Bab 7.3

14.6K 424 13
                                    

Gelap. Hanya itu yang ditangkap penglihatan Dianne.

Rasa sakit di tubuhnya membuat Dianne kesulitan bernafas.

"Tidak ada yang mengharapkanmu!" Seru sebuah suara yang terdengar sangat marah. Seruan itu disertai dengan tekanan di sekitar dada Dianne membuat dirinya semakin sulit untuk bernafas.

Dianne berusaha menggeliat, tapi gerakan itu menimbulkan rasa sakit yang terasa membakar tubuhnya.

Ini hanya mimpi. Pikir Dianne. Tapi, rasa tercekik dan sesak ini terasa sangat nyata. Dianne berusaha menarik nafas dalam-dalam dan kembali nyeri itu membakarnya.

Aku harus keluar dari sini! Tekad Dianne.

"Dianne!" Terdengar suara panik yang memanggil namanya dari jauh.

Dianne berusaha mencari asal suara itu.

Setiap kali Dianne menarik nafas, rasa nyeri terus menyerang dirinya.

"Dianne! Bangun!" Seru suara yang sama namun kali ini terdengar lebih dekat.

"Dianne!" Seru Marcus panik ketika ia melihat gadis itu kesulitan bernafas.

Dianne membuka matanya dan menatap tempat yang tidak ia kenal itu dengan pandangan nyalang penuh ketakutan.

Marcus kembali menekan tombol bantuan dengan gusar.

Dianne mengerang ketika ia berusaha menarik nafasnya dalam.

"Keep breathing, Dianne. Keep breathing slowly." Ujar Marcus memberi instruksi sembari tetap menekan tombol bantuan.

Dr. Smith masuk bersama dengan Frans dan seorang perawat.

"Kenapa lama sekali? Dia kesulitan bernafas!" Bentak Marcus pada rombongan yang baru datang itu.

Dr. Smith dan perawat segera melakukan pemeriksaan pada saluran nafas serta kondisi rusuk Dianne.

"Saya rasa, ini serang panik dari alam bawah sadarnya. Tidak ada masalah pada saluran nafasnya dan kondisi rusuknya juga tidak memburuk." Ujar Dr. Smith menjelaskan. "Saya akan memberi pasien obat penahan rasa sakit kembali, dan juga obat tidur."

Marcus mengusapkan tangannya pada wajah hingga ke belakang kepalanya.

Frans menepuk pundak Marcus. "Lebih baik hubungi Michael segera." Ujar pria itu. "Dugaanku, ini bukan pertama kalinya gadis itu mengalami kekerasan."

Marcus menatap Frans dengan tatapan bertanya, membuat Frans mengusap tengkuknya.

"Saat ia dibawa ke UGD, aku yang memeriksanya. Kebetulan aku sedang tugas jaga."

"Langsung ke inti saja." Ujar Marcus tanpa basa-basi.

Frans menghela nafas. "Karena luka yang dia dapati di sekujur tubuh, mau tidak mau aku harus melihat keseluruhan tubuhnya untuk pemeriksaan."

Wajah Marcus mulai mengeras. "Ternyata, selain luka baru yang ada di tubuhnya, dia banyak memiliki bekas luka lama di tubuhnya." Lanjut Frans.

"Di pinggang kirinya aku melihat ada bekas jahitan. Di paha kanan bagian dalam ada bekas luka memanjang, bekas cambukan di bokongnya, dan bekas-bekas jahitan di sekitar betisnya."

Marcus memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana panjangnya.

"Jadi, bisa jadi itu trauma lama yang terulang lagi." Ujar Frans menyelesaikan analisanya.

Marcus mengeluarkan ponsel dari salah satu saku celananya, ia menyentuh layar ponselnya beberapa kali sebelum memposisikan benda persegi panjang itu ke telinganya."

Amentia (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang