Chapter 5

21.3K 1.2K 183
                                    


Letter of Agreement

***

Aku tidak tahu bagaimana tapi aku berakhir di sini lagi, menatap gedung berlapis kaca yang menjulang tinggi di atasku. Tidak seperti waktu itu yang menyilaukan terkena sinar matahari kali ini aku bisa melihat pantulan cahaya cantik dari lampu yang berada di sekitarnya. Aku masih berdiri di sana mengumpulkan keberanianku. Menarik nafas panjang dan melepaskannya, uap keluar dari mulutku namun aku tidak merasakan dinginnya suhu yang mencapai minus 4˚C di Seoul. Kakiku mulai melangkah, sebelum akal sehatku kembali aku masuki bangunan mewah itu.

Yang ada dibenakku saat ini hanyalah eonnie yang sedang berbaring lemah dengan wajah pucat dan selang infus di tangannya. Seratus juta won, aku harus mendapatkannya secepatnya. 

Ketika aku mencapai pintu lobi bukan hanya resepsionis yang ada di balik meja yang menatapku bingung kali ini tapi doorman yang membukakan pintu untukku juga, dia menyerngit melihatku. Mungkin dia bertanya-tanya bagaimana aku tidak mati kedinginan dengan pakaian seperti ini, aku pun bertanya seperti itu pada diriku sendiri. 

"Selamat malam, Miss. Ada yang bisa kumembantu?" Resepsionis yang waktu bertanya, sepertinya dia masih mengenaliku.

"Aku--" kataku terputus, aku berkedip menelan ludahku, menatapnya yang perihatin melihat penampilanku.

"Aku-aku ingin bertemu dengan Mr. Kim Jongin," ucapku terbata, tanganku mengenggam erat meja marmer tinggi di depanku yang tidak kalah dingin dengan telapak tanganku.

Wanita itu mengangkat alisnya tapi mengangguk, "Apa anda sudah membuat janji? Karena Mr. Kim tidak memberikan pesan apapun jika akan ada pengunjung, Miss."

"Belum. Aku belum membuat janji." 

"Baik, saya mengerti. Silahkan tunggu sebentar saya akan menghubungi kediaman beliau." Resepsionis itu tersenyum ramah lalu mengangkat teleponnya.

Setelah beberapa saat tanpa jawaban dia berkata, "Maaf Miss sepertinya Mr. Kim tidak berada di tempat." Katanya menyesal.

"Oh," bahuku merosot tapi aku mengangguk.

"Apa anda ingin meninggalkan pesan Miss?" Pintanya lembut.

Aku menggeleng, "Tidak. Terima kasih."

Aku berbalik, tanganku bergetar aku merasa seperti dihempaskan dari bagunan yang tinggi. Mengetahui harapku satu-satunya hilang.

Sepertinya Mr. Kim bukanlah jawaban dari masalahku. Sepertinya aku membuat kesalahan telah datang kemari. Mungkin Tuhan masih menyayangiku sehingga mencegahku melakukan dosa besar dalam hidupku. Mungkin aku tidak seharusnya datang ke sini. Tapi jika bukan kemari kemana lagi aku harus pergi, Tuhan?

Aku melangkah gontai dengan air mata yang sudah membasahi wajahku lagi. Kepalaku menunduk tidak ingin orang-orang melihat keadaan putus asaku. Aku tidak ingin menjadi lemas seperti ini. Tapi aku juga tidak tahu dimana aku bisa mendapatkan seratus juta won. Aku ti----

"Miss Jung?" Aku berhenti, kakiku terpaku, suara itu. Aku tahu pemilik suara itu satu-satunya harapanku, oh.

Mengangkat kepalaku yang tadi tertunduk, di sana aku melihatnya mempesona seperti biasanya. Celana kain biru tua, kemeja putih yang tidak terkancing dan jas serta dasi di tangan kirinya. Ekspresi bingung terlihat jelas di wajahnya, ia pasti tidak mengharapkan kedatanganku ke sini di jam terkutuk ini, sepuluh malam.

"Miss Jung, apa yang kau lakukan di sini?" Dia melangkah mendekat.

"Mr. Kim," bisikku dengan suara kecil, kakiku tiba-tiba menjadi seperti jeli dan aku merosot ke bawah.

NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang