30/12/17
"Sampai kapan mau bermain tarik ulur begini? Perasaanku bukan sekedar permainan, kau tahu?"
Demi tongkat sihir Ron yang patah, aku tidak pernah mengerti dengan jalan pikiran seorang Kim Taehyung. laki-laki menyebalkan itu selalu memiliki ide serta perilaku tak terduga yang jika terus-menerus terjadi bisa membuatku jantungan.
Sejak tidak sengaja bertemu di mini market ketika petang menjelang dan berakhir mengobrol dengan dua cup ramen, aku dan Taehyung entah mengapa menjadi dekat. Di kelas duduk bersama, pergi ke kantin bersama, ikut eskul yang sama pula. Hebatnya lagi fakta bahwa rumah kami berdekatan dan ibu yang saling mengenal.
Aku tidak ingat berapa banyak julukan yang anak kelas berikan pada kami tapi untuk memperjelas semua, aku dan Taehyung itu murni berteman.
Yang menjadi sial adalah ketika murid pindahan yang kemudian menjadi teman dekatku itu mulai membicarakan soal hubungan pertemananku dan Taehyung. rasanya seperti otakku dicuci tanpa ampun hingga ada banyak hal yang merubah pandanganku.
Tabak apa salah satunya?
"Aku tahu kamu suka Taehyung."
Damn. Karena kalimat laknat itu aku mulai berpikir bahwa aku memang menyukainya.
Tidak, tidak. Sebenarnya aku memang menyukainya-dalam ketidaksadaran yang begitu besar. Mengingat-ingat apa yang terjadi diantara kami, sikap Taehyung yang bisa dibilang perhatian, paniknya ia saat aku sakit, juga hal-hal lainnya yang tidak mungkin terjadi dalam pertemanan biasa.
Tapi aku diam saja. Berusaha bersikap normal dan memendam segala rasa sendirian hingga terkadang aku menemukan diriku sedang menangis karenanya.
Kim Taehyung itu, aku tidak berani untuk menyatakannya-juga mempertanyakan bagaimana perasaannya kepadaku. Yoonji meyakinkan Taehyung menyukaiku melihat dari sikap manisnya kepadaku, tapi ia yang sering menjauhiku secara tiba-tiba membuatku sangsi.
Perasaanku seperti dipermainkan olehnya, dan itu sama sekali bukan hal yang menyenangkan.
Lantas ketika aku merasa benar-benar muak akan segalanya, emosiku meledak tanpa kontrol.
"Yya. Kim Taehyung. Aku benar-benar lelah dengan segala tarik ulur dan permainan darimu meski aku tahu kau bahkan tidak menyadarinya. Aku tahu dengan pernyataanku ini kemungkinan besar apa yang di antara kita akan berubah-tapi aku sama sekali tidak perduli karena aku sudah tidak kuat lagi," ujarku.
Sementara Taehyung menatapku dengan mulut terbuka dan pendangan bingung, aku menghirup napas dalam-dalam. Tanganku mengepal kuat dengan segenap keberanian yang kukumpulkan.
"Aku menyukaimu. Sejak dulu."
Entah bagaimana rupaku di matanya saat itu tapi aku merasakan lega serta cemas di saat yang bersamaan. Detik-detik penuh keheningan yang melanda sementara Taehyung bergeming seakan mencerna kalimat yang kulontarkan.
Aku sebenarnya tidak terlalu mengharapkan apapun, sungguh.
Jadi ketika sudut bibirnya tertarik hingga membentuk sebuah senyum serta tangannya yang mengusap kepalaku lembut aku hanya membeku di tempat. Tidak berlangsung lama, dua buah tangan melingkupi tubuhku-memberikan sebuah pelukan hangat bercampur aroma parfum Taehyung yang khas, membawa kepalaku menempel pada dadanya hingga suara degup jantung yang tak karuan itu berhasil terdengar.
"Aku juga menyukaimu..."
Suara terdengar begitu pelan, tapi berhasil membuatku tersenyum senang.
Sekali lagi... HBD bangtae
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIVIA ○●
FanfictionKumpulan jeritan tangan (draft) This used to be a part of Challange :: 25 Days of Flash Fiction