Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SOGNARE #2 broken heart
.
.
.
Ryu Sujeong POV
February 14th, 2014
Setelah sekitar dua jam berdiam diri di dalam kafe, akhirnya hujan reda dan aku pun bisa pulang. Aku bisa saja pulang sedaritadi dan hujan-hujanan. Tapi aku lebih memilih aman. Cuaca sedang dingin dan hujan-hujanan bukanlah pilihan yang baik. Apalagi aku orang yang mudah terserang flu.
Kulirik jam tangan berwarna coklat yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Pukul enam sore. Saat ini aku sedang duduk menunggu bus yang akan mengantarkanku pulang. Sekitar lima menit lagi busnya akan datang.
Berbeda dengan Yuna, aku memang lebih suka naik bus karena rumahku tidak begitu jauh dari kampus. Sedangkan Yuna, butuh waktu lama untuknya sampai rumah apabila dirinya menggunakan bus sehingga dia biasanya naik subway atau taksi. Berhubung cuaca yang tidak masih tidak menentu dan bisa saja sewaktu-waktu hujan, Yuna lebih memilih naik taksi.
Jadi disinilah aku, sendirian menunggu bus.
Kulihat ponselku yang masih menyisakan daya baterai sepuluh persen. Sebentar lagi pasti sudah habis. Jadi kuurungkan niatku untuk bermain ponsel dan memilih untuk mematikannya supaya bateraiku lebih hemat.
Kulirik lagi jam tanganku. Ck... lima menit lama sekali. Sedaritadi baru dua menit.
Pikiranku kembali melayang pada percakapanku dengan Yuna tadi.
"Kau tidak pergi dengan Mingyu?"
Pergi? Dengan Mingyu? Aku tertawa dalam hati. Mana mungkin. Walaupun aku menyukainya, walaupun kami dekat akhir-akhir ini, tapi kami hanyalah sebatas teman. Em.. maksudku, tak mungkin kan Mingyu menyukaiku?
"Pokoknya harus diberikan entah besok atau kapan."
Dan coklat itu juga... seharusnya aku memberikannya hari ini pada Mingyu. Tapi setelah dipikir-pikir, aku malu untuk memberikannya. Maksudku, kami adalah teman. Rasanya sedikit aneh jika aku memberikan coklat pada Mingyu di hari valentine ini.
Tapi Yuna....
Heuh... biarlah Yuna mau marah atau bagaimana. Sepertinya aku benar-benar akan melahap coklat itu sendiri.
Eoh? Busnya datang.
Segera saja aku bangkit dan melangkahkan kakiku memasuki bus. Kulihat cukup banyak kursi yang kosong. Aku pun memilih untuk duduk di bangku nomor dua dari belakang, aku duduk tepat di dekat jendela. Kupandangi jalanan di luar yang masih basah oleh hujan bersampur dengan salju.
