d r e i

2.1K 412 12
                                    

Hujan masih turun di luar sana. Langit masih kelabu, sementara jalanan sedari tadi dilalui dengan cipratan karena genangan air yang terinjak. Pukul tujuh malam dan suhu sudah nyaris di bawah nol derajat. Tak salah untuk singgah di kedai atau kafe untuk sekadar menghangatkan tubuh. Tidak perlu munafik, bahkan manusia di kutub utara pun tetap membutuhkan kehangatan sekalipun sejak lahir sudah di wilayah dengan suhu minimun.

Tapi, berbeda untuk pemuda dua puluh tiga tahun ini. Kim Taehyung memakai mantelnya seperti orang kebanyakan, tapi berbeda jika melihat dari berapa banyak lapisan pakaian yang ia kenakan dibandingkan orang lain. Hanya sebuah kemeja dengan kaus tipis di dalamanya, tiga lapis pakaian di tengah musim dingin. Mungkin, orang lain akan berkata bahwa ia gila atau malah seorang masokis. Namun Taehyung tidak dapat berbohong bahwa rasa dingin sudah tidak bisa ia rasakan sama sekali.

Hal ini bermula saat ia terbangun di hari kedua setelah ulang tahunnya. Pagi itu ia lupa menyalakan shower air hangat sehingga air sedingin es lah yang menyentuh kulitnya, beberapa saat ia tidak merasakan apapun hingga akhirnya tersadar; bahwa kulitnya tidak merasakan apapun.

Entah mungkin tubuhnya yang sedang kurang dalam indra perasa atau otaknya yang sudah benar-benar lelah? Ia tidak tahu mana jawaban yang benar. Dan ini sudah dua hari berlalu dan ia belum memakan apapun, tidak ada rasa lapar yang menghampiri. Ia hanya dapat meminum air putih sementara makanan dan minuman lain akan segera ia muntahkan dalam waktu beberapa saat.

Langkah kakinya mengayun dengan pelan, menyisakan bunyi sepatu pantofelnya yang bersahutan dengan jalan trotoar. Jalanan masih cukup ramai dengan orang-orang yang memiliki visi yang sama: menuju tempat kehangatan sesegera mungkin. Mungkin hanya dirinya sendiri yang berbeda. Tapi apa peduli orang lain?

Tinggal beberapa langkah lagi, Taehyung hanya perlu berbelok ke arah kanan dan selanjutnya ia akan tiba di apartementnya. Namun ada sesuatu yang mengganjal dalam batinnya, kedua rungunya menangkap sebuah suara langkah kaki yang seolah mengikutinya dari belakang. Semula ia tidak mau ambil peduli, tapi begitu ia berbelok langkah kaki itu persis mengikuti langkah kakinya. Membuat suara serempak sebagaimana gerakan bayangannya sendiri.

Sudah merasa seperti sedang diikuti, Taehyung mencoba segera menoleh ke belakang. Tak mendapati siapapun kecuali bayangan dari cahaya lampu jalanan. Di sekitar gedung apartementnya sudah sepi, mengingat ini adalah kawasan perumahan sehingga orang-orang lebih banyak di dalam rumah ketimbang di luar ditambah dengan cuaca bersuhu nyaris nol derajat seperti sekarang ini.

Tak mau mengambil pusing atau pikiran lagi. Ia pun memilih terus berjalan menuju apartementnya, membiarkan seseorang yang seperti mengikutinya melakukan apapun asal ia masih bisa bernapas dan hidup dengan tenang.

Dan tanpa ia sadari, bahwa mulai sejak itu hidupnya tidak akan bisa dikatakan tenang sepenuhnya.






[***]






Derap langkah kaki menggema di sepanjang koridor. Sebuah kotak terletak di depan pintu bernomor tujuh belas tersebut. Kemudian bel ditekan dan selanjutnya sosok itu menghilang dengan singkat.

Pagi ini Taehyung terbangun dengan rasa lapar yang menyiksa, perutnya mual acap kali mencium bau makanan seperti roti. Tubuhnya separuh lemas, dan bel di pagi hari benar-benar menyebalkan untuknya. Ia pun dengan langkah lemas berjalan menuju pintu, membukanya dengan pelan dan berikutnya kernyitan muncul di dahinya.

die Zeit fängt an✔ [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang