"kak Andra kenapa nggak tidur disini aja ?"
Liandra menoleh, dia mengusap kepala Abi lalu membawa bocah cilik itu ke atas pangkuannya.
"gak bisa Bi, jadi untuk sementara waktu kakak harus bolak-balik buat jengukin kamu. Gak papa kan sayang?"
penjelasan yang sangat lembut untuk bocah kecil itu. ditanggapi oleh Abi dengan anggukan."mainnya udahan dulu, ayo kita makan siang"
Mereka jalan beriringan ke meja makan yang tak jauh dari ruang keluarga. Wanita yang tadi mengajak Liandra serta Abi makan siang sudah membuat beberapa masakan simple dan makanan yang sehat untuk balita.
"makasih ya Rin udah mau gue repotin buat nitip Abi disini"
"santai Ndra, lo kaya sama siapa aja. Gue malah seneng lo titipin Abi disini. Kan jadi ada temennya, ya itung-itung—"
"-itung-itung buat latihan lo punya anak" potong Liandra di akhiri dengan kekehan kemenangannya. Sedangkan wanita itu mendengus dengan perkataan Liandra.
"Abi, makannya yang banyak ya sayang" perhatian wanita itu teralihkan ke arah Abi yang sudah bisa makan sendiri dengan baik walau tetap ada ceceran sedikit yang jatuh di baju bocah itu.
"iya ma"
"essshh, barusan bilang apa Bi?...Mama?" tanya Liandra
Abi mengangguk
" Aha ha ha ha.. kampret ya lo Rin. Baru sehari gue tinggal udah di panggil mama" Liandra tergelak, cewek itu tertawa sendiri. Merasa konyol dengan yang dia dengar.
"Ndra, stop!. Jaga bicara lo di depan anak kecil" Arin berusaha menghentikan Liandra yang masih saja betah tertawa. Hingga suara seseorang terdengar di tengah-tengah mereka makan siang.
"ada apa si, kok kayaknya rame banget ?"
Arin ingin membuka suaranya menjawab pertanyaan suaminya tapi sudah keduluan Liandra yang masih belum reda juga tawanya. "eh, Gus. Ni bocah manggil kalian mama, papa ?"
Bagus mengangguk mengiyakan pertanyaan Liandra.
"hebat.." Liandra bertepuk tangan sendiri "baru nikah sebulan lalu udah punya anak segede gentong? , Aha ha ha ha.." cewek itu tertawa kembali sampai menekuk badannya di kursi merasa perutnya sakit karena tertawa puas di depan suami istri yang baru resmi satu bulan itu.
Jeduk!
"aduh" aduh Liandra kesakitan mengusap kepalanya yang tak sengaja terbentur meja makan.
"hhhhh... makan tuh meja, makanya sama yang lebih tua itu panggil kakak bukan Cuma panggil nama. Kualat kan lo.." oceh Bagus yang ikut mengelus kepala Liandra yang terbentur.
Suami Istri itu tersenyum dengan tingkah Liandra yanng memang menyebalkan. Tapi bagaimanapun sosok Liandra, mereka tetap menganggap Liandra adalah adik mereka.
"iya, kakak.." Liandra mengulum bibirnya maju, dia sebal sendiri.
"udah kalian harusnya tuh akur, bukan malah kaya tom and jarry. Sekarang makan yang bener"
Arin membuka suaranya, sifat ke ibuannya muncul membuat dua orang yang sempat berseteru itu behenti dan melaksanakan perintah Ibu negara.
Melihat suaminya duduk di kursi sebelahnya, Arin langsung sigap menyiapkan porsi makan untuk sang suami. Istri gue peka banget sih. Batinnya tersenyum.
"makasih Ma" katanya mengecup singkat pipi istrinya, membuat sang empunya merona.
"udahan woe mesra-mesraannya, ada anak kecil nih" sungut Liandra jengah melihat kemesraan sepasang insan di depan matanya. Hal itu membuat Arin tambah merona dan malu di depan Liandra. Salahkan Bagus yang memang suka mengumbar kemesraannya di depan cewek itu untuk ajang olok-olokan.
KAMU SEDANG MEMBACA
E'NOUGH
Teen FictionHaruskah seperti ini ? apa benar jika Tuhan memang adil pada setiap insan-Nya ? kisah cewek yang biasa di panggil Andra, jangan komen kenapa nama nya kaya cowok. tanya sama emak nya...