Kisah dirumahku tentang seorang anak wanita yg seumuran denganku belum selesai. Dia masih terus menangis setiap sore dan malam. Aku masih belum mengerti bagaimana cara berbicara dengannya. Jadi untuk sementara waktu, aku masih mengabaikan wanita itu yg mendiami ruangan musholla. Dan juga, aku belum siap jika harus berhadapan lagi dengannya.
****
Hari ini adalah hari terakhir aku MOS. Aku rasa biasa saja. Aku asik bermain dan mengobrol dengan teman teman baruku. Ada banyak teman baru yg ku ajak berkenalan disana. Yaaa.. Hanya berbasa basi membahas hal-hal yg tidak penting. Disana, aku hanya 'baru' merasakan beberapa tekanan energi di sekolah baruku.
: Seperti biasanya. Dirumah, setiap magrib tiba, semua anggota keluarga sudah berkumpul diruang keluarga. Kami shalat magrib, dilanjutkan mengaji sambil menunggu waktu isya tiba. Setelah isya, kami sekeluarga selalu bercerita, saling berbagi kisah, pengalaman, bercanda tawa, dan apapun yg bisa diperbincangkan. Aku merasa rumah ini adalah tempat terbaikku. Hangat sekali. Aku selalu merindukan rumah jika ingat saat-saat kebersamaan seperti ini. Aku banyak menceritakan tentang teman-teman baruku di kelas, guruku, lingkungan sekolahku. Atau, kakak bercerita teman di SMA. Ayah bercerita tentang pekerjaannya. Ibu, yg berstatus sebagai ibu rumah tangga, ia selalu setia dan dengan sabarnya mendengarkan kami bergiliran menceritakan keluh kesah, suka duka kami. Dan, disinilah peran ibu. Ia selalu memberikan nasihat, kritik, saran, penenang, penghibur, dll. Tapi, ada satu yg kurang. Aku hanya asik bercerita tentang kehidupan sekolah saja. Tidak pernah terbersit dalam benakku untuk menceritakan hal mistis di sekolahku.
*******
: Kelas 7, aku hanya sering sekali dilihatkan sosok wanita dengan kondisi wajah yg hancur dan masih banyak darah dari area wajah sampai badan. Hanyir. Itulah baunya. Dia suka berdiri di depan pintu kelasku, atau di halaman depan dekat kelasku. Atau, wanita yg selalu berada di pohon depan toilet wanita. Atau, yg ada di dalam kelas. Yaaa.. Sepertinya, banyak wanita dimana mana. Apalagi, di lonceng sekolah yg legendaris itu. Hawanya tidak mengenakkan sekali. Hanya sesekali melihat wanita dan sosok pria dengan seragam berwarna coklat yg menjaga lonceng tersebut. Aku pikir apa yg kulihat itu, sepertinya teman-teman dekatku juga melihatnya. Kalau tidak? Ah, mungkin itu aku yg salah lihat.
*******
: Kelas 8, aku masuk di kelas unggulan. Disana muridnya lebih sedikit dari kelas lainnya. Saat itu di akhir semester ganjil, guru seni menugaskan kami untuk menyelenggarakan pagelaran di dalam kelas masing-masing. Jadi, kelas harus diubah menjadi studio pagelaran.
Pasti kalian tau kan, acara seperti itu membisingkan. Apalagi ada 10 kelas yg masing-masingnya menyelenggarakan acara itu.
Sekolahku yg masih dengan arsitektur bangunan belanda, sebenarnya sering terjadi kesurupan. Hanya saja, aku tidak mau tau soal itu sejak kelas 7. Yaa.. Karna tidak mau parno saja. Tapi, kadang-kadang aku dan teman sekelasku suka mendengarkan rekaman nightmare di kelas 😁
------Acara pagelaran di kelasku berlangsung dengan sukses. Seselesainya, aku bersama temanku bernama Raya membereskan kelas dari sisa-sisa sampah yg bertebaran. Karna kami adalah seksi kebersihan.
Tak diduga, saat kami membersihkan bagian pojokan kelas, Raya tiba-tiba terdiam. Dia lalu duduk dengan posisi menyerong ke arah sudut kelas. Dia seperti kesakitan memegang kakinya. Refleks, aku yg melihat itu langsung memegang kaki kanannya. Dia seperti dicengkram oleh sesosok wanita yg menyeramkan. Karena memang pada dasarnya aku tidak pernah takut dan menggubris "mereka", tanpa ragu aku menyentuh kaki temanku itu berusaha melepaskan cengkraman dia. Ku bacakan do'a-do'a. Mulai dari al-fatihah, al-iklhas, al-falaq, an-nas, ayat kursi, dll. Sekitar 10 menit cengkraman itu mulai lepas. Dan Raya mulai tenang.
