Bab 4

20.7K 468 12
                                    

Halo! I'm back. Maaf lama sekali aku baru update lagi. Aku harap kalian masih excited dengan cerita ini ya, aku khawatir kalian jadi hilang minat sama cerita ini karena aku lama update, semoga gak gitu ya😊 Hope u enjoy it!

*MATURE CONTENT*


"Bagaimana Dorothy?" Tanya Marcus saat Dorothea keluar dari kamar Dianne.

Dorothea meringis lalu menggeleng pelan. "Miss Dianne masih belum mau makan, Sir." Dorothea menghela nafas. "Ini sudah dua hari, saya khawatir ia akan sakit."

Marcus menganggukan kepalanya. "Biar aku yang urus." Ujar pria itu seraya melepaskan dasinya dan melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerjanya.

Marcus membuka pintu kamar Dianne, lalu masuk dan mengunci pintunya.

Dianne yang menyadari kehadiran Marcus memejamkan matanya berpura-pura tidur. Marcus mendekati Dianne yang terbaring, lalu duduk di tepi ranjang menghadap Dianne yang masih memejamkan matanya.

"Jangan berpura-pura tidur, aku tahu kau tidak tidur." Ujar Marcus dingin. Dianne masih bertahan dengan kepura-puraannya berharap dengan demikian Marcus akan menyingkir.

Melihat kelakuan gadis itu, Marcus mencengkeram rahang Dianne pelan, hal itu membuat Dianne tersentak dan otomatis membuka matanya. Marcus menyeringai tipis. "Kenapa tidak memakan makananmu?" Tanya Marcus dengan tatapan yang mengintimidasi.

"A--aku tidak me---rasa lapar.." cicit Dianne pelan karena merasa ketakutan menjalari tubuhnya.

"Aku tidak peduli kau merasa lapar atau tidak." Ujar Marcus. "Yang aku mau, kau memakan makananmu dengan benar." Lanjutnya lagi. Pria itu kemudian membuka baki makanan yang terletak di nakas samping tempat tidur Dianne, lalu menyendoknya dan mengulurkan sendok penuh makanan itu ke dekat mulut Dianne.

Dianne menatap makanan itu sebentar, kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain. "A--aku t--tidak mau." Ujarnya pelan. Dianne berusaha mempertahankan keberaniannya yang sudah menyusut ke titik rendah. Ia berharap dengan sikapnya yang tidak terlalu menurut, ia bisa membuat Marcus berpikir bahwa ia tidak mudah ditindas.

Tapi, gadis itu tidak tahu siapa yang dihadapinya. "Hai scelto l'avversario sbagliato, Cara Mia.*" Ujar Marcus seraya menyeringai misterius.

Dianne mengernyit tidak memahami ucapan Marcus, tetapi rasa bingungnya berubah menjadi keterkejutan dan ketakutan saat tiba-tiba Marcus menyerangnya.

Pria itu mencium bibir Dianne dengan kasar. Ia menggigit keras bibir bawah Dianne hingga gadis itu membuka mulutnya. Marcus mengeksplorasi bibir itu dengan ganas.

Dianne mencoba mengelak dari ciuman Marcus berkali-kali. Marcus akhirnya mencengkeram rahang gadis itu dengan keras agar tidak berusaha menghindarinya. Pria itu sekarang menindih tubuh Dianne. "Kau tidak mau makan? Bagus! Aku jadi punya alasan untuk menghukummu." Ujar pria itu seraya menyeringai. Ia kembali menyerang Dianne. Pria itu menciumi bibir Dianne, lalu turun ke leher, memberikan tanda kepemilikan pada titik-titik sensitif Dianne.

Dianne merasakan sesuatu bangkit dari dalam tubuhnya merespon rangsangan yang diberikan Marcus pada tubuhnya. "so che ti piace.**" Ujar Marcus seraya menurunkan ciumannya ke dada Dianne. Pria itu memberikan kecupan-kecupan basah pada payudara Dianne dari luar pakaian yang dipakai Dianne, seraya jarinya mulai bermain di area sensitif Dianne. "Kau hanya perlu meminta, tidak perlu bertingkah kalau kau menginginkan ini."

Dianne menahan erangan yang hendak keluar karena permainan Marcus pada tubuhnya. Ia merasa malu akan respon tubuhnya, ia tidak menginginkan ini tapi tubuhnya merespon sebaliknya.

Amentia (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang