31/12/17
"I will never be good enough for anyone. That's all."
"Kau pernah memiliki kekasih?"
Min Yoonji terlonjak kaget ketika suasana hening yang tercipta sementara ia membereskan pakaian serta buku-bukunya pecah karena suara berat itu terdengar. Atensinya terganggu, sehingga ia mau tidak mau mengedarkan pandangan demi menemukan asal suara itu.
"Jangan terlihat bodoh, Ji. Kau tahu aku ada di sini."
Sosok pucat itu melambaikan tangannya, tersenyum kecil.
"Demi tuhan, sudah kubilang jangan muncul secara-tiba-tiba," Yoonji bersungut sebal. Gadis itu segera meletakkan novel tebal di atas kasur lantas menyongsong lelaki berkacamata itu.
"Lalu aku harus apa? Membawa lonceng atau bel kecil untuk kemudian menjadi tanda kedatanganku?" Min Yoongi berdengus pelan. "Kupikir aku akan terlihat konyol."
Yoonji memutar bola matanya malas. Setidaknya membawa bel atau semacam itu tidak akan membuatnya terkena serangan jantung disetiap saat. Kemunculan lelaki itu sama sekali tidak terduga, seperti hantu yang acapkali muncul tanpa peringatan.
"Kenapa muncul? Ada sesuatu yang terjadi?"
Min Yoongi terlihat mondar-mandir sejenak sebelum mengusap wajah dan duduk bersandar pada singgasana nyamannya. Ia terlihat begitu risau. Yoonji tidak mengerti kenapa dan ia menunggu sebuah penjelasan.
"Aku hanya merasa... aneh." Setelah keheningan lama Yoongi membuka suara.
"Aneh kenapa?"
"Tidak tahu. Padahal hanya karena gadis London dengan pita-pita indah itu menyapa dan mengobrol singkat denganku, aku tiba-tiba merasa aneh. Apa aku terjangkit sesuatu? Apa ini wajar?"
Gelak tawa seketika terdengar. "That's it? Kau bertanya apa aku pernah memiliki kekasih hanya karena itu?"
"Hanya itu? kau bilang hanya itu?! Tahu tidak sih, seberapa anehnya ini?" Seru Yoongi bersungut-sungut. Ia sendiri sebenarnya tidak mengerti kenapa ia jadi sentimentil seperti itu, tapi tertawanya Yoonji membuat harga dirinya merasa diinjak-injak.
"Wow, santai, Min. Kurasa aku tahu penjelasan dari rasa anehmu itu. tapi sebelum kukatakan, biar aku menebak sesuatu. Kau pasti belum pernah menjalin hubungan dengan gadis manapun, kan?"
Ditanya begitu Yoongi termenung. "Aku bahkan belum pernah jatuh cinta
"Benarkah? Lalu kalau kubilang kau jatuh cinta, akankah kau berusaha untuk mengejarnya dan mendeklarasikan sebuah jalinan diantara kalian?"
Lelaki itu menghela nafas. "Entah. Sepertinya tidak."
"kenapa?"
"aku merasa.. I will never be good enough for anyone. That's all."
"Ew, that bulshit again," Yoonji berdecih tak suka. "Dari dulu aku selalu membenci kata-kata sampah itu. mengatakan dirinya tidak cukup baik, atau terlalu buruk untuk si pasangan, dan bla... bla... bla... kalau begitu kapan merasakan cinta? Kurasa itu masalahmu kenapa tidak pernah memiliki kekasih hingga saat ini."
"Menurutmu aku harus apa?"
"Instingmu berkata apa?" gadis itu balik bertanya dan lagi-lagi dijawab oleh keheningan. Yoonji tahu Yoongi pasti sedang bertengkar dengan dirinya sendiri. "Kalau sama-sama merasa tertarik kenapa tidak dicoba saja? Ini akan jadi yang pertama untukmu, kan?"
"Tapi lukisannya ada di museum..."
Museum ya? Tempat orang-orang mengangumi lukisan... Yoonji berpikir persoalannya akan rumit. Tapi mengingat Min Yoongi yang mengalami sepertnya tidak akan.
"Kurasa Louis Williams Suga Adams Junior ke 3 punya banyak cara untuk mendapatkannya."
Dan memang benar. Karena yang selanjutnya terjadi adalah sosok Yoongi yang tanpa banyak kata bangkit dari duduk dan menghilang dari pandangan. Meninggalkan dirinya yang duduk tersenyum memandangi lukisan besar yang kosong dihadapannya.
Semoga berhasil.
새해 복 많이 받으세요
Ganti tahun perutku malah sakit wkwk sepertinya ini karma di suruh istirahat karena tensiku rendah malah begadang.
Anw sehat selalu dan 2018 lebih baik bersama bangtan 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIVIA ○●
FanfictionKumpulan jeritan tangan (draft) This used to be a part of Challange :: 25 Days of Flash Fiction