04/06/18
Idk i just wanna upload this oneshoot hereIa hadir di sana. Di ambang pintu kamar, bersandar pada kusen sambil bersedekap. Tatapannya tajam menusuk jiwa; alisnya bertaut hingga tampak benar-benar menyatu; auranya menyeramkan, menguar dengan kuat hingga berhasil membuatku bergidik ngeri.
"Ngapain?" Tanyanya dengan suara rendah, dingin, dan menusuk. Sedikit nada menyindir terselip sehingga aku merasa melakukan sebuah kesalahan besar.
Dan aku memang melakukannya.
Kedua ibu jari yang sedari tadi bertingkah: menari di atas tombol alfabet pada layar gawai sekonyong-konyong kehilangan kekuatan. Membeku bak air yang didinginkan hingga menjadi sebongkah es. Bersamaan dengan itu gemetar datang dengan rasa gugup tak terkira.
"Belajar," katanya lagi.
Masih dengan intonasi yang sama. Bedanya satu kata yang terkesan memerintah itu benar-benar menohokku. Seperti sebuah kepalan tangan menonjok perutku, membuatku seketika terjengkang dan K.O di tempat.
Sesungguhnya aku ingin mengatakan sesuatu: sebuah sanggahan serta pembelaan. Namun agaknya proses pembekuan sudah merayap hingga mulut. Bibir ini jangankan bersuara, membuka pun tak sanggup.
"Katanya mau sukses? Katanya kamu mau ketemu inspirasimu? Katanya kamu ingin membanggakan orang-orang ... "
Jeda sejenak untuknya menghela nafas.
"... dengan kamu ngelakuin hal kayak giniㅡbuang-buang waktuㅡartinya kamu nunda sukses, dek. Pernah nggak kamu mikir, apa yang berapa ribu anak seumuranmu lakukan selagi kamu buang-buang waktumu? Berapa presentase akan kepastian kamu bisa lulus ujian? Apa kira-kira rapotmu akan tetap bagus?"
Aku menunduk, diam.
"... yakin dengan keinginanmu masuk PTN yang kamu mau itu? Jurusan yang kamu bangga-banggakan itu? Dek, kamu bilang kamu bukan jenius. Otakmu tidak sepintar teman-teman lainnya. Tapi seenggaknya kamu rajin dan berkemauan tinggi. Kamu niat untuk berusaha, dan mengaplikasikannya ke dunia nyata ..."
Helaan nafas lainnya. Oh, kali ini ia melangkahkan kakinya untuk mendekatiku. Tangannya terulur bersamaan dengan jarak yang terkikis. Sedetik kemudian jari-jari indahnya sudah mengusap rambutku, sebuah senyum tulus terukir, juga tatapan penuh kasih sayang. Rasanya menghangatkan.
"... sekarang belajar, ya?" []
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIVIA ○●
FanfictionKumpulan jeritan tangan (draft) This used to be a part of Challange :: 25 Days of Flash Fiction