-----Tapi, teman sekelasku mulai sadar, kalau ada yg tidak beres. Mereka lalu menyuruhku pergi darisana. Setelah aku pergi, aku lihat sosok itu berani menyerang temanku lagi. Menggenggam erat kakinya, hampir mencakar. Ah, kenapa mereka tidak percaya kepadaku. Apa yg bisa mereka lakukan? Mereka hanya sibuk ricuh sejak tadi. Tak lama kemudian, temanku bernama Mirza datang. Dia dikenal sebagai seorang yg ahli dalam menangani hal gaib. Setelah dia datang, aku lalu pergi ke masjid sekolah untuk menenangkan diri dengan apa yg sudah aku lihat dan tanganku lakukan. Sambil berdo'a agar teman baikku ini tidak kenapa-kenapa.
..............Kurasa aku sudah sedikit tenang sekarang, aku duduk di depan masjid sekolah. Karna kelasku ada disamping masjid, ku lirik kelasku. Ternyata disana masih ramai. Sepertinya, saat ini temanku malah jadi kesurupan.
Ema : Nayshii !!!!!
Aku : Kenapa? Raya belum selesai?
Ema : Belum. Dia kemasukan, dia menyebutkan 13 anak yg akan kena imbasnya.
Aku : Maksudnya gimana?
Ema : Dia kemasukan sampai sekarang. Dia bilang, acara ini berisik dan mengganggu. Dan, ada anak-anak yg akan kena imbasnya karena telah mengganggu ketenangan.
Aku : imbas gimana?
Ema : nama-nama yg disebutin, dia akan dihantui oleh "mereka"
Aku : apa aku juga termasuk? Karna tadi aku memegang kakinya dan membacakannya do'a
Ema : Eh.. kamu bisa lihat?
Aku : Tidak. Tadi itu cuma refleks aja.
Ema : kalau nama kamu, aku gak tau. Tapi yg penting namaku tidak ada.
Aku : -___-
-------Tiba-tiba Raya dibawa keluar kelas dan dituntun oleh Pak Andri dan Pak Ayi ke ruang BK untuk ditenangkan. Saat akan melewati depan Aku dan Ema, langkah kakinya semakin berat. Wajah raya merasakan kesakitan dan keberatan pada kakinya, Aku melihat Raya sedang menyeret sesosok wanita. Sosok itu menahan kakinya saat akan melawatiku. Aku juga tidak tau, kenapa "dia" takut kepadaku. Ema malah kebingungan. Kurasa aku menghalangi jalannya, Pak Andri dan Pak Ayi pun seperti memberikan isyarat kepadaku, mengetahui itu aku langsung masuk lagi ke dalam masjid. Ketika aku sudah di dalam, baru Raya mulai berjalan lagi dengan menyeret kakinya yg terasa sangat berat.
Kini, Raya ditangani oleh Pak Andri dan Pak Ayi di ruang BK. Aku kembali ke kelas dan berbincang dengan Ema, Azmi, Diva, dan Yunita.
Ternyata, aku baru tau. Tanggal 20 oktober kemarin. Raya diberi hadiah ulang tahun oleh neneknya. Bukan berupa benda atau apapun. Raya diberi hadiah kemampuan indigo yg sengaja diturunkan neneknya kepadanya di ulang tahunnya kemarin, agar dia menjadi cucu yg spesial. Tapi, aku malah kasihan. Kurasa Raya tidak kuat dengan kemampuan itu. Eh tunggu. Berarti Raya juga melihat dong apa yg mencengkramnya barusan?
Hari itu, kondisi seusai pagelaran menjadi ricuh. Banyak dari teman-temanku yg merasa parno setelah kejadian itu. Tapi tidak denganku. Aku malah penasaran dengan apa yg terjadi sebenarnya. Akhirnya, Raya dibawa pulang duluan oleh papahnya. Kami terpaksa meneruskan membereskan kelas sampai bersih dengan rasa dihantui akan kesurupan susulan.
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Crystal 1
ParanormalSejak kecil, aku tidak tau kalau mataku akan terus setajam ini. Awalnya aku tidak percaya "mereka", bahkan aku tidak takut ketika melihat "mereka" di usiaku yang masih kecil. . Kupikir, apa yg kulihat adalah kesalahan pada mataku. Sampai pada akhirn...