Go Hyun diam di kamarnya. Sudah dua hari berlalu sejak sahabat kecil suaminya, Lee Hwa Young datang berkunjung ke rumahnya. Itu berarti sudah dua hari berlalu sejak ucapan bocah tampan, anak putranya menganggu pikirannya.Go Hyun tidak mengerti bagaimana ucapan bocah itu membiusnya bagai matra paling mujur sedunia, yang jelas ucapan polos yang keluar dari mulut Sang Hyun benar-benar membuatnya seperti mati kutu.
Sudah dua hari ini, kepalanya hanya diisi dengan kenangan masa lalu di mana Kim Bum masih kecil hingga putra kebanggaannya itu dewasa seperti saat ini. Kenangan di mana putra kandungnya itu hanya akan tertawa dan menangis bersama wanita yang selalu ia sebut sebagai wanita sialan.
Go Hyun baru sadar, sejak kecil putranya itu telah bersama So Eun. Mereka dilahirkan di waktu yang berdekatan. Mereka tumbuh bersama karena kedekatan ayah mereka. Saat ayah So Eun meninggal, saat wanita itu berusia tiga tahun, hubungan mereka tak merenggang. Apalagi dengan suaminya yang telah menganggap So Eun sebagai putrinya. Dan setelah ibu wanita itu meninggalpun, semua baik-baik saja. Hubungan Kim Bum dan So Eun baik-baik saja dan malah semakin dekat.
Go Hyun juga baru ingat jika sejak dulu, Kim Bum tak pernah lepas dari So Eun. Tak pernah sekalipun anaknya itu melalui hari tanpa nama So Eun. Selalu So Eun, So Eun dan So Eun. Itulah mengapa kini ia baru sadar juga, jika sejak dulu, anaknya itu tak pernah membagi bahagia dan luka bersama orang lain kecuali wanita itu. Ya, Kim Bum mungkin bisa membagi suka dengannya, tapi pria itu tak pernah membagi duka dengannya. Sekalipun saat suaminya meninggal. Anaknya sama sekali tak menangis bersamanya. Anaknya hanya menangis bersama wanita itu.
Satu hal lagi yang Go Hyun sadari. Sejak dulu, So Eun tak pernah menunjukan perlawanannya padanya. Wanita itu kelewat menurut padanya. Apapun yang ia inginkan selalu dituruti So Eun, sekalipun itu akan menyakiti wanita itu sendiri. Seperti bagi So Eun, tak ada yang lebih penting darinya. Wanita itu hanya sedikit melawan beberapa waktu belakangan, namun ia tetap sama seperti yang dulu. Selalu menuruti apa yang Go Hyun inginkan.
So Eun juga telah mengajarkan banyak hal pada putra dan cucunya. Tentang cinta, perhatian, kasih sayang, ketulusan, perjuangan, kesetiaan, kejujuran, keikhlasan, tanggung jawab dan rela berkorban.
"So Eun bilang, bagaimanapun sulitnya, aku harus berjuang agar ibu bahagia."
"Aku tahu ini menyakitkan, tapi aku lebih memilih untuk jujur pada ibu sekarang dari pada nanti. Karena So Eun bilang, sakit yang ditutupi dengan kebohongan bisa saja menjadi lebih sakit saat kejujuran datang."
"Aku belajal ini dali ibu. Ibu mengaitkan jalinya dengan jaliku lalu beljanji akan selalu belsamaku. Ibu bilang dia akan selalu ingat janji itu setiap melihat jali ini. Aku juga beljanji pada ibu untuk tidak nakal dengan ini. Dan setiap aku melihat ini, aku akan ingat janjiku pada ibu, aku tidak akan nakal."
Dan masih banyak lagi ucapan kedua orang yang akan dan selalu dicintai wanita itu. Membuatnya semakin sadar jika wanita itu benar-benar tulus, tanpa sedikitpun perasaan kotor walau hatinya telah dihancurkan dengan sangat keji.
Semua hal itu datang ke pikiran Go Hyun sehingga ia tidak sadar jika ia baru saja membuka pintu kamarnya dan telah berjalan ke arah tangga menuju lantai satu. Wanita tua itu melamun, terus memikirkan apa yang telah ia lakukan pada menantunya selama ini, hingga ia tak memperhatikan jalannya. Dan membuatnya mengalami musibah.
"AAAAAHHH!"
-mother in law-
Chaeyoung tengah berbaring malas di ranjang yang ada di kamarnya di rumah Kim Bum. Gadis itu telah kembali dalam mode bosan karena tak ada yang bisa ia lakukan. Sang Hyun sedang bersama ibunya sehingga tak dapat melakukan apapun dengan bocah tampan itu. Kesibukan yang sama dengan yang dilakukan So Eun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother In Law
FanfictionKim So Eun tidak tahu bagaimana nasib pernikahannya dan apa yang terjadi pada anaknya setelah ia melahirkan. Ia tak tahu apapun karena saat ia terbangun, dirinya telah berada di sebuah klinik di desa terpencil bersama Park Chaeyoung, gadis yatim pia...