34

4.7K 409 31
                                    

"Di mana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di mana?"

"Di sebuah dimensi terkutuk. Itulah sebutan yang kami berikan pada dunia tempat kita berada saat ini."

"Minumlah nak ... kita akan membicarakan hal ini setelah kau merasa lebih baik."

Tanpa ragu, Ryn menerima gelas yang diberikan wanita itu. Matanya sibuk melihat beberapa pemandangan yang membuat otaknya berpikir keras.

Beberapa wanita sedang heboh karena melihatnya bangun, ada yang buru-buru mengambilkan pakaian, sebagian lagi mengambil beberapa buah-buahan entah apa yang ingin mereka lakukan dengan semua itu.

"Sudah merasa lebih baik?"

Ryn mengangguk kaku sebagai balasannya.

"Mari kita ke ruang pertemuan. Tidak apa-apa. Semua jiwa yang baru datang di sini akan kami sambut dan kami hitung sebagai bagian dari penduduk kami."

"Baiklah," jawab Ryn sambil berjalan mengikuti wanita tersebut.

Mata birunya itu bergerak menilai keindahan tempat di mana dirinya berada saat ini. Ia menghirup udara dan merasakan bau petrichor yang membuatnya sedikit tenang sekaligus takut. Ia segera menepiskan pikirannya tentang hujan dan mulai menikmati pemandangan di lorong sekitarnya, dinding batu yang dirambati tanaman ivy, membuat suatu pola seni yang menakjubkan.

lorong yang mereka lalui menuntun mereka sampai ke sebuah pintu berhiaskan rambatan sulur tanaman dan beberapa bunga yang terlihat asing di mata Ryn.

Terdengar suara pintu yang berdecit setelah wanita itu membukanya.
Ryn menggelengkan kepalanya sambil berseru takjub melihat keindahan yang lagi-lagi tak pernah ia saksikan selama ini.

"Selamat datang gadis manis. Sungguh mulia dan aku turut berduka ya, karena gadis semuda dirimu harus ikut tertarik ke dunia ini," sambut wanita lainnya dengan rambut merah menyala.

"Memangnya kenapa kalau aku ada di sini?"

"Silahkan duduk terlebih dahulu. Sebelumnya perkenalkan namaku Igna."

Ryn mengangguk lalu tersenyum tulus dan segera duduk di atas kursi kayu yang penuh ukiran tersebut.

"Catherine. Bisa dipanggil Ryn."

"Baiklah. Selamat datang Ryn. Maafkan kami karena kata-kata kami bisa saja menyinggungmu. Tapi inilah faktanya jadi kita hanya bisa pasrah menerima takdir kita," ujarnya sambil mengela napas.

"Jadi kami semua adalah jiwa-jiwa yang diambil paksa oleh bedebah gila itu dan akan dijadikan barang eksperimen untuk kekuatan hitam yang tak jelas asal usulnya. Tentu saja kami merasa tidak terima diperlakukan seperti ini tapi kami pun tidak pernah mendapatkan cara untuk keluar dari tempat ini."

"Apa kalian tidak pernah mencoba?"

Igna tersenyum masam, "Pernah. Tapi kami gagal melakukannya. Bahkan kami kehilangan salah satu pasukan terbaik kami."

POM #1 The Return of the Witch [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang