Chapter 02

10.2K 1.2K 170
                                    

[Tahun 850]

Readers PoV

"Huh, aku takut orang orang disana menjauhi ku." Aku menghembuskan nafas sambil memegang dada ku yang berdegup kencang. Hari ini aku memberanikan diri untuk datang ke markas pasukan pengintai yang berlokasi di distrik Trost dinding Rose.

3 tahun sudah ku lalui, setiap hari aku berlatih keras dengan Kenny dan Rod, walaupun banyak halangan yang menimpa ku, semangat ku menjadi prajurit tidak luntur.

Okey ga penting.

"Tenang saja [name]- sama pakaian mu tidak terlalu mencolok dan lagipula sebagian orang sudah melupakan kemuliaan keluarga [last name] di masa lampau." Ucap Ezra yang berada di depan ku. Kita duduk berhadapan karena kita berada di dalam kereta kuda.

Aku hanya diam sambil memperhatikan jalan distrik Trost dari jendela, beda sekali dengan distrik Ehrmich orang orang disana lebih berkelas penampilan nya.

"[Name]- sama kita sudah sampai." Ucap Ezra yang mempersilahkan ku keluar dari kereta kuda. Aku melihat markas pasukan pengintai yang ramai dengan prajurit yang sedang berlatih. Saat aku sudah keluar dari kereta kuda, para prajurit mengalihkan perhatian nya pada ku.

"Sial aku jadi pusat perhatian." Batin ku.

Aku tidak memperdulikan mereka dan berjalan mendekati markas bersama Ezra di samping ku.

"Ezra, apa pakaian ku semencolok itu?" Bisik ku pada Ezra karena lama kelamaan aku merasa risih diperhatikan dan dibicarakan.

"Tidak [name]- sama, pakaian mu sudah seperti warga biasa." Jawab Ezra berbisik. Aku sudah mencoba untuk memakai pakaian seperti warga lainnya, memakai kemeja putih dengan rompi coklat, celana selutut dan sepatu boot kulit ditambah dengan aksesoris berupa cincin dan kalung pemberian ayah. Berbeda sekali dengan penampilan saat aku masih di dinding Sina, aku harus memakai gaun panjang dengan korset yang bisa membuat dada ku meledak, sungguh sesak.

Tiba tiba pandangan ku teralih ke arah lelaki? Yang seperti perempuan dengan surai pirang sedang membawa box yang mungkin berat.

"Ano, boleh kau membantu aku?" Aku memberikan senyuman terbaik pada lelaki di hadapan ku. Tapi entah mengapa bukannya menjawab pertanyaan ku tapi malah mengalihkan wajahnya dengan wajah memerah.

"Ehm, apa kau tak apa?" Tanya Ezra pada akhirnya melihat lelaki itu tidak kunjung menjawab pertanyaan ku.

"A-aaa, m-maaf, ya tentu saja aku bisa membantu mu." Senyum lelaki itu masih dengan wajah merah nya.

"Apa ada sesuatu yang salah dengan penampilan ku?"

"Terima kasih, apa kau tahu ruangan komandan Erwin Smith?"

"Ah komandan, ayo aku antar ke ruangan nya." Lelaki itu menyimpan box yang dibawa nya, dan berjalan masuk ke markas.

"Ah iya Ezra, kau pulang saja sepertinya dia orang yang baik jangan khawatir." Ucap ku hampir melupakan Ezra. "Jaga baik mansion juga dirimu, dan perusahaan ada di tangan mu sekarang."

Ezra lalu menunduk. "Baik [name]- sama."

Aku lalu tersenyum dan menyusul lelaki tadi yang mulai menjauh.

---

"Hei, aku belum mengetahui nama mu."

"Ah maaf kan aku, nama ku Armin Arlert, aku seorang cadet baru di pasukan pengintai."

"Tidak perlu terlalu formal, nama ku [full name], panggil saja [name]."

"Wah, aku tak menyangka ada seorang bangsawan yang ingin mengunjungi markas ini!" Ucap Armin sambil berteriak. Aku lalu menempelkan telunjuk ku pada bibir, menandakan 'diam'.

"Aku pikir sudah tidak ada lagi orang yang tahu tentang keluarga bangsawan [last name], jadi jaga rahasia ku baik baik ya."

"Tentu saja [name]." Ketika kita sibuk berbincang di lorong markas, tiba tiba ada suara yang menginterupsi perbincangan kita.

"Oi cadet, kenapa kau belum ke ruang makan? Ini sudah memasuki jam makan siang, cepat ke ruang makan atau kau akan ku seret." Seorang pria undercut itu menghampiri Armin sambil dengan wajah datar. Armin langsung memberikan hormat pada orang itu.

"Maafkan aku kopral, tapi ada seorang tamu yang ingin menemui komandan!" Pria itu menatap ku dari ujung kepala sampai ujung kaki seperti ingin menguliti ku, sedangkan aku entah mengapa berkeringat dingin ditatap oleh nya.

"Tch, bangsawan sialan." Gumam pria itu tapi masih bisa ku dengar.

"Apa kata mu." Aku yang sebagai bangsawan merasa harga diriku diinjak oleh pria pendek sepertinya.

"Biar aku saja yang mengantar." Armin lalu mengangguk dan berlari ke arah ruang makan, meninggalkan ku dengan pria pendek nan menyebalkan.

"Oi ayo cepat atau kau akan ku tinggalkan."

"Baik." Aku tidak menyadari jika sedari tadi pria disamping ku sudah berada di belokan yang berjarak 10m, karena sibuk memperhatikan Armin.

---

"Oi bocah jangan berjalan di belakang ku, kau seperti penguntit."

"Maaf bisakah kau tidak memanggil ku bocah Levi? Aku bukan lah seorang bocah." Setelah beberapa menit aku menyadari jika orang di depan ku adalah Levi, prajurit terkuat umat manusia, tapi apa benar orang pendek di depan ku itu prajurit terkuat? Kekekekek

"Kau tahu nama ku? Tak kusangka aku cukup terkenal."

"Ya kau memang terkenal, apalagi di kalangan perempuan, telinga ku sampai berdarah mendengar ocehan berisik penggemar mu."

"Terserah kau saja bocah."

"Aku bilang jangan memanggil ku bocah." Ucap ku dengan nada tinggi.

"Lalu jika tidak ingin di panggil bocah, sebutkan nama mu."

"[Name]." Jawab ku singkat, lalu aku bisa melihat sedikit wajah Levi dari belakang, ekspresi nya seperti terkejut?

"Nama lengkap mu?" Tanya Levi lagi.

"Apa itu penting?"

"Oke, kalo begitu akan ku panggil bocah seumur hidup mu."

"Ck, kau menyebalkan, nama ku [full name]." Ucap ku sinis.

Brukk

Aku terjatuh dan merasakan sakit di bagian dada. Tiba tiba pria pendek itu berhenti, dan aku kira dia yang akan jatuh karena tertabrak oleh ku, tapi realita nya aku lah yang jatuh, seberapa kuat orang ini?

"Apa kau masih menyimpan suling itu?" Tanya Levi tiba tiba.

"Hah? Suling apa?"

"Tidak jadi, lupakan saja." Levi kembali berjalan.

"Dasar aneh dan hei tunggu!" Aku bergegas menyusul Levi yang sudah berjalan cukup jauh.

TBC

Note:
Levi, 30 tahun [850]
[Name], 22 tahun [850]

-RaeLeey25
Revisi, 14/11/2018
Publish, 19/03/2019

My Soulmate [ Levi X Reader ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang