Liliana sendiri, malam ini, mengenakan baju baru yang dibeli dari H&M. Mikkel kurang setuju Liliana membeli baju di sana, tapi anggaran Liliana hanya cukup untuk membeli gaun ini dan Liliana menolak dibayari Mikkel. Apa bedanya dengan boneka, kalau untuk keluar rumah saja Liliana harus didandani oleh Mikkel. Saat membeli baju ini, sekalian Liliana salat asar di dalam ruang ganti. Selama di Lund, kalau sedang jalan-jalan dan masuk waktu salat, Liliana mencari toko baju, pura-pura ingin mencoba selembar baju dan masuk ruang ganti. Di dalam Liliana membentangkan pashmina dan salat. Lalu keluar tanpa belanja apa-apa.
Di H&M, Liliana membeli gaun tanpa lengan berwarna biru gelap dengan harga yang tidak terlalu menguras isi dompet. Halter neck membuat bahu dan tulang selangka Liliana—yang sangat seksi menurut Mikkel—terlihat. Wrap over di bagian depan gaun jatuh di atas lutut. Bagian belakang gaun tersebut lebih panjang daripada bagian muka. Bagian depan kaki Liliana yang jenjang terlihat dengan jelas. Mikkel menghadiahi—bahasa Mikkel—Liliana sepasang ankle strap sandals. Dengan hak setinggi delapan sentimeter dan warna hitam, untuk melengkapi penampilan Liliana. Kurir mengirim sepatu tersebut langsung ke apartemen Mikkel dan Liliana tidak punya pilihan lain selain menerimanya.
Cepat sekali waktu berlalu. Liliana mendesah kecewa. Tahu-tahu besok Liliana sudah harus meninggalkan Lund. Meninggalkan kenangan indah bersama Mikkel di sini. Mengucapkan selamat tinggal pada hari-hari mereka yang sempurna. Mengingat itu semua membuat Liliana ingin menangis di sini.
"Kukira aku akan bosan melihat wajahmu selama 24 jam setiap hari—
Liliana menegakkan punggung. "Bosan?"
"Selama kita pacaran, kita hanya bertemu sebentar-sebentar saja, Lil. Jadi selalu ada rasa ingin ketemu. Waktu beneran ketemu antusias luar biasa. Kalau setiap hari bertemu, kukira tidak akan seperti itu. Seperti ... kamu pernah dengar proverb jauh bau kembang dekat bau tahi?"
"Mikkel! Bicaramu ... kita di restoran ini...." Liliana memandang sekelilingnya, takut ada yang mendengar, "...bersama orang-orang beradab dan kamu bicara nggak sopan."
"Mereka tidak tahu bahasa Indonesia."
"Tapi itu nggak patut. Astaga, bikin malu aja." Liliana menutup wajah dengan tangan.
"Selama ini kita hanya video call dan aku tidak melihat wajahmu secara langsung. Kamu jauh lebih cantik dilihat langsung begini. Jarang kita bisa kencan, makan bersama seperti malam ini." Mungkin orang lain menganggap Mikkel berlebihan. Tetapi mau bagaimana lagi? Awalnya memang wajah cantik yang membuat jatuh cinta. Tapi lama-lama, karena cinta maka pacar atau istri selalu terlihat cantik.
"Memangnya kalau lewat kamera aku kenapa? Jelek? Apa kamu nggak sadar, setiap video call aku dandan juga?" Dengan sebal Liliana menanggapi. "Aku pakai baju bagus, menata rambutku dan pakai make up setiap kali video call sama kamu. Meskipun bukan kencan di luar rumah, aku tetap ingin tampil maksimal di depanmu. Kadang-kadang aku sengaja beli baju baru. Saat kita video call, apa pernah kamu melihatku memakai piama usang gambar stroberi, rambut basah bekas keramas? Meski hanya begitu cara kita berkencan, aku ingin aku merasa bahwa setiap pertemuan kita melalui video call itu penting."
