Berharap kalian menyukainya..
Happy reading guys....***
"Assalamualaikum, bunda," kataku sambil membuka pintu depan.Kulihat bunda sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah yang langsung mengalihkan perhatiannya ke arahku yang baru datang. "Waalaikumsalam, Bila. Sini, sayang!!"
"Ada apa, bunda?" tanyaku heran sambil berjalan ke arahnya. Tidak biasanya bunda seperti ini. Setelah aku pulang, biasanya bunda akan menyuruhku untuk membersihkan diri dan makan bersamanya.
"Ada yang pengen bunda omongin sama kamu. Duduk sini, sayang!" katanya sambil menepuk sofa di sampingnya.
Aku menurut untuk duduk di sana. Bunda menutup majalahnya dan meletakkannya di meja. Mengubah posisinya menjadi menghadap ke arahku, memfokuskan perhatiannya padaku. Dahiku semakin berkerut dalam, heran dengan sikap bunda yang seperti ini. Pasti ada hal yang sangat penting sampai membuatnya seperti ini, tapi apa?
Menyentuh tanganku, bunda mulai bicara. "Bil, bunda lihat akhir-akhir ini kamu begitu rajin belajar. Ada apa sayang?"
Ohh, soal itu lagi. Kenapa semua orang begitu heran dengan hal ini? Tadi Nadya, sekarang bunda, kurasa hal ini adalah hal yang baik tapi kenapa reaksi mereka seperti itu? Tohh aku juga biasanya belajar dan kali ini lebih giat lagi, apa masalahnya?
"Nggak ada bunda. Bila hanya lagi giat belajar aja kok," kataku memberikan alasan tapi aku tahu bunda tidak akan puas dengan itu. Dan benar saja, bunda kembali bertanya. "Beneran sayang? Kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu kan dari bunda?"
"Tidak bunda. Apa yang harus aku sembunyikan dari bunda? Nggak ada, nggak ada sama sekali." Yakinku.
"Syukurlah. Bunda hanya khawatir aja dengan keadaanmu. Kau begitu rajin belajar akhir-akhir ini, tidak peduli siang atau malam. Bunda pikir ada yang mendorongmu untuk mencapai sesuatu dengan hal itu."
"Bunda benar," kataku tanpa sadar.
"Apa Bil? Kau bicara apa tadi, sayang?" kata bunda yang menyadarkanku jika tadi aku keceplosan bicara.
"Ehhh... eng... nggak ada kok bun," kataku tergeragap.
"Bila jujur sama bunda, ada apa?" tuntut bunda menatap tepat ke mataku.
"Emm... bunda tahu kan, jika kemarin hasil ujianku tidak terlalu memuaskan," kataku memulai untuk jujur. Bunda mengangguk mengiyakan ucapanku tanpa mengatakan apapun, ingin aku melanjutkan penjelasanku lagi.
"Jadi aku pikir, aku mau belajar lebih giat lagi agar nilaiku memuaskan pada ujian yang akan datang dan bisa buat bunda dan ayah bangga sama Bila." Lanjutku sungguh-sungguh.
Bunda menyentuh wajahku dengan kasih sayang seorang ibu yang dimilikinya. "Sayang, dengerin bunda! Boleh, kamu boleh belajar dengan giat. Bunda seneng ngelihatnya tapi jangan terlalu di forsir meski demi apapun itu."
"Karena bagi bunda dan ayah kebanggaan melihatmu berhasil masih akan jadi nomor dua bagi kami. Yang menjadi yang pertama dan yang terpenting adalah kesehatan dan kebahagiaanmu."
"Jangan hanya karena ingin buat kami bahagia kamu mengabaikan kesehatan juga waktu yang berharga bersama teman-temanmu. Karena saat ini tidak akan pernah bisa kembali meski kita ingin, sayang."
"Kau mengerti kan, sayang?" tanya bunda yang kubalas anggukkan. Bunda langsung membawaku ke dalam pelukannya.
Maaf bunda, aku tidak bisa mengatakan semua alasanku kenapa melakukan ini dan aku juga nggak bisa janji buat mengurangi kebiasaan belajar yang akhir-akhir ini sudah melekat dan menjadi kebiasaan untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush Is Never Enough
Ficção AdolescenteHanya sebuah ketertarikan itu tidaklah cukup untuk CINTA, butuh sebuah usaha dan bukti nyata hingga cinta itu bisa sempurna dan memberikan kebahagiaan pada orang yang bersangkutan. Itulah yang dialami Bila, cewek yang mencintai teman sekelasnya dala...