Setelah keadaan So Eun lebih baik dan dokter Kang mengijinkannya untuk keluar dari klinik, wanita itu tidak tahu kemana ia harus pergi. Ia tidak tahu dimana ia berada saat ini. Dan Chaeyoung, gadis itu sedang tidak ke klinik karena masih jam sekolah. Dokter Kang memang menahannya hingga Chaeyoung datang, tapi wanita itu sudah bosan dengan keadaan klinik. Ia ingin sedikit menghirup udara bebas di sekitar klinik. Jadinya, ia berjalan-jalan di situ.So Eun tersentak saat seorang pria berpakaian hitam tiba-tiba muncul di hadapannya. Di belakang pria itu, seorang wanita paruh bayah dengan tubuh pendek dan sedikit gemuk mengekorinya.
"Ada apa?"
So Eun bertanya sedikit takut saat ia menangkap tatapan tajam dari mata kelam pria tak dikenal itu. Tiga detik kemudian, pria itu menyuruh wanita yang mengekorinya itu maju. Dan So Eun semakin terbelalak begitu melihat siapa wanita itu sebenarnya.
"Bibi Jang?"
Bibi Jang, wanita gemuk itu langsung menarik So Eun begitu saja. Ia berjalan ke dalam klinik dan menatap sekeliling untuk memastikan tidak ada yang melihatnya berbuat kasar pada So Eun. Sementara itu, pria berpakaian hitam tadi tak mengikuti mereka dan tetap menunggu di luar.
Bibi Jang terus menarik So Eun hingga mereka berhenti di samping ruang penyimpanan alat kebersihan yang mana tidak ada orang di situ.
So Eun langsung menarik tangannya dengan ekspresi takut begitu wanita paruh bayah dengan beberapa rambut uban dikepalanya itu menatap ke arahnya.
"Nyonya muda?" bibi Jang membuka suaranya, memanggil So Eun dengan sebutan itu sambil maju selangkah hendak mendekati So Eun.
Saat bibi Jang maju selangkah, So Eun akan mundur selangkah. Wanita paruh bayah itu dapat melihat jika wanita yang ia panggil dengan sebutan 'nyonya muda' itu terlihat ketakutan pada posisinya saat ini.
So Eun tersentak kecil dan kembali mundur selangkah saat bibi Jang tiba-tiba menjatuhkan dirinya dan berlutut di bawah kakinya. Wajahnya masih menunjukan ekspresi ketakutan walau ia juga terlihat kaget dengan apa yang bibi Jang lakukan.
"Maafkan aku, nyonya," wanita paruh bayah itu membuka suaranya lagi dan kini dengan air mata yang membajiri wajahnya. Entah sejak kapan ia mulai menangis. "Selama ini aku selalu berbuat jahat dan selalu mengikuti perintah nyonya besar untuk menyiksa anda, sementara pada saat yang sama tuan yang sudah kuanggap seperti anakku sendiri selalu memintaku untuk menjagamu selama ia tak ada. Maafkan aku nyonya,"
So Eun semakin kaget. Tapi, rasa takutnya pada kepala pelayan di rumah suaminya yang juga menjadi tangan kanan sang ibu mertua untuk menindasnya itu, masih ada. So Eun ingat, setiap kali suaminya mulai sibuk bepergian ke luar kota bahkan ke luar negri untuk urusan bisnis, wanita paruh bayah itu selalu menyiksanya dengan berbagai pekerjaan di depan sang ibu mertua. Walau terkadang, ia dapat melihat tatapan bersalah dan iba dari si kepala pelayan, dan ia juga sering dibantu wanita itu juga jika sang mertua tak ada di rumah.
Tapi, ia juga ingat. Beberapa hari yang lalu, sesaat setelah ia melahirkan, wanita paruh bayah itu dengan kasarnya mendorongnya turun dari kasur, tanpa melihat dan peduli dengan darah yang membahasi tubuh bagian bawahnya. Wanita itu lalu menyeretnya begitu, seakan tak punya hati, untuk keluar dari rumah sakit itu. Dan itu membuat So Eun merasa jika wanita itu memang sama saja dengan mertuanya. Dan rasa itu membuatnya membangun benteng agar tak percaya pada wanita itu begitu saja."Kau mau apa dariku?" tanya So Eun dingin dan tak ada gerakan sedikitpun dari dirinya.
Bibi Jang mendongak, menatap So Eun yang kini juga menatapnya dengan mata melebar waspada. Wanita paruh bayah itu lalu meneguk ludahnya untuk meyakinkan dirinya agar bisa mengatakan tujuannya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother In Law
FanfictionKim So Eun tidak tahu bagaimana nasib pernikahannya dan apa yang terjadi pada anaknya setelah ia melahirkan. Ia tak tahu apapun karena saat ia terbangun, dirinya telah berada di sebuah klinik di desa terpencil bersama Park Chaeyoung, gadis yatim pia...