Chapter 8

22.8K 1.1K 174
                                    

He is unbearable

***

Aku kembali ke kursi tempat aku dan Jongin baru saja saling memberi kenikmatan. Paper bag yang berisi pakaian kini berserakkan di lantai karena ulah kami tadi. Aku mengambil thong putih berenda super mahal dari La perla yang terlalu sexy, tidak menutupi banyak.

Mataku sebelumnya sempat menangkap jam digital di nangkas yang menunjukkan pukul 8.35 pagi, aku masuk kerja jam sembilan dan aku masih harus pulang untuk ganti baju, aku sudah pasti terlambat.

Aku berpakaian dengan cepat, memakai semua yang sudah dibelikan oleh Jongin tergesa. Aku tidak bisa menggunakan lagi pakaianku yang kotor. Jadi aku meminjam pakaian yang ia belikan. Hanya meminjamnya dan akan kukembalikan ketika aku sudah ganti baju di rumah nanti.

"Mengapa buru-buru, Soojung?" Tanya Jongin yang sudah selesai membenarkan celananya, ia nampak rapi tanpa cacat. Matanya mengamatiku ingin tahu.

"Aku akan terlambat bekerja."

Jongin tiba-tiba menyambar lenganku membuatku terkejut. Ia menghentikanku yang akan mengenakan mantel pemberiannya yang juga kupinjam. "Kau tidak bekerja."

Aku menyerngitkan dahi mendengarnya, tidak suka dengan nada bicaranya yang otoriter itu. "Aku maksudmu aku tidak bekerja?"

"Ah aku lupa mencantumkan ini di kontrak kita. Tapi kau bukan tipe gadis yang biasanya aku tiduri. Baca lagi pasal 4 dan 5 ayat 1 disitu tertulis jika semua kebutuhanmu adalah tanggung jawanku. Selain itu kau akan mendapatkan kompensasi dari kontrak ini jadi kau tidak usah bekerja."

"Mr. Kim maaf tapi aku bukan tanggung jawabmu dan masalah kompensasi kau sudah memenuhinya dengan membayar biaya perawatan kakakku," aku mengatakan jengkel kepadanya dengan amarah meluap yang coba kutahan agar tidak meledak. Dia sudah sangat membuang-buang waktuku.

Aku tidak butuh uangnya lagi, hanya perawatan yang terbaik untuk kakakku, cukup itu semua yang kuinginkan darinya.

"Sayang sekali kau sudah menandatanginnya, Soojung. Aku tidak menerima penolakkanmu." Ujar Jongin tenang, matanya yang kelam dan tajam itu menusuk padaku.

Namun aku tidak gentar, "Tapi aku memiliki tagihan bank, listrik, gas, air aku masih harus bekerja untuk membayar semua itu." Bantahku.

"Aku akan menanggung itu semua. Kau hanya perlu pindah ke apartemen barumu, bersenang-senang selama aku pergi dan akan ada di sana saat aku pulang." Katanya sambil mengerluarkan sebuah kartu plastik kecil berbentuk persegi warna hitam. Jongin mengambil tanganku dan memberikan benda itu padaku.

"Aku tidak mau." Tolakku mengembalikan black card ia berikan padanya tapi Jongin tidak menerimanya. Dia pikir siapa dia, memerintahku seenak jidatnya. Aku bukan bawahan atau kacungnya atau karyawanannya, aku partner sexnya, pasangan, mitra, rekan, teman dalam bisnis bukan seseorang yang bisa ia suruh-suruh sesuka hatinya.

"Kau akan melakukan apa yang aku perintahkan. Akhir dari diskusi." Katanya datar. Ia mengeluarkan tatapan mengintimidasinya itu dan aku menciut. Jongin yang seperti ini, itu jelas tidak bisa dibantah.

"Aku sudah menyuruh seseorang untuk mengantarkan surat pengunduran dirimu."

"Kau gila!" Aku berteriak marah

"Kau tidak bisa melakukan itu. Aku bisa ke sana sendiri dan melakukannya sendiri." Aku meledak, aku bisa gila berhadap dengan pria ini. Dia melakukan hal-hal tak terduga di luar akal sehat.

"Sekarang pergilah ke rumah sakit. Anak buahku sudah menunggu di sana untuk melakukan pemindahan kakakmu ke Seoul University Hospital, ada dokter terbaik di sana yang akan menangganinya." Jongin bahkan tidak mengubris omonganku.

NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang