Fara menatap layar komputernya dengan tatapan kosong. Seperti biasanya, malam Sabtu adalah waktunya ia berbicara melalui Skype bersama Vianka. Ia teringat sesosok yang menghantuinya beberapa hari belakangan ini.
"Far, lu kenapa sih? Daritadi gue cerita lu malah bengong aja," tanya Vianka pada sahabatnya.
Fara tersadar dari lamunannya. "Oh gapapa kok Vi. Lu lagi cerita apa tadi?"
"Ih kan gue cerita daritadi ga didengerin. Ada apa sih lu? Jangan bilang gapapa karna gue tau kalau muka lu kayak gitu berarti ada sesuatu di otak lu."
"Seriusan gapapa. Lu cerita aja lagi."
Vianka melihat Fara dengan tatapan tidak suka. "Don't give me that 'I'm okay' face. I know you're not. So tell me, what's wrong?"
Fara menghela nafas. "Tadi pagi, gue ketemu sama Riana. Lu inget kan Riana? Temen SMP kita yang pindah pas kelas 8?"
Vianka mengangguk dan berkata, "Ah iya Riana. Inget gue. Apa kabar dia?"
"Baik kok dia. Ternyata dia satu kuliah sama gue sekarang jadi lumayan lah ada temen," jawab Fara.
"Jadi lu bete karna ketemu Riana?" tanya Vianka dengan heran.
"Oh bukan-bukan. Tapi," Fara terhenti, "gue ketemu seseorang yang familiar."
"Siapa? Gue kenal ga sama orangnya?" tanya Vianka
"Iya, kenal banget bahkan," ucap Fara.
Vianka menyunyah coklat yang sedang ia makan. "Siapa dong? Penasaran nih gue."
"Jangan kaget ya kalo gue bilang," Fara mengingatkan.
"Iya sayangku cintaku bua-," Vianka berkata, dipotong oleh Fara.
"Fakhri." Satu kata yang membuat Vianka terkejut.
"Hah?! Fakhri?! Fakhri maksud lu mantan gue?!" tanya Vianka dengan nada terkejut.
"Iya Vi. Fakhri," jawab Fara pendek.
Seketika hening mengisi pembicaraan mereka. Vianka memulai pembicaraan mereka kembali. "Lu yakin banget Far?"
"Gue gatau Vi."
"Yaudah gausah dipikirin soal dia. Ga penting ini Fakhri kan? Ohiya, gimana lu sama si cowo itu? Siapa namanya? Aldric ya?" tanya Vianka pada sahabatnya.
"Ah gila sih kalo dia mah lucu banget woy. Baper gue lama-lama," ujar Fara, tersipu malu mengingat beberapa hari yang lalu. Vianka mendengarkan cerita sahabatnya, namun ia tidak memerhatikannya.
"Maafin gue Far. This is the least I can do."
———————/———————
"Ri, ketemuan yuk. Pengen jalan-jalan tapi butuh tourguide," Fara berkata di telfon.
"Yaudah yuk Far. Aku hari ini kosong juga gaada apa-apa. Ada ide ga kamu maunya kemana?" tanya Riana pada Fara.
"Hmmm, aku sih bebas Ri. Aku belum banyak jalan selama disini. Mau liat tempat-tempat yang asik."
"Yaudah, gimana kalau kita ke daerah London Eye aja? Sekalian deh kita keliling-keliling liat Buckingham Palace sama Big Ben, terus piknik di Hyde Park. Ohiya, aku ajak temen aku boleh ga? Cowo dia tapi. Gapapa?" tanya Riana.
"Boleh boleh Ri. Ajak aja, daripada kita berdua doang. Aku juga coba ajak temen deh," jawab Fara.
"Yaudah aku siap-siap dulu. Kita ketemuan di stasiun aja gimana?" Riani berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
London's Skyline
Genç KurguKetika kamu dihadapkan dengan pilihan, mencintai atau dicintai, maka apa yang akan kamu pilih? Begitulah situasi Fara di saat itu. Dihadapkan dengan pilihan tentulah bukan mudah, apalagi bagi seseorang yang easy-going seperti dirinya. Mencintai atau...