Bab 36

1.7K 118 0
                                    

Annalesse terbatuk-batuk, ketika air sungai keluar dari mulutnya. Kepalanya berputar. Ia menatap sekeliling, semua nampak sama di matanya.

Di mana aku?

Ia mencoba mengingat-ingat. Seingatnya, ia sedang mencoba untuk bunuh diri dengan melompat ke dalam air. Tapi kenapa sekarang ia ada di darat?

Samar-samar ia mendengar suara seseorang.

Sadar. Sadarlah!

Tak lama kemudian, seseorang menampar pipinya, tapi tidak terlalu keras. "Sadarlah, Anna!"

Annalesse akhirnya sadar. Ia mengerjap. Dihadapannya, ia melihat Javier sedang menatapnya khawatir. Sekujur tubuhnya basah kuyup.

"Javier..."

"Ya Anna. Ini aku. Aku di sini." Ia lalu memeluk gadis itu erat.

Annalesse terisak. "Kau tidak pergi? Kau di sini kan?"

Javier mengangguk. "Ya. Aku di sini bersamamu."

●●●

Natalie berjalan mondar-mandir di dalam ruangannya. Tadinya ia pikir dapat memengaruhi Gabriel untuk membunuh kakaknya dan akhirnya ialah yang berhak atas kekayaan itu sendiri, tapi ia tidak menyangka kalau masalahnya akan menjadi serunyam ini.

Saat ini, satu-satunya harapannya adalah Javier.

Tak lama ponselnya berdering. "Halo." Jawabnya cepat.

"Maaf Natalie. Aku tidak bisa ke sana, saat ini aku ada urusan mendesak. Tapi aku sudah mengirimkan beberapa pengawalku untuk menemukan Abigail, sebentar lagi aku akan menyusul ke sana."

Setelah mengatakan itu, Javier menutupnya.

Natalie geram. Alasan apa lagi yang dilakukan Javier supaya tidak menemuinya? Bahkan di saat wanita yang dicintainya sedang dalam bahaya, ia lebih memilih untuk tidak bekerja sama dengannya meskipun peluang keberhasilannya akan lebih besar.

Ia lalu menelepon salah seorang mata-matanya yang ia tempatkan sebagai anak buah Rafael. "Di mana kakakku sekarang?"

Setelah beberapa saat kemudian akhirnya Natalie menghela napas. "Baiklah. Aku akan segera ke sana."

Natalie tidak akan menyangka bila hasilnya akan seperti ini. Awalnya ia mengira bila Gabriel dan kakaknya bertemu kembali sebagai musuh, mereka akan saling membunuh dan bila Gabriel berhasil menyingkirkan kakaknya, maka hartanya akan jatuh pada Natalie sendiri dan ia bisa menjebak Gabriel sehingga lelaki itu tertangkap dan dipenjara seumur hidupnya. Natalie juga berpikir setelah semua itu selesai, ia akan menata ulang hidupnya dan kembali bisa memiliki Javier. Tapi ternyata semua tidak berjalan sesuai rencana.

Ia tidak menyangka ternyata kakaknya jatuh cinta pada Abigail Vessalius, orang yang juga dicintai Javier. Natalie memang membenci gadis itu, tetapi ia tidak ingin mengikutkan orang lain ke dalam permainannya karena ia tahu semuanya akan jadi semakin rumit.

Ia berpikir nanti, pelan-pelan ia akan membuat Javier bertekuk lutut dengan sendirinya padanya tanpa harus melihat darah lagi yang terbuang sia-sia demi mencapai tujuannya.

Natalie lalu mengemudikan mobilnya dengan cepat menembus jalan raya.

●●●

Gabriel menatap nyala dalam kegelapan kepada gadis yang tengah tertidur di atas tempat tidurnya.

Matanya dengan cepat menelusuri bagian demi bagian tubuh gadis itu, tak luput satu hal pun.

Gabriel menyeringai. Jika saja gadis itu bukanlah orang yang dicintai Rafael, ia pasti dengan senang hati menjadikannya kekasihnya. Tapi, saat ini ia membutuhkannya untuk menuntaskan dendamnya pada Rafael. Ia tidak peduli dengan apakah nanti gadis itu memang harus mati ditangannya atau tidak. Ia akan memutuskannya nanti. Terganung pilihan Rafael.

Dengan langkah pelan, Gabriel berjalan mendekati gadis itu, ia menelusurkan jemari panjangnya di sekitar pipi tirus gadis itu, membelainya. "Maaf nona. Aku tahu kau gadis yang baik, tapi aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja. Kalau suatu saat nanti kita akan bertemu lagi, aku janji akan menebus kesalahanku."

Ketika Gabriel sedang berbicara, ia menyadari ada pergerakan dari gadis dihadapannya. Tak lama kemudian, sepasang mata berwarna cokelat gelap memandangnya.

Gabriel segera menjauhkan tubuhnya dari gadis itu. Dalam keremangan, dirinya bak malaikat kegelapan yang siap mencabut nyawa siapa pun.

Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong sambil tersenyum miring. "Sudah bangun, cantik?"

Abigail mengerang pelan. Ia mengerjapkan matanya berusaha untuk melihat dengan lebih jelas sosok yang ada di hadapannya.

Tiba-tiba ia teringat semua kejadian yang berlalu beberapa saat sebelumnya. "Kenapa saya ada di sini tuan?"

Gabriel hanya tersenyum sebelum kemudian berjalan maju untuk mengelus rambut Abigail yang lalu dengan spontan memundurkan tubuhnya menjauhi Gabriel.

Gabriel yang melihat semua itu hanya bisa tersenyum sekali lagi sebelum berbicara. "Jangan khawatir. Aku tidak akan menyakitimu." Pandangannya berubah tajam. "Setidaknya belum."

Abigail merasa bahwa tubuhnya mulai bergetar. Ia tidak menyangka bahwa pria dihadapannya itu bisa berubah menjadi sosok yang sangat menyeramkan. "Ap..apa maumu, tuan? Lepaskan saya."

Gabriel melangkah menjauhi Abigail dan memandang jendela. "Tak lama lagi pangeran berkudamu akan datang menolongmu, dan saat itulah kau akan tahu apa mauku."

Ia lalu berjalan menuju pintu. "Sampai sat itu tiba, kau tetaplah di sini."

Between Us (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang