01 :: KIM SEOKJIN

679 77 44
                                    

Hari itu sekolah memulangkan murid lebih cepat dari biasanya. Mereka bilang guru-guru akan mengadakan rapat acara tahunan sekolah yang diadakan tiga hari lagi. Ada pula yang berkata bahwa geng sekolah kembali berkelahi dengan Sekolah N dan terjadi kerusuhan. Entahlah. Yang penting pulang cepat.

Setelah bangku-bangku diangkat, papan tulis dihapus bersih, serta kelas yang kembali rapih, piket harian, aku dan teman-temanku memutuskan untuk pergi bermain ke salah satu tempat bermain di pusat kota. Menghibur diri sehabis melaksanakan pekan ulangan harian yang terasa begitu melelahkan. Lagipula pulang cepat juga jarang sekali terjadi.

"Kim Sejin, Itu kakakmu, bukan? Laki-laki berbando kelinci itu..."

Saat sedang asyik bermain, salah satu temanku berbisik seraya menunjuk sosok laki-laki berbando kelinci yang heboh bermain permainan tembak-tembakan yang entah apa namanya.

Benar, itu Kim Seokjin.

"Sedang apa kakakmu di sini?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Yoonyeong, aku malah melangkahkan kaki mendekati Seokjin.

Rasanya lucu melihat laki-laki 25 tahun dengan mantel pink serta bando kelinci dengan warna senada sedang berseru-seru heboh karena game yang dimainkan. Bahkan orang-orang yang lewat rela untuk berhenti sejenak dan memperhatikannya.

Tolong, orang yang kalian perhatikan itu pewaris sah Jinhit Entertaiment...

"Oh? Kim Sejin, sedang apa disini? Membolos ya... Awas zombie itu!" Seokjin membungkuk secara tiba-tiba. Ia menarikku untuk ikut membungkuk dan itu membuatku merasa konyol.

Aku sepertinya lupa kalau kakakku adalah Kim Seokjin yang urat malunya terputus saking tidak kuatnya melawan semua kelakuannya. Percaya dirinya terlalu tinggi untuk merasakan malu.

"Aku pulang cepat hari ini," jelasku sambil merapihkan rambut dan menatap sekitar, merasa canggung. "Oppa sendiri kenapa bisa ada di sini? Tidak bekerja?"

Ia menoleh sejenak. "Bermain?"

Oke... aku menghela napas. "Bukan itu maksudku..."

Tahu-tahu ia meletakkan kembali pistol mainan pada tempatnya. Permainannya selesai.

"Pamit pada teman-temanmu, kita pulang."

Aku masih mengernyit bingung ketika ia meregangkan otot dan memijat bahunya lantas mengeluh, "Ah... Aku merasa lelah, tetapi seharian ini aku tidak melakukan apapun."

"Mungkin hatimu yang lelah karena sudah lama tidak disinggahi," celetukku. "Atau angka kehidupan yang semakin menggerogotimu. Entahlah..."

Seokjin benar-benar terlihat seperti beruang kutub yang akan menerkamku hidup-hidup. Tapi sebelum ia berhasil, aku sudah lebih dulu lolos dan berlari secepat kilat pada teman-temanku. Berpamitan sebelum mendapat cubitan, mungkin?

Yang pasti aku masih dapat mendengar seruan sebal yang terlontar dari bibir tebalnya.

"Adik sialan!"[]

TRIVIA ○●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang