Sepuluh.

28 5 0
                                    

"Hidup ini drama yang paling nyata, jika bukan aku dan kamu perannya, aku tak mau"

***

Sudah sekitar 3 minggu berlalu, dan hubunganku dengan ikbal baik baik saja begitupun keadaan kelas.

Perhatian kepada seluruh siswa untuk memasuki kembali kelas, waktu istirahat telah berakhir..

Yaa begitulah kira kira suara bel masuk disekolah

"yu ah masuk masuk.. " ajak bu mega ke semua anak

" ehh si ibu, baru juga bel udah nyuruh masuk aja" umpat nisa(odah)

"jadi menurut kamu fungsi bel buat apa?" jawab bu mega santai

"hehe.." odah tersenyum malu

Setelah semua anak masuk dan beres dengan semua barang jajanan mereka, bu megapun memulai pelajaran

"hari ini ibu mau nge bagi kelompok" kata bu mega

"kelompok buat apa bu?" tanya eka

"jadi materi pembelajaran seni untuk sekarang itu drama, dan ibu pengen kalian nampilin drama per kelompok" jelasnya

"tentang apa bu?" tanya elma

"bebas, asal alur ceritanya kalian bikin sendiri ga boleh browsing ke Google"

"oke bu kelompoknya.."

"ibu bagikan ya, kelompok 1 amel, fiqih,..."

"ehem cieee" sirik dhiza

"apa ada apa?" tanya bu mega

"engga bu hehe"

"kelompok 2, blablabla.... Kelompok 6 annisa, nisa, setiawati, ikbal, ibnu"

"aaaaaa sekelompok tjieeee" goda malisa kepadaku

"apa lagi ini? Kayaknya kelas ini mah banyak cie cie nya ya" canda bu mega

"yups bener bu"

"udah sekarang silahkan bergabung dengan kelompoknya masing masing" kata bu mega

"siappp buu.." kataku semangat

"haha modus engkau mah" kata rizka padaku

***

Aku bergegas mengumpulkan kelompokku, dan bersiap untuk berjaim jaim ria dihadapan ikbal wkwk

"icaaaaa sini ca disini aja" panggil odah

"aku dataaaaangggg" jawabku tak kalah semangat

"ajak dungs ikbal nya" kata asep

"apasih suka ikut ikutan" jawabku sinis

"ih bal, icanya ko galak ya haha" kata asep sambil tertawa

"biarin biar ga ada yang bisa rebut ikbal dari aku"

PRIA [IT]UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang