Shella. Dan mereka memilih perpustakaan.
"Setelah apa yang aku bilang ini, terserah kamu mau nganggep aku cewek jahat atau apa." Shella menghela nafasnya. "Aku egois memang, tapi aku sulit merelakan sesuatu yang udah aku dapet susah payah. Aku menyayangi Gandi tapi aku nggak mau dan nggak mampu melepas Dirga."
"Jangan bertele tele." Tandas Adrina cepat.
"Lepaskan semua. Aku tersiksa ngeliat kamu bareng mereka. Kamu suka sama Gandi kan? Tapi aku juga bisa liat kamu berharap lebih sama Dirga."
"Haha.. kamu nggak mau ngelepasin salah satunya? Aku yakin pada akhirnya kamu nggak akan ngedapetin keduanya bahkan salah satunya." Sambung Adrina dengan tawa mengejek. Adrina bangkit meninggalkan Shella.
"Jika kamu mencintai salah satu dari mereka, bersiaplah untuk patah hati." Ucap Shella menyentak hati Adrina.
***
Dirga :"Oneng, temenin aku ya malem tahun baru besok."
Pesan dari Dirga hanya dibaca oleh Adrina. Adrina merasa malas dengan keadaan.
"Udah gausah dipikirin."
"Dirga masih sayang sama Shella, tapi Shella sayang sama Kak Gandi dan aku juga."
"Siapa yang tau hati seseorang. Kadang yang kita liat, beda sama apa yang kita rasain. Sama kaya rasa Dirga ke Shella bakal ilang seiring waktu."
Adrina terlalu bodoh tentang hati. Kenapa ia berada pada situasi yang menuntunya ke ujung tebing dengan jurang yang dalam.
"Aku benci setiap Kak Gandi bareng Shella. Tapi aku nyaman bareng Dirga."
"Hidup kamu rumit na, aku bingung." Keduanya menyandarkan kepala ke sofa. Rasanya pening bagi Adrina setelah mengetahui semua.
"Kamu jangan nyerah kayak aku na, aku cuma bisa berjuang diam diam tanpa ada pengungkapan. Aku cuma bisa berjuang sampe disitu."
"Berjuang selama ini dan aku mengabaikan semua yang datang. Tapi akhirnya aku tak mampu bersama walau aku udah mencoba."
"Apa yang buat kamu bisa sesayang itu ke Kak Gandi?"
"Dia rindu yang datang lewat angin malam. Karena dia kutangkupkan kedua tangan mengirim rindu lewat doa doa. Dia cinta yang pertama Tuhan kasih ke aku."
"Apa juga ngerasa gitu. Ada kalanya aku lelah berjuang tanpa pengharapan. Ingin berhenti tapi aku tak tau apa yang harus aku perjuangkan setelah ini."
"Salah ya? Tapi aku bahagia." Ucap Adrina menatap lurus tanpa tujuan.
"Sebenernya enggak. Tapi kamu mengkamuflase sakit lewat senyuman. Jadi kamu selalu ngerasa baik baik aja."
"Terus?"
"Aku mungkin nggak akan bisa. Tapi aku yakin kamu bisa. Kamu harus buka mata lebar lebar dan yakinin hati kamu bahwa Kak Gandi bukan satu satunya."
Jika jatuh cinta padamu adalah sebuah kesalahan, maka jangan katakan kebenaran padaku.
Bersambung
***
salam
diahpujiJangan lupa klik vote dan coment dicerita aku 😊
Terimakasih sudah baca cerita aku sampai sejauh ini, ditunggu part selanjutnya ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholy Miss
Genç KurguSuaranya tetap sama, sama sama sendu. Alunan nadanya beriringan dengan tetes hujan. Tenang namun menyakitkan. Ingat saat kita saling menggenggam erat jari jemari. Takut saling melepaskan. Kini hujan datang lagi. Memunculkan kembali kenangan yang ter...