Bukankah para wanita yang tidak LDR yang pergi kencan, kencan betulan yang bisa sambil bergandengan tangan, juga berdandan demi kekasihnya? Agar sang kekasih makin suka dan betah melihatnya. Sama dengan mereka semua, Liliana juga ingin Mikkel semakin suka dan betah melihatnya, walaupun dengan perantara layar laptop mereka.
"Iya, aku mengerti. Kamu selalu cantik, Lil. Bahkan saat kamu mangap waktu tidur." Ibu jari Mikkel mengelus punggung tangan Liliana di atas meja.
"Jangan sembarangan! Dari mana kamu tahu? Memangnya kamu nggak tidur saat aku tidur?" Menurut Liliana, inilah kenapa sebaiknya seorang wanita tidak menginap bersama laki-laki sebelum menikah. Karena ketika kebiasaan-kebiasaan buruk seorang wanita diketahui, laki-laki masih bisa memutuskan untuk mundur. Kalau tahunya setelah menikah, tidak ada yang bisa dilakukan selain menerima.
"Aku suka mengamati kamu tidur. Kamu sering tersenyum waktu tidur, pasti kamu lagi mimpi tentang kita? Atau aku? Atau kam—
"Mana ada orang normal yang mengamati orang lain yang sedang tidur?"
"Sweets...." Jemari Mikkel meremas pelan jemari Liliana.
"Ya?" Mendadak dada Liliana berdebar mendengar Mikkel memanggilnya dengan lembut seperti itu.
"Aku ingin seumur hidup bisa menjagamu. Tidak peduli saat kamu tidur atau terjaga."
"Ada beda menjaga sama mengamati, Mikkel."
Seorang laki-laki berpakaian putih hitam datang dan mengantarkan makanan penutup. Toscakaka*. Bukan satu potong, tapi satu bulatan utuh. Liliana melotot melihat betapa besar kue di depannya. Siapa yang akan menghabiskan kue raksasa ini? Semua orang di dapur pasti mengira Liliana rakus sekali, sampai haarus dibelikan kue berdiameter dua puluh centimeter. Ada kotak kecil berwarna putih di samping toscakaka. Juga satu kuntum bunga mawar merah. Dengan tatapan matanya, Liliana bertanya kepada Mikkel, apa semua ini betul untuknya. Mikkel menjawab dengan anggukan kepala.
"Menikahlah denganku, Lil," pinta Mikkel.
Jantung Liliana berhenti berdetak. Kalau Mikkel sampai membawa Lilianamakan malam di hotel seperti ini, lalu dengan serius melamar, tanpa tatapanbercanda di wajah dan sorot matanya, artinya Mikkel memang betul-betul inginmenikah dengan Liliana. Liliana menggigit bibir bawahnya.
Sangat mudah untuk mengatakan ya. Seribu kali ya. Tetapi untung otak Liliana masih sigap menyelamatkan masa depannya.
"Apa kamu akan pindah ke Indonesia?" Liliana menatap tajam Mikkel, orang yang selama ini dia harapkan akan menjadi suaminya.
***
Kamu bisa membaca cerita ini dengan lebih cepat dan lengkap(300 halaman) melalui e-book yang tersedia di Google Play/Google Book dengan judul Midsommar. Atau mendapatkan buku cetaknya melalui Tokopedia/Shopee ikavihara dan WhatsApp 0895603879876.
Kalau kamu memiliki pertanyaan, mohon menghubungiku dengan mengirim pesan ke kotak masukku di Wattpad.
####
*Kue yang terbuat dari tepung kacang almond.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Days of Summer
RomantikDari Penulis Pemenang The Wattys 2021 Kategori Romance: Lund. Adalah satu-satunya kota yang berhasil diadopsi oleh Mikkel Moller. Bukan Copenhagen, kota kelahiran ayahnya. Juga bukan Jakarta, kota kelahirannya. Lebih dari sepuluh tahun Mikkel memban...