Bab 18

3.1K 228 4
                                    

"A..apa maksudmu?" Tanya Abigail dengan nada panik sambil berusaha mendorong tubuh Rafael yang semakin dekat padanya.

"Menurutmu apa, hmm?" Rafael mengangkat dagu gadis itu dengan jemarinya yang dingin supaya wajah mereka saling bertatapan.

"Ja..jangan.." Abigail memejamkan matanya ketika wajah pria itu sudah sangat dekat.

Satu detik..dua detik..tiga detik..tak terjadi apa pun.

Dengan perlahan, Abigail membuka matanya dan melihat Rafael yang kini tengah berusaha menyembunyikan tawanya.

Sial. Ternyata pria itu mengerjainya.

"Hahahaha" akhirnya tawa Rafael tak bisa dibendung. Kini lelaki itu tertawa kencang sambil memegangi perutnya. "Kau lucu sekali." Katanya sambil berusaha menghentikan tawanya.

"Hentikan," ujar Abigail dengan wajah merona. "Tidak lucu, tahu?"

Rafael menggeleng sambil tetap tersenyum. "Tidak, kau lucu sekali." Katanya kemudian. Ia lalu berjalan ke arah pintu. "Istirahatlah Anna, aku akan menceritakan segalanya padamu besok." Katanya lalu berlalu pergi.

●●●

"Halo," Rafael mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas meja kerjanya. "Selidiki mobil yang tertera di blackbox mobilku."

Setelah lama, akhirnya ia mengangguk. "Ya, kalau kau sudah menemukannya. Katakan padaku." Katanya lalu memutus telepon.

Rafael menatap lurus ke depan sambil meminum wiskinya.

Sebenarnya tadi ia tidak berniat memaksa Abigail menginap di rumahnya. Tapi keadaan mendesaknya.

Sejak kemarin, ia merasa ada seseorang yang mengikutinya, tapi ia belum bisa memastikan siapa itu. Jadi untuk berjaga-jaga, ia membawa revolvernya.

Lalu, tadi ketika ia mengancam Javier dengan senjata itu, sebenarnya ia bermaksud menggertak orang yang mengikutinya, bukan Javier.

Abigail tidak berpikir bahwa aku adalah pria kejam bukan?

Rafael mengerutkan keningnya bingung ketika mengingat wajah gadis itu yang ketakutan ketika menatapnya.

Ya, entah sejak kapan, tapi pendapat gadis itu sangat penting untuknya.

Besok aku harus menjelaskan semuanya.

Rafael lalu berjalan keluar dari ruangan dan memasuki kamarnya lalu merebahkan dirinya di atas tempat tidur.

Apa dia bisa tidur?

Rafael menatap langit-langit kamarnya.

Ia tahu saat ini pasti gadis itu kebingungan dikarenakan Rafael tidak memperbolehkannya pulang, tapi itu semua demi melindungi dirinya karena Rafael yakin si 'penguntit'itu masih diluar sana dan Rafael tidak tahu apa yang akan terjadi pada Abigail jika gadis itu dibiarkan pulang sendirian.

Mendadak, seolah teringat sesuatu, Rafael bangun dari tidurnya dan menelepon sekretarisnya.

"Carikan aku semua informasi mengenai keluarga Vessalius."

●●●

Abigail terbangun ketika cahaya matahari memasuki kamarnya lewat jendela-jendela besar yang ditutupi kain gorden tipis di sana.

Between Us (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang