Chapter 26

1K 39 23
                                    


Vote dulu sebelum baca man teman~~ :-* :-* jadi siders itu tak baik ^^

Dan jangan sungkan sungkan buat komen~~

Happy reading~~!!


.



.





Jungmi POV

Sialan! Wanita itu benar benar! Dia memberiku obat bius lagi dengan menyuntikkannya dilengan kiriku. Aku bisa overdosis obat bius kalo begini. Tapi sepertinya tidak, aku sudah bisa menggerakkan beberapa tubuhku, terutama mata.

Aku mengedarkan pandanganku pada ruangan aku berada sekarang. Gelap. Masih malam rupanya. Mataku berusaha menyesuaikan cahaya yang hanya mengandalkan ventilasi dipojok ruangan.

Tunggu dulu. Apa aku benar benar dilecehkan oleh wanita gila tadi? Aku segera memperhatikan pakaianku. Untunglah semuanya utuh.

"Psstt!"

"Jim-"

"Ssttt.."

"Kau tidur nyenyak sekali. Kita sudah seharian disekap disini!" Gerutu Jimin.

Itu artinya aku sudah dibius dari malam ke malam lagi. Keterlaluan! Akan ku beri perhitungan dengannya.

Ternyata dugaanku tidak salah. Jimin tepat berada diseberangku dengan tangan yang terikat dengan rantai dan oh!

"Jim, kau berdarah!" Teriakku tertahan.

"Tidak sakit kok." Gumamnya.

"Apakah hanya ada kita disini?"

"Untung sementara ini iya." Jimin meringis ketika ia menggeser tubuhnya.

Ini waktu yang tepat untuk meminta bantuan. Aku tidak mau disekap begini. Dasar kurang ajar.

Telepon Hana! Ya, cabe satu itu bisa diandalkan saat begini. Tasku. Tasku mana? Sial. Pasti tertinggal di restoran itu.

"Jim, handphonemu? Jimin dengan susah payah merogoh kantung celananya. Tentu saja tidak membuahkan hasil, pergelangan tangannya terluka.

Ini berarti aku yang harus bebas dulu. Dengan teliti kurasakan tali tambang yang mengikat kedua tanganku dibelakang ini. Setelah menemukan simpulnya, ku tarik paksa dengan sekali hentakan dan bingo!

"Biar aku saja yang mengambilnya, Jim." Aku sudah membuka ikatan pada kedua kakiku. Berjalan merunduk menuju Jimin, karena sudah kuperhatikan jendela didekat pintu masuk itu rendah. Bisa bahaya kalo aku gegabah.

Aku berusaha membuka rantai Jimin tapi susah sekali mencari lobangnya (?). Lobang kuncinya tidak kelihatan berhubung gelap dan aku panik.

"Hubungi siapa saja dulu." Ujar Jimin.

Baiklah itu keputusan yang tepat. Ku rogoh smartphone hitam miliknya dan mengernyit ketika melihat fotoku sebagai wallpapernya. Ku lirik Jimin yang membuang muka, dia tersipu. Ahh manisnya.

"Tunggu dulu. Ini dimana Jim?" Jimin pasti tahu ini dimana berhubung ia sadar terlebih dahulu dariku.

"Pabrik tua diujung jalan dekat sekolah."

"Oke."

"Cepat balik ke tempatmu. Mereka datang." Seru Jimin tertahan.

Tidak perlu diberitahu dua kali aku segera menuju tempatku lagi dengan kondisi pura pura diikat seperti diawal.

MY BEAUTY BYUNTAE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang