Saat aku sampai ke apartemen setelah mengerjakan tugas kelompokku, Nicole juga sedang ada di sana dan wanita itu sedang memasak di dapur dengan hanya mengenakan kemeja. Aku menatapnya pertama kali karena dia yang membukakan pintu dan sesaat aku tidak bisa bergerak di atas kakiku. Aku menelan ludahku dan mengalihkan pandangan dengan cepat.
"Kamu mau masuk atau tidak?" Tanyanya. Aku tidak tahu, tapi pikiranku sudah lari kemana-mana, jika Nicole hanya mengenakan kemeja Rangga maka Rangga tidak mengenakan apa-apa. Apa baru saja mereka melakukan hal kotor di dalam sana? Aku tidak bisa menahan agar ekspresi jijik tidak muncul di wajahku. Apa ini Amerika? Apa ini Eropa? Kenapa cara berpacaran seperti itu?
"Hei, kamu tidak masuk?" Nicole menyadarkanku dan dia menatapku dengan alis bertaut.
Aku berpikir untuk pergi, sungguh, aku membayangkan diriku berjalan lagi ke lift dan turun ke lantai bawah apartemen ini, menghabiskan sisa waktuku dengan duduk di sofa resepsionis sambil memangku laptopku dan mengerjakan tugasku.
Mengingat apa yang dikatakan perempuan itu soal aku beberapa hari yang lalu membuatku ingin bersikap sebaliknya. Aku mengangguk dan kemudian masuk ke dalam. Aku ingin tahu apa mereka akan merasa tidak nyaman dengan keberadaanku atau tidak.
Nicole berjalan pertama kali ke dapur dan aku juga berjalan ke dapur untuk minum. "Kamu memasak?" Tanyaku.
"Benar, aku memasak, kamu tidak bisa, kan?" Kulihat dia tersenyum. Aku memang melihatnya memasak, tapi aku tidak bilang aku mencium aroma aneh dari masakannya. Saat aku berjalan, Nicole menghentikanku. "Malam ini, jangan keluar dari kamarmu," katanya, "kamu bisa saja melihat sesuatu yang tidak seharusnya kamu lihat," dia menyeringai. Aku menatapnya agak lama, aku senang aku jago membuat wajah datar sehingga seringaian Nicole tak bertahan lama. Aku langsung berbalik kemudian meninggalkannya bersama aroma masakannya yang aneh itu.
Saat aku hendak ke kamarku, Rangga baru keluar dari kamarnya dan baru selesai mandi. Laki-laki itu mengenakan baju tidurnya dan rambutnya juga tampak masih basah.
"Bergabunglah makan malam dengan kami," katanya saat melihatku pertama kali.
Aku berpikir dan sepersekian detik lamanya aku benar-benar hendak berkata tidak, terima kasih, tapi yang kulakukan adalah mengangguk dan berkata "baiklah."
Aku masuk ke dalam kamar dan mengganti pakaianku. Ponselku bergetar dan ada chat masuk dari Luna.
Kamu pulang duluan? Begitu katanya
Scriptnya kan sdh selesai. Aku kerjain sisanya di rumah balasku cepat dan secepat itu Luna membacanya dan membalasnya.
Scriptnya masih jelek, Cas. Ayo kesini skrng, kami sedang ngerjain d tmpt biasa
Tugas iklan ini bahkan tidak mudah, kami sedang mencoba mengiklankan suatu produk dan aku berusaha keras mengedit gambar produknya. Kami bahkan masih harus shooting video. Yang kami kerjakan benar-benar masih 25% nya saja.
Baiklah, aku ke sana sekarang chatku padanya. Kemudian aku kembali mengganti celanaku dengan jins dan kutumpuk kaosku dengan blazer biru.
Saat aku keluar, Nicole baru menata makanan di meja di ruang tengah. Rupanya sedari tadi dia menggoreng ikan dan membuat tumisan sayur yang bau aneh tercium darinya. Rangga duduk di sofa sedang menonton tv. Saat aku mendekat, mereka menatapku.
"Kamu mau keluar lagi?" Tanya Rangga, Nicole hanya mengerdikan bahunya tak peduli dan mulai mencuil ikan yang baru ia goreng.
"Ada tugas kelompok," jawabku singkat. Laki-laki itu menganggukan kepalanya.
"Baiklah, kalau begitu hati-hati."
Nicole menyiapkan piring untuknya dan menaruh nasi di atasnya. Dia memberikan ikan goreng ke piring Rangga dan tumisan sayur yang dia buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Lies, One Truth (TELAH TERBIT)
RomanceCerita ini sudah terbit loooh. Kalau mau baca atau mau koleksi bisa pesan ke instagram atau tokopedia @lokemediasamarinda atau bisa juga WA ke 087725660563 ** Rangga dan Casandra memulai pernikahan mereka dengan niat yang salah. Mereka berpikir bahw...