Durasi 6 - Kesepakatan

712 272 4
                                    

Aku ingin kalian memberikan komentar. Apa pun itu. Untuk mengembangkan.

TYPO DAN EBI YANG TAK SEMPURNA MUNGKIN BANYAK BERTEBARAN DI SINI. JADI, MOHON KITA SALING BELAJAR😊


Enjoy this story
-
-


"Tempat apa ini, Kel?" Raini bertanya penasaran setelah turun dari motor. Ia mengibas-ngibaskan rambut panjangnya yang berantakan. Benar saja, ketika rambutnya tidak dicocang rapi, akan sangat mengganggu dirinya.

Ingatkan Raini untuk memaksa Mami mencocangkan rambutnya esok hari.

"Markas," Kelvin menjawab santai, berdiri di sebelah Raini setelah memarkirkan motornya. "Ayo masuk."

"Oke." Raini mengekori langkah Kelvin menuju bangunan tersebut.

Tiba di depan pintu, Kelvin terlihat menekan sebuah tombol putih di samping bingkai pintu. Dua kali.

"Itu semacam bel rumah ya?" celetuk Raini.

Kelvin mengangguk. "Tapi bunyinya beda jauh sama bel rumah yang biasa lo dengar."

"Masa? Emang bunyinya kayak gimana?"

"Nggak bisa kedengeran kalau kita di sini. Entar pas udah di dalam baru lo tahu."

"Oh gitu."

Bersamaan dengan tanggapan Raini itu, pintu markas tersebut terbuka dari dalam, lalu muncul seorang pemuda yang usianya lebih tua beberapa tahun dari mereka.

"Woi, Bro!" Pemuda itu membuat salaman aneh bersama Kelvin. Sepertinya salaman khas markas mereka. "Apa kabar lo?"

"Kalau gue nggak sehat nggak masuk akal gue bisa datang ke sini." Kelvin tercengir lebar, melepaskan jabatan tangan mereka. "Oh ya, kenalin, ini sepupu gue, Raini." Kelvin memperkenalkan Raini pada pemuda itu.

Raini menjabat tangannya, tersenyum ramah.

"Gue Aji, ketua sekaligus pemilik markas ini. Kelvin cuma sebatas anggota." Entah apa maksudnya ia menyangkutpautkan Kelvin pada perkenalan tersebut.

Jabatan tangan mereka terlepas.

"Ayo masuk, nggak usah sungkan walaupun Kelvin udah jarang ngumpul lagi ke sini. Gue lagi buat blackforest di dalam." Pemuda itu masuk ke dalam markas, disusul Kelvin lalu Raini. Ia mempersilakan mereka berdua duduk di sofa berwarna coklat gelap.

"Lo nggak pernah cerita sama gue punya genk, Kel," Raini berbisik pada Kelvin.

Kelvin menatapnya geli. "Bukan genk, Rai. Tapi komunitas. Emang apa pentingnya lo tau gue punya komunitas?"

Raini menyikut pinggangnya. "Ya pentinglah. Kalau gue punya masalah kan bisa lari ke sini. Minta bantuan."

"Astaga, masalah lo sebenarnya seberapa banyak sih, Rai?"

Raini mengedikkan bahu. "Entah, mungkin kalau gue jabarin satu persatu nggak bakalan selesai sampai entar malam."

Kelvin menatap ngerih. "Serah lo dah."

Beberapa detik menunggu, Aji si pemilik markas datang dari dapur sambil membawa sebongkah kue Blackforest baru jadi seperti yang dibilangnya tadi.

Raini menatap tidak percaya. "Ini lo yang buat?" tanyanya takjub, memangkas jarak kue dengannya.

Aji mengangguk bangga. Ia menunjuk Kelvin. "Kelvin yang ngajarin gue."

"Hah?" Raini berharap dia salah mendengar, menatap Kelvin sebentar. "Bercanda, kan?"

"Serius." Aji membentuk V dengan jarinya. "Gue awalnya sama kayak lo, nggak percaya kalau si Kelvin ini bisa buat kue. Tapi kemudian gue jadi percaya setelah dia ngajarin gue bikin berbagai jenis kue."

𝐃𝐄𝐆𝐑𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang