Durasi 12 - Jalan-jalan

615 62 9
                                    

Enjoyin aja gaes
-
-

"Boleh ya, Mi? Ya, ya? Please .. Hanya jalan-jalan sebentar kok, Mi, nggak lama-lama. Raini jamin deh pulang dengan selamat. Ya, Mi? Boleh, ya?"

Pukul tujuh malam lebih sedikit, Raini sudah siap membuat dirinya tampak rapi dan cantik. Kaus atasan berlengan panjang berwarna biru muda, dengan bawahan rok bermotif yang sedikit di atas dengkul terpampang di tubuhnya. Sayangnya, apa yang sudah dipersiapkannya itu tidak lantas membuat Mami langsung mengangguki permintaannya yang ingin pergi dengan kakak kelasnya.

"Kamu bilang kamu baru kenal sama dia, Rai? Tapi apa kamu udah tahu betul gimana sifatnya? Kalau kamu nggak dibawa pulang lagi gimana? Diculik, dijual, di-di yang lain lah. Cowok zaman sekarang, Rai, sedikit yang benar-benar bagus luar dan dalam. Kadang hanya tampangnya aja yang kelihatan baik, tapi ternyata hatinya nggak. Kita nggak bisa menilai seseorang begitu aja hanya dengan beberapa kali pertemuan. Butuh waktu lama.

"Nggak apa-apa dia datang ke sini, main, nggak masalah. Mami malah seneng. Tapi kalau dia ngajak kamu jalan keluar malam-malam begini ... Mami agak riskan ngasih izin ke kamu loh, Rai." Mami yang tengah menonton acara talkshow di TV sesekali tidak fokus karena berbicara pada Raini.

Wajah Raini berubah cemberut. "Sebenarnya  .. Raini udah lama kenal sama Kak Jeno, Mi. Dari awal masuk SMA malah. Kak Jeno dulu panitia OSPEK waktu Raini baru masuk kelas sepuluh. Emang sih, baru-baru ini aja Raini bisa dekat sama dia. Tapi kan, seenggaknya Raini udah tau Kak Jeno orangnya kayak gimana, Mi. Dia baik kok, banget malah. Jadi kayaknya Kak Jeno nggak mungkin mau nyulik atau ngejual Raini, Mi. Buat apa juga?"

Mami melirik sekilas. "Anak muda sekarang, bisaan banget nyari-nyari alasan biar dikasih izin pergi. Lagian kenapa juga sih kamu baru kasih tahu sekarang kalau mau pergi? Kalau dari kemarin-kemarin kan mungkin bisa Mami pertimbangkan boleh atau nggak."

Raini merapatkan tubuhnya ke Mami. "Mi, Kak Jeno baru ngajaknya tadi loh, Mi, pas di sekolah. Mendadak. Ya kalo aku dari dulu bisa baca pikirannya, mungkin udah dari semester-semester lalu aku minta izin sama Mami buat pergi sama Kak Jeno. Ya, kan?"

Mami bersedekap. "Tapi tetap aja, Rai. Malam-malam begini bukan waktunya untuk remaja kayak kamu keluyuran. Apalagi kamu ini cewek, masih sekolah lagi, gampang dikibulin. Dikasih perhatian lebih langsung terpikat. Kecuali kalau kamu perginya nggak berduaan aja, mungkin bakal Mami izinin."

Raini mengernyit bingung. "Maksudnya, Mami mau ikut jalan-jalan juga gitu? Jadi orang ketiga? Biar Raini sama Kak Jeno nggak berduaan?"

"Aduh, Mami udah punya Papi kali, Rai. Ogah banget gangguin orang lain. Maksud Mami tuh Kelvin, si keriting itu. Ajak aja dia jalan bareng sama kamu sama kakak kelasmu itu. Nggak ada salahnya, kan? Dia juga bukan orang asing lagi buat kamu. Hitung-hitung buat jagain kamu. Mami bakal izinin kamu pergi malam ini kalau dia juga ikut. Titik."

Raini mencelos. Ide macam apa itu? Kelvin digabungkan dengan Jeno? Apa jadinya? Bukannya menjadi jalan-jalan yang menarik dan menyenangkan hati malah jadi bencana. Mereka berdua pasti terus berkelahi dan berkelahi. Mungkin Jeno tidak akan memulainya duluan, tapi Kelvin? Dia kan benci sekali dengan Jeno. Entah apa penyebabnya. Raini tidak tahu. Lagi pula, Jeno kan hanya mengajak Raini seorang untuk jalan-jalan malam ini. Mana mau cowok itu dikacaukan oleh kehadiran orang lain. Ya, kan?

No.

"Nggak bisa gitu dong, Mi. Kan yang diajak jalan-jalan cuma Raini doang. Kalaupun Kelvin ikut, dia nggak terlalu berguna juga, Mi. Dia tuh benci banget aktivitas yang bikin kakinya lelah. Mentel. Raini hanya perlu sekali buat nawarin dia jalan-jalan, pasti dia langsung menolak tanpa basa-basi. Percaya deh."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐃𝐄𝐆𝐑𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang