12. Pasir Putih

35 5 1
                                    

Senyummu dan semua tentangmu, membuatku rela jatuh berkali kali.
***

"Jangan pulang larut malam ya, jagain Adrina." Pesan Tegar.

"Siap om, nanti aku gandeng terus biar nggak ketinggalan." Kekeh Gandi melirik Adrina.

"Iya, om percaya sama kamu. Buruan sana berangkat keburu siang."

"Iya om aku pamit dulu."

"Iya yah, aku juga pamit." Ucap Adrina melanjutkan Gandi.

Mereka punya waktu libur selama dua minggu ditambah tahun baru. Setelah kegiatan penilaian tengah semester, classmeeting, dan remedial yang membuat mereka penat. Ini liburan pertama Adrina di Surabaya dan liburan pertamanya dengan Gandi setelah 10 tahun.

Bahagianya memuncak melenyapkan keraguan melepas luka. Terlarung semua kesedihan bersama deburan ombak. Sejenak diletakkan puing puing serpihan luka berjejer dengan putihnya butiran pasir, rasanya sama tak dapat dibedakan.

"Udah lama banget ya." Ucap Gandi memandang ombak bergulung gulung menyapu pasir. Keduanya duduk di atas pasir tanpa alas. Hiruk pikuk Kota Surabaya lenyap bak ditelan kuda besi.

"Aku harap meski waktu terus berjalan, tak akan ada yang berubah. Baik aku atau kamu. Nantinya salah satu dari kita lebih dulu bahagia." Adrina terus menatap Gandi. Kini dia bersama orang yang benar benar sangat ia sayangi.

Mustahil jika persahabatan laki laki dan perempuan salah satunya tak ada yang jatuh cinta duluan. Ingin Adrina berteriak di telinga Gandi bahwa ia mencintainya. Tapi ia masih punya harga diri yang harus ia jaga.

Gandi membalas tatapan Adrina. Entah apa, keduanya saling berbicara dengan mengisyaratkan mata. Tak ada yang mau melepas tatapannya. Dunia kini seakan berjalan mengelilingi keduanya.

"Jangan bosan menegurku saat aku merasa benar benar jauh darimu." Bibir Gandi tersungging menyihir semua di depannya. Gandi merangkul pinggang Adrina dan Adrina menyandarkan kepalanya di bahu Gandi.

"Aku berharap waktu berhenti saat ini juga."

"Kenapa?" Tanya Gandi.

"Aku ingin kita tetap dekat seperti ini. Hanya ada aku dan kamu tanpa ada kehadiran orang lain." Celoteh Adrina.

"Cuma sama aku aja, yakin?" Goda Gandi memerahkan pipi Adrina.

"Yakinlah." Ucap Adrina lantang tanpa keraguan.

"Itu temen aku mau kamu PHPin aja, ha?"

"Siapa?" Tanya Adrina heran.

"Tukang ojek kesayangan kamu lah."

"Kak Abra, iya? Haha aku nggak mau nikung temen sendiri lah." Jawab Adrina melirik Gandi dengan ekor matanya.

"Tapi aku sebel kamu deket deket sama Abra." Ucap Gandi mencebikkan bibirnya.

"Cemburu kok sama temen sendiri, nggak baik kak."

"Aku enggak cemburu, cuma sebel aja."

"Sama aja kak." Adrina senang dengan sikap Gandi yang seperti ini, sangat menggemaskan.

"Beda titik." Ucap Gandi menarik hidung Adrina. Adrina tersentak dan berlari mengejar Gandi.

"Resek ya. Berhenti kak, nggak adil!!" Teriak Adrina, tiba tiba ia jatuh mengaduh memegang kakinya.

Gandi menoleh berbalik memastikan kondisi Adrina. Ia sudah berjanji untuk menjaga Adrina bukan melukainya.

"Nggak papa dek?" Tanya Gandi panik. Tanpa aba aba Adrina menarik hidung dan mengacak rambut Gandi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melancholy MissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang