Chapter 15

2.7K 111 14
                                    

Terkadang rasa kecewa yang mendalam disebabkan oleh harapan diri yang terlalu tinggi terhadap sesuatu
***

Aisyah terus memahami buku panduan muslimah yang sekarang berada di tangannya sambil sesekali menyeruput coklat panas kesukaannya. Tanpa ia sadari, sepasang mata elang milik Hasan tengah mengawasinya dari ambang pintu.

Hasan melangkah masuk ke dalam kamar Aisyah tanpa meminta izin terlebih dahulu toh dia adalah kakak kandung dari Aisyah.

"Sopan banget lo jadi cowok main masuk ke kamar cewek tanpa izin dulu" Aisyah langsung ngomel dengan kecepatan 180 km perjam saat mengetahui Hasan memasuki kamarnya seenak jidat.

"Harus? Gue kakak lo sendiri. Santai aja kali ngga usah lebay" ucap Hasan datar.

Aisyah terdiam. Tidak biasanya Hasan bersikap dingin terhadapnya. Ah, dia kangen Hasan yang manis.

"A.. Emm.. Ada perlu apa lo nemuin gue?" Aisyah berusaha tenang, meski sebenarnya ia takut setengah mati, serem juga kalo Hasan seperti ini.

Memang benar, marahnya orang sabar itu mengerikan.

"Dih budek!" Aisyah langsung menutup wajahnya dengan buku, bisa-bisanya ini mulut keceplosan di waktu kayak gini.

"Lo beneran maafin Rizal?" tanya Hasan to the point.

Perlahan-lahan Aisyah menurunkan buku dari wajahnya, huh pertanyaan yang mengerikan.

"Kenapa emangnya? Aisyah ngga boleh maafin Rizal?" Aisyah balik bertanya, yang hanya di jawab dengan seringai miring oleh Hasan.

"Dengar Bang! Abi pernah bilang, kalau manusia itu tempatnya salah Allah saja selalu memaafkan hambanya, sedangkan kita tidak mau memaafkan sesama hamba Allah, apa itu pantas?"

Harus Hasan akui, Aisyah lebih paham tentang agama lebih dalam dari pada dirinya.

"Emang ya. Bodoh sama setia itu beda tipis, lo mau aja dibohongi terus-terusan sama Rizal."

Rasanya kepala Aisyah benar-benar panas "KALO ABANG KESINI CUMA MAU NGEDUMEL NGGA JELAS, MENDING ABANG KELUAR DARI KAMAR AISYAH!" perintah Aisyah penuh penekanan.

Ada keterkejutan kecil pada diri Hasan, sejak kapan Aisyah berani berbicara kasar padanya? "Lo berani bentak gue ya sekarang? Oke gue akan keluar! Dan satu lagi, gue ga bakal tanggung jawab dan ga bakal peduli kalo lo nangis lagi karna si brengsek itu, walaupun sampai nangis darah!" kata Hasan penuh penekanan pada kata terakhir.

Aisyah hanya diam tak berkutik saat Hasan meninggalkan kamarnya. Sungguh, ia tak pernah melihat Hasan semarah ini. Begitu brengsek kah Rizal dimata Hasan? Sampai yang dilihat Hasan dari Rizal hanyalah dosa masa lalunya.

Airmata yang sedari ditahan oleh Aisyah akhirnya luluh, sakit rasanya melihat sikap Hasan yang seperti ini.

__________

"Kerjakan soal Matematika nomor 1-10, ibu kebelakang sebentar, harap jangan ribut"

Semua siswa kembali berkutat dengan soal matematika,tak terkecuali Aisyah. Semua soal-soal berhasil membuatnya pusing.

Aisyah berdecak sebal seraya menoleh ke samping "Kay ini gimana sih caranya? Aku ngga ngerti sama sekali, minta rumusnya dong?"

Do'a dan Diam KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang