Aku masih berdiri tenang di depan lorong suatu kelas.
Menunggu kedatangan kakak kelasku.
Hingga aku mendengar decitan pintu terbuka lalu,
merasakan sebuah tepukan mendarat di pundakku.
Mengalirkan jutaan es hingga ke titik terdalam jantungku.
Membuat badanku menghadap kearahnya dan..
Udara enggan keluar dari paru-paru kala melihat sesosok pemuda dengan umm...
keadaan tidak wajarnya berdiri dihadapanku.
Sorot iris hijau kebiruan yang tajam namun hangat membidik kedua iris hitamku.
Paras indah, tegas tapi lembut.
Paras yang berbeda dengan milikku dan teman-teman disekolah.
Wajah yang lebih pucat dari pucat dengan rambut bergelombang cokelat alami.
Aku melihat beberapa luka dan darah yang dengan tidak sopannya bertengger di setiap inchi kulit bak patung porselen itu.
Bila orang lain yang melihatnya pasti akan lari ketakutan tapi tidak denganku.
Aku merasa tidak rela luka itu melekat di pipi dan dahi yang seharusnya menyilaukan sekalipun dipandang dari kejauhan itu.
Sosoknya mampu mencuri seluruh ruang di otakku dalam beberapa detik dengan penampilannya bak tuan muda sebuah kerajaan kuno.
Asal kalian tahu, dia kelewat tampan dibandingan dengan pemuda-pemuda abad sekarang.
“H-hai....” dengan tidak elitnya satu kata keluar dari mulutku bersama harapan dapat meruntuhkan keheningan yang mencekik kami.
Oh ayolah ada banyak kata yang lebih elegan untuk diucapkan dari kata itu.
Lihatlah penampilannya bak seorang tuan muda, dan karena satu kata sapaan itu dia pasti berfikir aku ini rakyat jelata.
Perlukah aku sedikit merendahkan tubuhku dan merentangkan tangan kanan?
Telingaku mulai berdengung mendengar detak jantungku sendiri yang sudah setara dengan suara petir seiring tak kunjung ada perubahan dari sosok dihadapanku ini.
Dia malah membalik badannya dan melayang kedalam lorong meninggalanku tanpa sepatah kata pun dan bantingan sedikit keras pintu lorong itu.
Hey! apakah Dia tuli atau tidak mengerti bahasaku?
Oh tidak.. munginkah satu kata sapaan itu telah menghancurkan imageku dihadapannya?
Arrgghhh !!!
Ini buruk sekali.
Hah.. kau sudah hancur Ret, jangan berharap dia menampakkan diri dihadapanmu lagi.
Sudah berakhir dan lupakan..
Kulangkahkan kaki ini menuju bangsal tengah menyusul teman-temanku.
Orang yang ditunggu tak kunjung menampakkan ujung hidungnya.
Menyebalkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Roovelas √
RomanceTentang bagaimana rasanya kehilangan. Tentang bagaimana bentuk sebuah kerelaan yang tak akan pernah direlakan. Tentang bagaimana wujud cinta yang tak pernah padam. Tentang seorang gadis yang mencintai pemuda berbeda dimensi. Surabaya, 27 Desember 20...