13.00 wib
Siang ini aku sedang dalam perjalanan pulang dari rumah sakit setelah sejak pagi tadi mengantri untuk diperiksa oleh dokter. Aku tidak tahu betul apa diagnosanya, yang aku ingat hanyalah rasa sakit di bagian ulu hati, mual, pusing, dan juga lemas sekali.Ibu bilang, kalau sampai 3 hari tidak ada perubahan, maka dokter akan melakukan cek lebih lanjut dan aku harus dirawat inap di rumah sakit tersebut.
Sebelumnya, aku tidak pernah merasakan sakit separah ini kecuali demam biasa. Sudah 5 hari ini aku demam, perutku sakit, mual-muntah, dan tak bisa apa-apa. Serangkaian obat sudah rutin kuminum, tapi sepertinya gejalanya tak juga mereda. Sungguh, rasa sakit ini tidak nyaman. Apalagi ditambah teman-temanku yang selalu menungguku untuk mengajak bermain setiap harinya. 'Teman-teman'.
Jarak rumah sakit dari rumahku cukup jauh, butuh waktu sekitar 40 menit melalui jalan tol. Sebenarnya ada rumah sakit lain yang jaraknya bahkan tidak sampai 5 menit. Tapi karena dulu biaya rumah sakit lumayan mahal, dan Ayah sudah mendapat fasilitas kesehatan khusus di rumah sakit bhayangkara tersebut, jadi mau tidak mau kami memanfaatkan rumah sakit tersebut.
"Nay, masih kuat gak? Dokter masih nyuruh rawat jalan aja soalnya," ujar ibu.
"Kuat bu, cuma lemes aja," jawabku lemas.
"Yaudah, kamu tidur aja di mobil," kata ibu.
Sepanjang perjalanan aku terus berbaring di jok mobil sambil berusaha memejamkan mata agar terlelap.
"Aku takut kalau harus dirawat di rumah sakit itu," pikirku.
---
02.40 wib
Tak terasa malam semakin larut, tapi aku benar-benar tidak bisa tidur. Di samping kasurku telah tersedia sebuah ember kecil dan juga keresek untuk persiapan kalau-kalau aku muntah, tak lupa di atas mejanya ada beberapa makanan ringan dan juga air hangat."Buu... ibu!!! Nayshi muntah lagi," teriak kakak seketika.
Ayah dan ibu dengan sigap menghampiriku dan menopangku. Tapi sayang, waktu itu aku benar-benar tidak bisa masuk makan ataupun minum barang seteguk atau sesuap. Minum seteguk air saja, perutku tidak bisa menerimanya dan mengeluarkannya kembali.
"Ya Allah.... Kita ke rumah sakit aja ya sekarang," ujar ibu.
Tak berapa lama, aku pun berada dalam gendongan Ayah menuju mobil. Sesegera mungkin Ayah dan ibu menyiapkan selimut, pakaian ganti, dan lainnya untuk persiapan rawat inapku. Ibu sudah yakin, pasti malam ini ketika masuk UGD, aku akan langsung masuk ke ruang rawat inap karena kondisiku yang tak kunjung membaik. Mobil pun segera melaju menembus dinginnya jalan tol dini hari.
Sesampainya di UGD, suntikan infus mulai menusuk pergelangan tanganku. Kondisiku yang sudah sangat memprihatinkan rasanya sudah tidak bisa lagi merasakan sakitnya tusukan jarum.
"Nay, ibu ke ruang administrasi dulu ya. Ayah sebentar lagi dateng dari parkiran, kamu sama perawat dulu ya," ucap ibu.
Karena jarak parkiran tidaklah dekat, jadi mungkin ada beberapa menit aku terbaring sendirian di ruang UGD bersama para perawat.
Kulihat sekelilingku, sangat ramai sekali oleh pasien-pasien yang membutuhkan perawatan di ruang UGD. Ada yang kakinya berdarah karena kecelakaan, ada ibu-ibu yang mengerang kesakitan, ada pula wanita sekitar 20 tahunan yang hanya terduduk dengan wajah pucatnya.
Tapi yang membuatku aneh, tidak ada satu pun dari perawat di ruang UGD ini yang memberikan pelayanan kepada mereka semua. Perawat disini seolah tidak melihat dan tidak sadar kalau sebenarnya ada banyak pasien yang membutuhkan perawatan dari mereka selain aku.
![](https://img.wattpad.com/cover/132091168-288-k962627.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Crystal 1
ParanormalSejak kecil, aku tidak tau kalau mataku akan terus setajam ini. Awalnya aku tidak percaya "mereka", bahkan aku tidak takut ketika melihat "mereka" di usiaku yang masih kecil. . Kupikir, apa yg kulihat adalah kesalahan pada mataku. Sampai pada akhirn...