Hai guys posting lagi nih..
Semoga kalian suka ceritanya***
Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah setelah 3 hari melalui MOS yang melelahkan."Bila!!" teriak Nadya yang baru datang lalu menghampiriku. "Lo udah lihat belum, pengumuman pembagian kelasnya?"
"Belum. Emang udah ada?" tanyaku polos.
"Udahlah, tuh anak-anak udah pada lihat!" Nadya menunjuk ke arah mading yang sekarang tak terlihat karena penuh dengan kumpulan siswa.
"Ayo ke sana!! Semoga aja kita satu kelas, biar seru," katanya bersemangat sambil menarik tanganku menuju mading.
Setelah bersusah payah, akhirnya kami berada di garis depan dan bisa melihat daftar pembagian kelas. Lalu kucari namaku di sana dan ternyata aku masuk kelas 7A. Setelah itu aku mencari nama Ervin yang ternyata juga masuk ke kelas yang sama denganku.
"Lo masuk kelas mana, Bil?" tanya Nadya setelah kami keluar dari kerumunan. "7A. Lo dimana?"
"Sama, 7A juga!" katanya bersemangat. Lalu kami berpelukan, merayakan kami yang satu kelas. Hehehe... konyol.
Saat aku memasuki kelas bersama Nadya, dia sudah di sana, duduk di bangku pertama. Entah kenapa aku merasa dia sangat tampan hari ini. Aku dan Nadya pilih duduk di bangku no 2, jadi aku bisa terus memperhatikannya selama di kelas
Kriing... kringgg....
Bel tanda masuk sudah berbunyi dan aku telah siap memulai pelajaran pertamaku di sekolah ini.
Selama pelajaran aku mencuri pandang ke arahnya. Dia masih fokus dengan apa yang disampaikan bu Mira, guru B.indonesia kami.
"Bil, lo tahu nggak gosip yang sekarang lagi heboh?" kata Nadya sambil berbisik agar tidak terdengar oleh bu Mira.
"Ssstt... nanti aja ngomongnya!" kataku dengan berbisik juga. Lalu kami fokus kembali ke pelajaran.
Setelah bel istirahat berbunyi, Nadya langsung menarikku ke kantin bahkan aku tidak sempat membereskan buku-buku yang tergeletak di meja.
"Ada apa sih, Nad??" tanyaku saat kami sampai di kantin.
"Lo tahu nggak, apa yang gue denger pas di toilet tadi?!"
"Enggak lah. Mana gue tahu, emang gue peramal gitu," kataku sewot.
"Yeee... elo!" katanya sambil menyenggol bahuku. Sesaat kemudian wajah Nadya berubah serius. "Lo tahu kan, Dysa? Primadona sekolah gue dulu?"
Ya, aku dan Nadya memang bersahabat sejak kecil tapi kami tidak satu sekolah dan baru kali ini dia satu sekolah denganku. Jadi, jangan heran jika dia sangat senang ketika tahu dia satu kelas denganku.
"Heemm...." gumamku tidak tertarik.
"Dia sekolah di sini juga."
"Terus kenapa? Hak-hak dia kan, mau sekolah dimana aja? "
"Ishh... nihh anak, dengerin gue dulu!"
"Oke. Terus?" kataku tidak semangat.
"Katanya, dia naksir seseorang dari sekolah lo dulu," jelasnya.
"Siapa?"
"Emm... siapa ya namanya tadi? Dia ada di kelas kita juga kok. Emmmm... Er..." Tiba-tiba saja perasaanku tidak enak, seakan baru saja mendapatkan firasat buruk.
"Er... siapa ya??"
"Ervin?" Tebakku memastikan.
"Ya itu dia, Ervin. Ya, Ervin!" katanya bersemangat. Seketika itu juga, duniaku seakan pergi menjauh meninggalkanku.
Dysa primadona sekolah Nadya dulu menyukai Ervin? Ya tuhan, apa ini???
***
Selasa, 28 Februari 2017Segitu aja dulu guys...
Jangan lupa vommentnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush Is Never Enough
Novela JuvenilHanya sebuah ketertarikan itu tidaklah cukup untuk CINTA, butuh sebuah usaha dan bukti nyata hingga cinta itu bisa sempurna dan memberikan kebahagiaan pada orang yang bersangkutan. Itulah yang dialami Bila, cewek yang mencintai teman sekelasnya dala...