Sudah berhari - hari Juhee terlihat diam. Tidak seperti biasa dia membuat bising bersama sahabatnya. Melihat perubahan tersebut, Jeno mendekati Juhee yang duduk sendirian di taman sekolah.
Jeno menyodorkan sekaleng susu di hadapan Juhee. "Mau?" Tawarnya.
Juhee mengangkat wajahnya yang tertekuk. Ia tidak bisa melihat orang yang di depannya akibat sinar matahari yang terhalang. "Jeno?" Tebaknya.
Jeno mengambil duduk di sampingnya lalu memberikan sekaleng susunya pada Juhee. "Tumben diem biasanya kayak burung beo di kelas?" Tanya Jeno, yang meminum kaleng susunya yang sudah terbuka.
Juhee membuka kaleng tersebut lalu meminumnya. "Unmood," singkatnya.
"Mau cerita?"
Juhee memiringkan badannya, menghadap ke Jeno. "Aku itu kesel! Kenapa sih aku udah gak ganggu mereka, tapi masih aja diomeli? Serasa pekerjaan mereka lebih penting ketimbang akunya!" Jerit Juhee. Ia menumpahkan seluruh emosinya pada Jeno.
Jeno paham maksud Juhee. "Sabar. Mungkin mereka lagi ada masalah sama kerjaan?"
"Tapi bisa gak sih masalah di kantor ya di kantor aja gak usah di bawa ke rumah??" Sekarang Juhee malah memaju-mundurkan pundak Jeno dengan kasar.
Dari arah kantin, Haechan melihat Jeno dan Juhee yang berjarak beberapa meter. "Eh, eh! Ngapain tuh Jeno kek diterpa angin topan??" Tanya Haechan kepada Jaemin yang sedang menyantap mie ayamnya.
"Ya! Ya! Ya gak usah jitak kepala kenapa??" Jaemin memerkas tangan Haechan yang ada di kepalanya.
"Eh? JeJu ngapain berduaan di taman?" Seru Jaemin kepada Jeno dan Juhee yang tidak jauh dari tempatnya.
"Woi! JeJu! Inget sekolahan woi! Berduaannya kalo udah pulang!"
Merasa disoraki, Juhee menatap tajam ke arah Jaemin dan Haechan yang sedang duduk di pojok kantin. Tetapi ia tidak menanggapinya. Ia kembali menangis di hadapan Jeno yang menghela nafas.
✖
Sepulang sekolah, mereka berempat melakukan kerja kelompok lagi di tempat yang sama. Lagi - lagi Haechan dan Jaemin tidak bisa diam malah bermain dengan kucing.
Juhee hendak meminum minuman yang disaji mama Jeno tadi, tetapi terdapat kucing yang menjilatnya.
"Aaa!!" Teriak Juhee membuat semuanya kaget.
"Ah! Di sini kamu Coco!" Jeno segera mengambil kucing berwarna kuning gelap tersebut. "Eh? Maaf ya dia suka susu cokelat jadi gitu deh, diminum. Aku bikin lagi ya." Juhee hendak pergi, tetapi Jeno menahannya.
"Gak! Aku kesel!" Juhee keluar rumah Jeno lalu mengayuh sepedanya dengan cepat.
✖
"Kenapa sih lagi - lagi kerja kelompok di sana?" Oceh Juhee dengan mengayuh cepat sepedanya agar sampai menuju rumah karena hari mulai gelap.
"Astaga!" Juhee menabrak sesuatu membuatnya terpental dari sepeda.
"Argh..." pekik Juhee tertahan saat melihat lututnya berdarah. "Rasanya dejavu," gumamnya.
Juhee berusaha bangkit dari jatuhnya lalu memposisikan sepedanya berdiri lagi. Ia melihat terdapat kucing kecil di dekat rodanya berdarah tergeletak tak berdaya.
Juhee merasa kasihan, tetapi ia segera menepis rasa tersebut. "Gara - gara kamu aku jatuh sampe berdarah, sepedaku juga nambah lecet. Pokoknya kita impas!" Seru Juhee pada kucing tersebut.
Juhee segera meninggalkan kucing tersebut dengan mengayuh sepeda dengan cepat. Tetapi tiba - tiba ada yang menghantamnya dari samping dengan keras, dan semua pun hitam.
✖
Jeno tengah membersihkan ruang tamunya setelah digunakan kerja kelompok tadi. Tidak lama saat Juhee pulang tadi, Jaemin dan Haechan juga memutuskan pulang dengan alasan hari mulai gelap.
"Oh? Ini kan hapenya Juhee?" Gumam Jeno saat menemukan hape Juhee tergeletak di karpet ruang tamunya.
Jeno segera keluar dari rumah untuk mengejar Juhee, tapi sepertinya ia sudah tertinggal jauh. Ia hendak kembali ke rumah, tetapi ada suara yang membuatnya terdiam di tempat.
"Eh?" Jeno mendekati sumber suara tersebut. Mata Jeno sangat berbinar saat melihat kucing kecil dekat tumpukan sampah.
"Hei? Kenapa kamu di situ? Dimana pemilikmu?" Tanya Jeno kepada kucing itu. Ia menjongkok di depan tumpukan sampah untuk memungut kucing tersebut.
"Woah! Kamu kucing jenis scottish, tapi kenapa bisa di sini? Bukannya cuman ada di pet shop? Apa kamu kabur?" Oceh Jeno sendiri.
"Aku pengen kamu. Tapi kucing di rumahku sudah banyak. Bahkan ada yang sekamu. Aku takut mama marah," lanjutnya.
"Tapi kamu scottish! Kucingku warnanya kuning dan lokal selama ini. Apa kamu aku bawa ke rumah aja?"
Jeno terlihat berpikir. "Ah gak apa! Lagian kucingku hilang waktu itu! Kamu kucing terakhir yang kupelihara!"
Jeno pun mengangkat kucing tersebut lalu mendekapnya dalam pelukan menuju rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M YOURS × Jeno
Fantasyi dont know whats goin on, but i will always stand by you. ➖ 20171222 ~ 20180518 ➖ aimuyo 2017