Rio berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, ini sudah malam sebentar lagi Bundanya pasti memanggil seluruh anggota keluarganya untuk makan malam. Tapi sedari sore hari dia belum juga melihat Liandra adiknya itu pulang ke rumah. Dia cemas dengan adiknya, bahkan tadi dia sudah bertanya tentang Liandra kenapa belum pulang ke Rhoe yang sama dengannya tidak tau. Mereka berdua bahkan sudah menelfon puluhan kali ponsel Liandra, tapi sama sekali tidak ada jawaban bahkan sudah tidak bisa di hubungi mulai tadi jam 5 sore.Kemana sebenarnya Liandra itu.
"Rio, Rhoe.. turunlah, ayo kita makan malam"
Mereka sudah berkumpul di meja makan, tapi hanya ada tiga anggota keluarga. Dimana Rey dan Liandra.
"Bun..-"
"ayah kalian sedang lembur, dia minta maaf tidak ikut makan malam. Dan Liandra sedang bersamanya" Julia memotong ucapa Rio yang mengerti akan seperti apa pertanyaan anak tertua itu.
Dua laki-laki itu menghela nafas lega, adiknya ada di tempat yang pasti dan dengan orang yang pasti. Menghilangkan rasa khawatir mereka pada adik perempuannya.
"oh syukurlah" gumam Rhoe mendengar penjelasan Bundanya. Tapi apakah kedua orang tuanya ini tau jika Liandra membolos dua hari dari sekolahnya.
"Bunda kira Andra bakal pergi lagi dari rumah ini"
"uhuk!"
"apa Bun?"
Rio tersedak dengan air yang tengah ia minum itu, sedangkan Rhoe langsung refleks bertanya membenarkan pendengarannya. Adiknya akan pergi dari rumah ini lagi. Apa yang sebenarnya Liandra itu inginkan, pergi dari rumah bertahun-tahun dan sekarang anak itu ingin pergi lagi. Sekalian saja mati. Husss, tidak-tidak mereka tidak akan membiarkan itu terjadi. Liandra harus tetap ada di rumah ini. Dan untuk apa anak itu pergi dari rumah lagi.
"dua hari ini ayah kalian sudah memberikan sinyal pada Bunda jika Andra berfikiran untuk kembali lagi ke Jerman dan menyelesaikan sekolahnya disana" jelas Julia pada dua putranya.
jadi dua hari ini Liandra membolos itu menemui ayahnya. Rhoe kembali bernafas lega"apa sebaiknya gak dibolehin aja Bun?" tanya Rio
Julia tersenyum lembut pada Rio, menatap anak itu penuh sayang. Hal ini lah yang membuat Rio tidak pernah berbuat kurang ajar ataupun berkata tak sopan pada Bundanya, wanita yang sangat penuh akan kasih sayang dan kelembutan pada dirinya.
"Bunda udah bilang sama ayah buat gak bolehin Andra pergi lagi, tapi sepertinya ayah kalian masih berfikir keras untuk masalah ini"
"kenapa gak selesaiin sekolahnya disini aja sih Bun, kenapa harus jauh-jauh di Jerman. Di Indonesia juga mejamin masa depan yang sukses" protes Rhoe mulai terdengar. Terdengar sangat berbeda dengan gaya bahasa Rhoe yang lebih blak-blakan ketimbang Rio yang akan berfikir ulang tentang kata apa yang akan dia lontarkan pada Bundanya.
"pokoknya Bunda harus bisa buat ayah gak setuju sama keputusan tuh tuyul. Enak aja main pergi dari rumah dan lebih milih hidup sama keluarga disana. Bertahun-tahun pula"
"Rhoe" Rhoe menoleh kearah kakaknya dia menaikan kedua alisnya bentuk bertanya 'ada apa'.
"jaga bicara kamu sama Bunda dodol" dumel Rio memperingati adiknya
Julia menggeleng melihatnya, itu sudah sangat biasa bagi dirinya. Perbedaan yang sangat mencolok dan perbedaan yang mungkin akan di pendam dari kenyataan.
"udah, masalah ini bahas lain waktu lagi. Sekarang kalian makan yang bener" Julia melerai perdebatan yang sebentar lagi akan tercipta dengan tenang. Di rumah ini tidak pernah sekalipun ada bentakan yang terdengar keluar dari mulut orang tua itu pada anak-anaknya. Mereka akan lebih memberi mereka peringatan yang baik-baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
E'NOUGH
Teen FictionHaruskah seperti ini ? apa benar jika Tuhan memang adil pada setiap insan-Nya ? kisah cewek yang biasa di panggil Andra, jangan komen kenapa nama nya kaya cowok. tanya sama emak nya...