s i e b z e h n

2.7K 337 78
                                    

Darah tercecer di mana-mana. Bau anyir dan gosong tercium tidak enak. Dua makhluk yang tengah bertarung adalah penyebab dari semua ini. Purnama makinlah tinggi dan segalanya menjadi jelas, mereka makhluk vampir akan semakin terlihat jelas saat purnama tiba. Kedua mata mereka akan memerah dan tubuh serta aroma mereka akan terlihat dan tercium semakin jelas bahwa mereka adalah vampir.

Semuanya sudah menduga ini semua. Tempat yang selama ini mereka pikir aman pada akhirnya tidak akan menjadi aman lagi, selamanya sesuatu tidak akanlah sama. Dan Luhan yang memiliki kemampuan bisa melihat masa depan sudah menaruh rencana matang-matang.

Tapi harapan tidak selalu sama dengan keadaan. Sesamanya sudah banyak yang menghilang, terkoyak akan alat yang manusia bikin untuk memburu dan membunuh mereka. Mereka tidak seperti manusia yang akan membekas jika mati, tapi mereka akan lenyap menjadi abu lalu menghilang seperti ditiup angin.

Kenyataan yang pahit datang. Beberapa dari mereka tinggalah sedikit. Semuanya sepakat, pergi secepat mungkin sebelum spesies mereka semakinlah punah.

"Bagaimana dengan mereka?!" tanya Luhan sangat khawatir begitu Sehun akan menariknya pergi.

Para manusia sudah mengetahui tempat mereka selama ini. Mereka ada banyak bersama dengan satu tujuan. Dari atas sini Luhan dapat melihat satu persatu dari sesamanya mulai lenyap, sudah tak mampu melawan manusia yang semakin bengis dan tidak berkeperimanusiaan.

"Mereka pasti selamat. Taehyung sudah mendapat kekuatannya, dia pasti selamat!" ucap Sehun mencoba tetap tenang.

Begitu pemandangan yang sedari tadi ia lihat adalah kepunahan sesamanya yang berteriak dalam kesakitan. Ia tidak dapat berbuat banyak. Manusia jumlahnya semakin banyak dan kekuatan para vampir sedikit melamah karena tidak melakukan habit mereka yang dulu-dulu.

"Kita harus segera pergi! Aku sudah memberitahu Taehyung, ke mana dia harus pergi. Jangan buang-buang waktu lagi," titah Sehun kemudian menarik Luhan agar mereka segera menghilang.

[***]

Ruangan itu berada di tengah goa ini. Tampak sangat terisolasi. Sehingga orang yang berada di dalam tidak akan mendengar suara apapun dari luar begitupun sebaliknya. Jungkook menunggu Taehyung yang tengah berpakaian sebelum mereka akan pergi. Meninggalkan kota dan negara kelahiran mereka.

Walau, sebenarnya ada yang membuat Jungkook merasa tertahan. Jelas, kedua orangtuanya, bahkan ia belum berpamitan sama sekali. Meski Jungkook tahu kedua orangtuanya pasti akan menolak dengan mentah-mentah.

Terdengar suara pintu diketuk beberapa kali dengan kencang.

"Tunggu sebentar!"

TOK TOK

Suara ketukan itu semakin kencang dan brutal. Taehyung yang tengah mengancingi kemejanya menatap heran ke arah pintu. Jungkook di sebelahnya dan rasa khawatir langsung melingkupnya. Pintu itu seperti didobrak secara paksa. Perasaan was-was menjadi ada di antara mereka.

"Hyung!"

Jungkook segera berdiri, memeluk Taehyung yang terduduk di pinggir kasur. Membawa pria itu memeluk perutnya dengan erat. Suara dobrakan pintu semakin terdengar kencang dan keras. Seolah ada sesuatu yang tidak sabar ingin melihat mereka.

"Kenapa, Kookie? Ada apa?" tanya Taehyung panik, tapi ia hanya bisa diam karena Jungkook menahannya untuk tetapa berada di pelukan pemuda itu.

Hingga saat ia mengadah, terlihatlah wajah Jungkook yang dalam keadaan menangis. Pemuda itu tersenyum ke arahnya bersamaan dengan air mata yang jatuh.

"Hei, kau kenapa, Sayang?"

"Hyung, kau mencintaiku, 'kan?"

"Tentu saja! Ada apa? Kenapa kau menangis?"

die Zeit fängt an✔ [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang