Chapter 3

15.7K 1.2K 133
                                    

He's a bastard

***

Aku menatap silaunya pantulan cahaya bangunan tinggi yang terbuat dari kaca di hadapanku. Sangat modern, bergaya dan mahal, sungguh sesuai dengan orang yang akan kutemui saat ini.

Seperti dia, tempatnya tinggal ini juga mengintimidasiku. Membuatku berpikir dua kali untuk melangkah ke dalam atau tidak. Tapi aku harus mendengar penawaran yang dia janjikan. Pekerjaan yang lebih baik untukku.

Angin musim dingin bertiup membuatku merapatkan mantel coklatku dan memantapkan tekad. Dan dengan langkah tak yakin aku memasuki gedung itu. Luas, itulah yang ada dibenakku saat melihat lobinya yang berlantai hitam mengkilat dengan cahaya putih kekuningan. Tempat ini tinggi dan begitu mewah dengan furniture mahal di setiap sudutnya yang ditata oleh tangan-tangan trampil desainer interior yang mahal.

Pandanganku menyapu ke sekeliling tempat itu yang sepi dan menemukan meja resepsionis yang terbuat dari marmer hitam di tengah-tengah ruangan.

"Permisi," sapaku pada wanita berpakaian rapi di depanku.

"Selamat siang nona ada yang bisa kami bantu?" tanyanya dengan senyum tiga jari yang sudah terlatih.

"Aku memiliki janji dengan Mr. Kim Jongin. Dimana lantai apartemennya?"

"Miss Jung Soojung?" Resepsionis ini mengkonfirmasi.

"Ya."

"Mr. Kim sudah mengharapkan anda. Silakan petugas kami akan mengantarkan." Senyum tidak meninggalkan wajahnya meskipun aku melihat ada kilatan penasaran di matanya yang memindaiku secara menyeluruh.

Aku mengenakan rok pendek warna abu-abu pastel, kemeja putih lengan panjang yang ditutupi mantel coklat selutut. Cukup pantas untuk sebuah wawancara kerja. Wanita itu mungkin tidak biasa melihat CEO seperti Kim Jongin melakukan bisnis di tempat tinggalnya di hari sabtu pula.

Pria berpakaian hitam yang rapi membukakan pintu lift dan menekan tombol paling atas, "Selamat siang Ma'am." Sapanya sebelum pintu tertutup.

Jantungku berdebar menatap satu persatu lantai yang kulewati. Tanganku dingin bukan karena cuaca tapi karena aku gugup. Sama seperti saat pertama kali aku melihatnya, dan aku gelisah memikirkan kembali keputusanku untuk datang kemari. Namun sebelum itu terjadi bel berdenting dan pintu terbuka.

Pria dengan senyum manis yang ramah waktu itu sudah berdiri sana aku lupa namanya, "Selamat siang, Miss Jung."

"Selamat siang," balasku dengan senyum kikuk.

"Perkenalkan sebelumnya saya Byun Baekhyun asisten Mr. Kim. Lewat sini Miss Jung," aku mengikutinya tanpa sempat melihat ke sekeliling.

"Silahkan Mr. Kim sudah menunggu anda," pikiranku terlalu fokus pada pria yang akan aku temui di dalam.

Baekhyun mengetuk lalu membukakan dua pintu kayu besar untukku. Sejenak aku meliriknya gugup. Dia tersenyum kecil padaku, namun ada yang tidak biasa dengan senyumnya. Sekilas aku melihat sorot simpati darinya sebelum aku memasuki ruang berpintu kayu besar itu yang langsung ditutup dari luar olehnya.

Kim Jongin ada di sana mengenakan kemeja putih yang kontras dengan kulitnya yang coklat eksotis dan celana jeans panjang biru pudar. Rambutnya yang biasanya tersisir rapi kini berantakan. Ia setengah duduk di atas meja kerjanya, iphone terbaru warna hitam menempel di telinganya. Matanya yang hitam kelam mengawasiku, menatapnya meluncur di sepanjang tubuhku dari kepala hingga ke ujung kakiku lalu ke atas lagi. Dia mengambil nafas dalam-dalam  dan kemudian sudut bibir kanannya berkedut, terangkat sedikit membentuk seringai.

NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang