Berharap kalian menyukainya..
Happy reading guys...***
Suasana di dalam bus masih cukup ramai diisi dengan canda tawa sebagian orang, padahal sebagian besar telah terlelap dikarenakan malam sudah larut saat kembali dari salah satu tempat wisata yang menjadi tujuan rekreasi akhir tahun pelajaran ini.Bersama Vella dan Nina, aku duduk di kursi untuk 3 orang. Sementara di samping depan kiriku Ervin duduk di sana dengan Diki pada kursi untuk 2 orang.
Karena itulah sejak awal aku bisa memperhatikannya dengan leluasa saat aku duduk di tengah dan dia tidak duduk di dekat jendela.
Aku masih belum mengantuk meski di samping kananku, Nina telah terlelap dalam tidurnya. Sementara di samping kiriku, Vella masih sibuk dengan ponselnya. Meski begitu aku hanya diam sambil memeluk sebuah boneka kelinci ukuran sedang berwarna pink putih yang baru aku beli.
Dalam bantuan penerangan lampu jalan yang sesekali kami lewati, aku tidak melepaskan pandanganku dari Ervin yang tidak melakukan pergerakan apapun. Entah dia sudah tidur atau masih terjaga.
Ervin, cowok yang belakangan ini menjadi pusat duniaku. Aku masih ingat bagaimana dia saat pertama kali pindah ke sekolahku.
Berdiri di depan kelas, dia terlihat canggung untuk memperkenalkan dirinya pada kami. Aku hanya memperhatikannya sekilas saat dia akhirnya berhasil memperkenalkan dirinya.
Waktu itu aku belum menyukainya meski dia terlihat tampan, manis dan lugu. Tapi aku sama sekali tidak tertarik di saat aku sudah menaruh hati pada seorang adik kelas tampanku yang pintar waktu itu.
Tapi entah bagaimana itu semua berubah. Aku tidak tahu tepatnya kapan itu terjadi, tiba-tiba saja perhatianku telah terbagi untuknya seiring dengan berjalannya waktu yang memperlihatkan kualitas baik pada dirinya.
Entahlah, aku tidak tahu kenapa aku selalu saja tertarik pada kualitas baik dalam diri seseorang yang membuatku kagum dan berakhir dengan menaruh hati padanya.
Untuk usia siswi sekolah dasar, mungkin hal ini akan terlalu berat untuk dipikirkan. Tapi aku tetap memikirkannya. Kesadaran jika perhatianku telah terbagi pada dua orang mengharuskanku untuk memilih salah satu dari mereka yang akan aku biarkan untuk tetap tinggal di hatiku.
Berat, tentu saja berat untuk memilih hal itu dengan kenyataan mereka sama-sama memiliki kualitas yang lebih pada diri mereka masing-masing.
Tapi pada akhirnya aku mendapatkannya. Ervin, aku memilih Ervin. Cowok yang lebih tua setahun dariku yang berhasil menggeser adik kelasku yang tetap ada di hatiku meski tak jarang ada cowok lain yang sempat aku kagumi dan tinggal di hatiku tapi dia tetap ada di sana, tidak pernah pergi.
Ya, sebuah keberhasilan yang sangat besar mengingat Ervin baru dua tahun berada di hidupku tapi sudah mampu menggeser posisi adik kelas yang sudah bertahun-tahun bersemayam di hatiku.
Kembali pada saat ini. Aku masih saja memperhatikannya sampai dengan dia menoleh ke belakang, membuatku langsung memejamkan mataku.
Aku memberanikan diri membuka mataku sedikit. Samar-samar aku melihatnya yang berjalan mendekat ke arah kursiku. Dalam pencahayaan di bus yang kurang, aku tidak tahu apa dia melihat mataku yang sedikit terbuka atau tidak. Tapi saat dia sudah dekat, aku langsung menutup mataku rapat-rapat.
Tanpa bisa melihat apa yang terjadi, aku mendengarnya yang menyuruh Vella untuk diam. Suaranya terdengar begitu dekat dan samar-samar aku mendengar suara tawa tertahan Vella di sebelahku.
Membuatku berpikir,
Apa yang sedang terjadi? Dan apa yang dilakukan Ervin hingga menyuruh Vella untuk diam dan membuat cewek itu menahan tawanya seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush Is Never Enough
Teen FictionHanya sebuah ketertarikan itu tidaklah cukup untuk CINTA, butuh sebuah usaha dan bukti nyata hingga cinta itu bisa sempurna dan memberikan kebahagiaan pada orang yang bersangkutan. Itulah yang dialami Bila, cewek yang mencintai teman sekelasnya dala...