Bab 37

1.7K 113 1
                                    

"Tu..tunggu.." ketika Abigail hendak mengejar Gabriel, kepalanya terasa pening lagi. Dan sedetik kemudian, pintu tertutup dan terdengar bunyi klik dari sana.

Abigail mengerang, memegangi kepalanya. Pasti karena obat tidur yang tadi diberikan kepadanyalah kepalanya bsia sakit seperti itu.

Tapi itu tidak penting. Ia harus segera keluar dari sana. Ia lalu melihat kesekeliling ruangan untuk mencari jalan keluar.

Dengan langkah pelan, ia berjalan menuju balkon dan melihat ke bawah.

Jaraknya cukup tinggi. Bila ia melompat ke bawah, pasti salah satu tulangnya akan patah atau pun ia tidak akan selamat. Bahkan bila ia masih bisa bertahan pun, pengawal yang ditugaskan berjaga di bawahnya pun akan dengan sigap membawanya kembali dan menguncinya lagi di sana.

Abigail menggeleng pelan. Ia berusaha mencari tasnya, tapi tidak ada. Jika begitu, ia tidak akan bisa menghubungi siapa pun.

Rasa panik mulai menderanya, ia menggigiti kukunya sendiri sambil berjalan pelan menuju pintu.

Walau ia sudah tahu bahwa tidak ada gunanya, ia masih berusaha untuk membuka pintu itu. Namun hasilnya nihil.

Akhirnya yang bisa dilakukan Abigail hanyalah berdoa supaya tidak terjadi sesuatu yang buruk.

Rafael.

Tanpa sadar ia memikirkan nama itu. Ya, nama yang dapat langsung mrnghangatkan hatinya. Entah sejak kapan, laki-laki itu mulai merasuki relung hatinya yang paling dalam.

Aku percaya padamu, Rafael.

●●●

Rafael memarkirkan mobilnya tak jauh dari rumah Gabriel. Beberapa pengawalnya pun turun untuk mengikutinya.

Rafael mengangguk ke beberapa pengawalnya dan dengan sigap mereka langsung berpencar.

Ketika ia akan berjalan, langkahnya dihalangi oleh beberapa orang bersetelan jas lengkap.

Ia lalu memicingkan matanya, sementara anak buahnya sudah mulai bersiap melawan.

"Siapa kalian?"

Ketika itu, sebuah lamborghini merah membelah kerumunan itu dan dengan sigap, mereka langsung membungkuk hormat pada pria yang keluar dari sana.

Pria itu hanya mengangguk singkat sebelum berjalan menghampiri Rafael. "Kau ingat aku kan?"

Seketika Rafael membelalak menatap lelaki itu.

"Tidak ada waku untuk menjelaskan hal ini. Aku datang kemari untuk membantumu menyelamatkan Ai."

●●●

Javier berjalan mengendap-endap dengan Rafael di sampingnya.

Tadi setelah menenangkan Annalesse, ia membawa gadis itu menuju rumah sakit dan tak lama setelah itu salah seorang pengawalnya memberikan lokasi terkini Abigail yang berhasil dilacak dari ponsel gadis itu.

Ketika tiba di sana, ia bertemu dengan Rafael.

"Aku akan menemui Gabriel. Sementara itu, kau tolong Abigail."

Javier mengangguk. Ia tahu bahwa Rafael harus membicarakan hal ini dengan mantan kawannya itu. Ia tahu ada sesuatu diantara mereka.

Ketika Rafael hendak pergi, Javier menahan bahunya. "Satu lagi, hati-hati dengan adikmu. Aku tidak tahu apa itu tapi, aku rasa ia berniat melakukan sesuatu yang buruk padamu."

Rafael mengangguk. Ia sudah tahu semuanya. Semenjak kejadian Natalie yang menyelidiki profil Abigail, ia sudah merasa sedikit curiga dan akhirnya ia tahu niat bulus adiknya itu.

Between Us (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang