n e u i n

1.5K 363 36
                                    

"Kau sudah membawanya?" Seorang pria duduk di atas kursi kayu, tengah memegang secangkir gelas dengan isinya yang berwana merah pekat.

Pakaiannya serba hitam. Gaya dan raut wajahnya sangatlah angkuh, membuat siapa saja berpikir bahwa ia adalah orang yang sulit didekati. Di dalam ruangan ini hanya ada dua orang, di bawah penerangan lampu berwarna kuning yang sangatlah minim, aroma tanah lembap menguar di mana saja bahkan udara di sekitar sini kuranglah baik.

"Ya. Kau bisa lihat sendiri di ruang ujung saja," ucap pria satu lagi yang memiliki kulit kepalang putih pucat, tampak tak kalah angkuh dan dingin.

Namun wajah tampannya mampu menutupi semuanya, membuat manusia terpesona tanpa tahu bahwa mereka datang ke ajal mereka sendiri. Oh, perlu diberitahu, kasus pembunuhan aneh beberapa hari ke belakang ada yang salah satu dilakukan olehnya.

"Cih, tidak sudi. Dia tampak seperti bocah, bagaimana bisa menjadi pemimpin kita?"

"Dia seumuran denganmu."

Pria yang tengah meminum darah segar itu seketika terkejut. Menaruh gelasnya dengan kencang, tak peduli darah mengenai pakaiannya. Menatap Sehun-pria lawan bicaranya dengan tatapan tak percaya.

"Apa ma-"

"Wae, Seongwoo-ya? Bahkan dia juga tampan, aku yakin kau akan menyukainya," potong Sehun dengan seringainya.

Membuat pria di depannya ingin segera melempar gelas miliknya ke arah pria angkuh itu.

"Kita lihat saja, nanti."

[***]

Ini sudah dua hari lamanya Taehyung di sini. Dan ia tidak menduga sebelumnya bahwa fasilitas di tempat ini cukup memadai. Ada kamar mandi, bahkan teve dan radio pun ada. Meski ia sampai sekarang tidak tahu di mana dirinya sekarang, tapi rasa aman selalu ada.

Pintu kamar ini terbuka, aroma darah langsung menguar. Sejujurnya Taehyung agak trauma dengan cairan pekat merah itu. Tapi fakta kenyataan menamparnya lagi, menyadarkan ia bahwa itulah satu-satunya sumber kehidupannya.

Luhan selalu mengurusnya. Tak jarang bercerita padanya meski tak sering Taehyung abaikan, pria itu membawa dua cangkir darah yang entah kenapa memiliki aroma yang sedikit berbeda satu sama lain.

"Coba minum cangkir yang sebelah kirimu," titahnya dengan lembut.

Yang membuat Taehyung tak tega membantah. Ia pun meraih cangkir itu dengan perlahan, menatap dengan ragu-ragu, rasa pusing sedikit mengghinggapinya. Tapi pada akhirnya ia meminum itu, hingga habis, dan selanjutnya ia memuntahkan seluruh yang ia minum ke lantai.

Membuat pria manis di hadapannya tertawa kecil. Taehyung memberikan ekspresi aneh karena tubuhnya mual luar biasa begitu meminum darah tersebut.

"Ternyata benar. Kita hanya bisa meminum darah manusia," ucap Luhan dengan senyum gelinya.

"Itu darah apa?"

"Darah babi, percaya tidak?"

Dan saat itu juga Taehyung menyesali keputusannya. Ia kurang suka dengan makanan berbahan dasar hewan tersebut, apalagi kini ia baru saja meminum darahnya. Ewh, menjijikan.

"Kami sudah berusaha mencari alternatif asupan kami. Dan tidak pernah ada, hanya darah manusia saja yang bisa kami konsumsi untuk kelangsungan hidup. Beruntung darah mayat manusia bisa kami minum, meski rasanya sedikit tidak enak. Butuh waktu lama bagi kami untuk bisa benar-benar berbaur lagi dengan manusia demi kelangsung hidup dan keturunan kami."

Taehyung tertegun mendengarnya. Ia pernah mendengar bahwa kaum vampir sudah punah sejak lama, tapi memang tidak ada bukti nyata. Manusia di satu masa mengalami peledakan populasi mungkin karena itu memunculkan fakta bahwa kaum vampir sudah punah, menyisakan manusia saja yang tinggal di bumi ini.

Tapi nyatanya, mereka masih ada, berbaur dengan manusia itu sendiri sehandal mungkin. Mereka juga makhluk hidup, ingin mempertahankan kehidupan dan keturunan mereka.

"Bagaimana kehidupan anak-anak kalian? Bukankah mereka akan sulit berbaur dengan anak manusia lain?"

Luhan tersenyum mendengarnya. "Mereka tidak akan berbaur dengan manusia sampai berumur duapuluh tahun, kami tidak ingin menyulitkan mereka. Maka dari itu, sejak mereka lahir akan kami taruh di sebuah wilayah tertutup dan mendidik mereka hingga dewasa sampai mereka siap berbaur dengan manusia. Tapi di belahan dunia lain, sudah ada beberapa anak yang pandai berbaur dengan manusia, tinggal bagaimana orang tua mereka mendidik mereka."

Diam melangsa, Taehyung meminum isi cangkir yang satu lagi. Darah itu segar, tidak membuatnya mual, karena itu jelas darah manusia yang masih segar. Takdir memang sering membuat pemiliknya tidak habis berpikir, mengapa vampir hanya bisa meminum darah manusia? Sebuah pertanyaan sederhana yang sulit menemukan jawaban yang hakiki.

"Oh ya, Taehyung. Sebelum purnama di bulan Februari. Aku ingin kau segera bertemu denga mate-mu."

"Mate-ku? Siapa?"

"Eh, kau tidak tahu? Siswa SMA yang menolongmu saat itu."

Kedua mata Taehyung langsung melotot mendengarnya. Apa-apaan? Siswa SMA menyebalkan yang mengaku indigo adalah mate-nya? Heck, takdir itu lucu, pikir Taehyung.

"Mana mungkin, dia ti-"

"Dia orang pertama yang kau isap darahnya. Tidakah kau merasa puas dan semakin bertenaga saat itu?"

Taehyung terdiam, membenarkan kalimat tersebut.

"Aku yakin kau akan merasa panas saat di dekatnya jika nafsu laparmu sedang aktif. Itu normal, dan sesuai silsilah. Ibumu seorang manusia, maka tak menutup kemungkinan mate-mu adalah manusia juga. Selama ini pemimpin kami ada yang memiliki mate seorang manusia, tapi manusia tersebut tidaklah manusia pada umumnya, kecuali kasus pada ibumu. Jadi, masih ingin menolak?"

[***]

'Kau adalah mate-nya!'

'Betul! Hanya kau yang sanggup bersamanya!'

'Tidak masalah, Jungkook. Dia tampan!'

Matian-matian Jungkook menulikan telinganya. Ingin rasanya ia marah tapi ini masih di tempat umum, hingga ia memilih masuk ke lorong antar rumah yang sepi. Makhluk-makhluk itu masih mengikutinya. Dan Jungkook berusaha untuk tidak menendang mereka yang hanya akan berubah bentuk sebentar.

"Apa maksud kalian?!" tanya Jungkook, kesal.

Ia baru pulang sekolah dan sungguh lelah, begitu ia berjalan malah ada sekumpulan hantu yang berkata aneh-aneh.

'Jungkook,' ucap seorang hantu wanita tua yang gendut. Ia mendekati Jungkook dengan pandangan keibuannya, membuat Jungkook menjadi luluh saja.

'Kau tidak tahukah ramalan nenek tua di ujung jalan?'

Jungkook menggeleng pelan. Mereka jarang berbicara selama hantu nenek itu di sini, sebelum pergi saat urusannya sudah selesai.

'Dia bilang, kau adalah mate seorang pemimpin. Dan kini kami yakin, vampir itu adalah mate-mu.'

"Maksudnya? Memang dia pemimpin-"

'Benar! Tidakah kau merasakan kekuatannya yang sangat besar?' potong seorang hantu remaja peremuan dengan seragam kotornya.

Jungkook mendengus. Tak paham lagi dengan semua omong kosong ini. Mate apa? Ia hanya siswa SMA introvert tak punya teman karena indigo. Apa yang spesial darinya? Tidak ada.

"Terserah kalian. Memangnya aku mau dan dia juga mau?" tanya Jungkook, membuat semua hantu itu terdiam.

Sepertinya sudah tidak ada lagi yang bisa dibicarakan. Akhirnya Jungkook memilih keluar dari sana, bagusnya para hantu tidak mengikutinya. Tapi Jungkook sepertinya salah berpikir, ia pikir hantu-hantu itu sudah puas mengganggunya.

Tapi ternyata bukan,

ada alasan lain

begitu Jungkook sampai di luar, seseorang menghalangi jalannya.

"Ikut aku."

[***]

Banyak waktu yang terbuang, tapi sedikitnya memori yang tersimpan.

[***]

j)0Ua7

die Zeit fängt an✔ [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang