Dianne meringkuk di ranjang merasakan nyeri di sekujur tubuhnya.
Ia menangis diam-diam. Kenangan masa lalu menghampirinya, membuat dirinya sesak nafas.
Tiba-tiba saja pintu kamarnya dihempas dengan kasar.
Dianne langsung berpura-pura tidur. Tapi Nafasnya yang tersendat-sendat gagal mengelabui siapapun yang masuk ke kamar itu.
Marcus memandangi tubuh kecil di atas kasur dengan pandangan datar.
"Bangun, jangan pura-pura tidur." ujarnya dengan suara dingin.
Dianne membuka matanya. Ia berusaha duduk dengan perlahan-lahan. Tubuhnya terasa remuk dan perih di kulit bokongnya akibat cambukan membuat dirinya meringis.
"Berbalik lah lalu berbaring."
Dianne melakukannya. Ia berbaring tengkurap.
Marcus menyibak pakaian Dianne.
Dianne luar biasa ketakutan. Ia kembali menangis.
Marcus memukul paha gadis itu. "Jangan menangis! Aku belum melakukan apa-apa." bentak pria itu.
Dianne mati-matian menahan tangisannya.
Marcus mengoleskan obat pada luka-luka cambukan di tubuh Dianne.
Dianne meringis merasakan perihnya.
"Ada luka yang lain, tidak?" tanya Marcus dengan suara datar.
Dianne menggeleng cepat-cepat. Ia hanya ingin Marcus cepat-cepat pergi. Keberadaan Marcus membuatnya panik dan gusar.
Marcus menyibak gaun tidur Dianne semakin tinggi.
"A.. Aku-- tidak ada.. luka." Dianne berkata tergagap-gagap. Ia panik karena Marcus menaikkan gaunnya semakin tinggi.
Marcus tidak menggubris perkataan Dianne.
Dianne hendak bangkit dari posisinya, tapi Marcus menahan pundaknya.
Marcus menekan memar yang ada di punggung Dianne.
Dianne meringis. "Tidak ada luka?" Tanya Marcus dengan nada mengejek.
Dianne terdiam dan membiarkan Marcus mengoleskann obat memar di setiap memarnya.
Marcus yang menyadari kepanikan gadis itu, merasa tertarik untuk menggoda gadis itu.
Selesai mengoleskan obat pada tubuh gadis itu, Marcus merapihkan kembali baju Dianne, kemudian memajukan tubuhnya, dan mencium pundak gadis itu.
Dianne tersentak dengan perlakuan Marcus. Gadis itu otomatis bangkit dari tidurnya. Ia mengernyit merasakan perih di kulitnya.
Dianne memutar tubuhnya menatap Marcus. Gadis itu bersikap defensif.
Marcus kembali memajukan tubuhnya hendak mencium gadis itu, tapi Dianne secara refleks memalingkan wajahnya.
Marcus menahan wajah gadis itu dengan mencengkeram rahangnya.
"Jangan berani-berani menghindariku. Aku sudah peringatkan." ujar Marcus seraya menatap Dianne tajam.
Dianne menangis. Cengkeraman kuat Marcus di rahangnya seolah-olah hendak meremukannya.
Marcus mencium paksa Dianne, ia menggigit bibir bawah gadis itu dengan kasar sehingga mau tidak mau Dianne membuka mulutnya dan membiarkan Marcus mengeksplorasinya.
"Jangan menangis." ujar Marcus setelah melepaskan ciumannya. Ia mengusap air mata Dianne dengan ibu jarinya. "Malam ini istirahatlah sebaik mungkin. Besok-besok kau mungkin tidak bisa istirahat dengan senyaman hari ini." Pria itu mengatakan hal tersebut sambil menyeringai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amentia (SLOW UPDATE)
RomanceLove comes from insanity.. Bagaimana rasanya ketika kamu bangun dan hidupmu berubah 180 derajat? Apa rasanya jika kamu harus menyerahkan hidupmu dalam genggaman orang asing demi menyelamatkan hidup orang yang kamu cintai? Itulah yang dirasakan Dian...