9. Rangga

3.3K 295 4
                                    

Nicole bilang dia dapat tawaran bagus untuk pemotretannya. Ia akan muncul di sampul majalah fashion terkenal. Kami memutuskan untuk merayakannya. Seharian aku mengantarnya mulai dari menemui manajer pemotretannya sampai kemudian menemui teman-temannya. Kami juga meminta seseorang untuk mengatur semuanya agar tampak sempurna saat perayaan.

Nicole juga butuh gaun baru. Dia selalu beli gaun baru di setiap perayaan yang dia buat, dia bilang hal itu sebagai peruntungan pertamanya. Aku menunggunya memilih pakaian setidaknya dua jam dengan dia mencoba sekitar selusin gaun di ruang pas.

Sejujurnya semua tampak bagus ditubuhnya bahkan jika itu hanya gaun panjang dengan lengan panjang dan berkerah. Nicole selalu tampak cantik. Pada akhirnya dia memilih gaun pendek berwarna merah dengan belahan dada yang rendah.

Saat sore Nicole minta diantar untuk menemui teman-temannya sehingga aku hanya perlu menurunkannya di sana kemudian berangkat sendiri ke acara perayaannya saat malam.

Nicole mengalungkan tangannya ke leherku dan mencium bibirku singkat.

"Kamu akan menyiapkan sebuah kado kan untukku?" Tanyanya manja.

"Apa kamu masih butuh kado saat kamu punya aku?" Tanyaku, dia tertawa di depan bibirku.

"Kamu dan sebuah kejutan," ucapnya rendah, "sampai ketemu nanti malam," katanya. Dia menciumku lagi sebelum turun dari mobil.

Aku perlu kembali ke apartemen untuk mengganti pakaianku. Lagipula aku juga punya sedikit waktu untuk beristirahat.

Saat aku kembali ke apartemen, Casandra sedang menunggu di luar. Sebenarnya dia tidak berniat keluar pagi tadi. Dia bilang saat hari liburnya biasanya dia memang tidak pergi kemana-mana. Dia hanya akan diam di rumah, membaca buku dan tertidur. Aku memang pernah menyuruhnya untuk tidak berada di apartemen saat aku tidak di sana,tapi sebenarnya hanya untuk jaga-jaga saja agar Nicole dan Casandra tidak terlalu sering bertemu. Tapi mama menelponnya pagi itu dan meminta bertemu, aku tak punya alasan untuk menolak keinginan mama.

Seminggu ini semuanya tampak berjalan dengan baik. Casandra selalu selesai sehabis sore dari kampusnya dan aku sudah lebih dulu sampai di apartemen. Jika Nicole berkunjung, Casandra juga selalu menghabiskan waktunya di dalam kamar dan baru keluar dari kamar keesokan harinya.

Kami mencoba mengatur keseharian kami dengan baik. Aku memberikan uang mingguan untuk gadis itu, sebenarnya aku juga tidak tahu berapa pengeluarannya jadi Casandra menulis semua kebutuhannya si atas kertas. Dia menggunakan uang itu untuk makan diluar, terkadang saat malam aku membeli makanannya dan kami makan berdua sambil nonton tv.

Rasa-rasanya tidak ada yang sulit dari rutinitas itu. Mama terkadang menelpon untuk menanyakan kabar. Dan pagi tadi untuk pertama kalinya mama menelpon agar Casandra datang ke rumah untuk belajar masak. "Setidaknya harus bisa masak yang gampang-gampang," begitulah kata mama. Menurutku mama bahkan lebih sering menelponnya dari pada menelponku. Mama pasti begitu bahagia yang selama ini hanya menghadapi tiga laki-laki yang menurutnya dingin dan kaku sekarang dia bisa memiliki anak gadisnya sendiri. Aku bisa membiarkan mama seperti itu untuk beberapa waktu ke depan tanpa rasa khawatir lagi.

"Kamu sudah menunggu lama?" Tanyaku sambil mengetikkan password apartemen.

"Belum lama," jawabnya singkat.

Saat pintu terbuka, aku masuk lebih dulu sebelum dia. Casandra langsung berjalan ke arah dapur dan aku duduk di sofa dan menyalakan televisi. Casandra kemudian kembali dengan semangkuk makanan. Dia duduk di sampingku dan bertanya, "kamu mau?" Aku menatap ke arah mangkok itu dan untuk sebentar aku benar-benar berpikir itu adalah bubur bersaus. "Aku memasaknya terlalu lama, setidaknya ini adalah percobaan pertama," katanya seperti mengerti apa yang kupikirkan.

Two Lies, One Truth (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang