10 :: Jungkook

85 9 0
                                    

"Gimana ulangannya?"

Baru juga aku melangkahkan kaki keluar dari ruang ujian, sosok itu sudah menyambut tak jauh dari pintu yang setengah terbuka. Ia sempat menyengir padaku; memperlihatkan gigi kelincinya; eyesmile andalannya; kelucuannya;  serta sedikit rasa kasihan yang terselip, sebelum kembali fokus pada gawai di tangan.

Biar kutebak. Kinza pasti sedang bermain game lagi.

"Jangan ditanya. Ulangannya baik-baik aja, tapi akunya nggak," keluhku seraya mendekatinya.

Ia menoleh sekilas. "Kok gitu? Nggak setia kawan, dong, ulangannya? Harusnya susah bareng seneng juga bareng..."

"... emangnya ulangannya temenan sama aku?"

"Nggak, sih. Daripada temen, kayaknya lebih ke musuh. Kamu yang musuhin dia."

Ha? Kok jadi begini, sih?

"Ah nggak tahu," aku menyentakkan kaki, sekonyong-konyong merasa kesal meski tak jelas apa penyebabnya.

 Mungkin ulangan matematika yang memusingkan, atau kelakuan adik kelas di samping tadi yang jadi penyebabnya.

"Udaah... jangan kesel. Kalau kata orang mah ujian itu: datang, kerjakan, lupakan," Kinza melepas sebelah tangannya dari gawai untuk kemudian mengusap-usap kepalaku, menepuk pelan, dan meninggalkan kesan hangan yang menenangkan.

 "Tapi jangan di lupain juga materi pelajarannya," ia terkekeh. "Nanti kalau ulangan lagi berabe. Ingat, guru-guru selalu berkata matematika itu penting dan dipakai di hampir semua ilmuㅡoke, apalah itu. Yang pasti lupain perasaan pas ulangannya aja: kesalnya, sebalnya, stressnya. Oke?"

Aku mengangguk paham dengan telapak tangannya masih berada di atas kepalaku.

"Nah, sekarang daripada pusing mending kita main game saja. Overwatch?"

Sekali lagi cengirannya muncul. Aku sebenarnya ingin berpura-pura sebal, menggerutu malasㅡmeski dalam hati ingin. Hanya saja seikat bunga yang baru kusadari keberadaannya mengalihkan atensiku.

"Itu di atas kepala apaan?" Tanyaku.

"Eh?" Kinza meraba-raba kepalanya, sedetik kemudian sudah menggenggam bunga tersebut sambil menelitinya. "Ini?"

Aku mengangguk.

"Bunga."

Duh, aku ini punya indra yang lengkap serta pengetahuan cukup untuk tahu itu adalah bunga.

"Hehe. Berhubung ulangannya udah beres, ini buat kamu. Tapi jangan di makan, ya. Nggak enak. Mending makan sama aku aja abis ini. Mau masakan Padang atau apa? Terserah kamu deh, yang penting kita makan bareng."[]








Ini tuh dulu semacam hadiah aku buat temen yang nggak tahu masih nganggep aku temen atau nggak :(

TRIVIA ○●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang